Enam belas

7.5K 897 42
                                    

"Jimin!"

"Yang Mulia Ratu!"

"Jimin!"

Wanita yang membawa Jimin pergi jauh dari istana--Irene-- sekarang tengah mengepalkan tangan kuat saat terdengar suara rombongan Jungkook dari jauh. Karena Irene non-manusia, pendengaran dan indranya jauh lebih peka dan tajam dari Jimin yang manusia. Irene yakin Jimin tidak mendengar teriakan Jungkook.

Irene menarik tangan Jimin agar berjalan lebih cepat. Mereka sudah hampir sampai di luar batas kerajaan dan rencana Irene tidak boleh gagal.

Jimin berdecak melihat tangannya yang digenggam erat Irene yang terlihat gelisah. "Sebenarnya kau ini kenapa?" Tanya Jimin.

"Orang misterius tadi di belakang kita, Yang Mulia. Kita harus segera sampai ke tempat aman."

"Apa masih jauh?"

Irene menggeleng. "Tepat di depan kita, tinggal beberapa meter lagi."

Srakk

Jimin menarik pergelangan tangan Irene membuat wanita itu terhuyung ke belakang dan menabrak dada Jimin yang lumayan berotot. Jimin menatap wanita itu datar.

"Sebenarnya rencanamu ini apa? Menjauhkanku dari Jungkook?"

Pertanyaan dingin Jimin membuat Irene terdiam sebentar. Sepertinya ini pertama kalinya Irene melihat istri Jungkook ini seserius ini.

Irene menyentak pergelangan tangannya yang masih dipegang Jimin. Ia menatap tepat pada mata dingin pria itu.

"Kita harus segera pergi, Ratu."

Jimin bersedekap dada menatap menantang pada wanita di hadapannya. "Tidak mau. Kau mau apa?" Tantangnya berani.

Irene menggeram. Diraihnya gagang pegang yang berada di pinggangnya dan menodongkan pedang itu tepat di depan wajah Jimin. Sebelah alis Jimin terangkat menatap mata pedang yang teramat tajam itu.

"Mencoba mengancamku dengan pedang, Cantik?"

"Aku tidak akan berpura-pura lagi. Kau harus ikut aku ke sana!" Teriak Irene membuat Jimin mendengus.

"Alasannya apa, Sayang? Aku akan ikut jika alasanmu masuk akal. Kenapa kau ingin aku jauh dari Jungkook?" Tanya Jimin santai saat pedang di hadapannya diarahkan tepat di sisi lehernya. Sedikit gerak saja lehernya sudah pasti terluka.

"Ikut atau aku sendiri yang akan menghabisimu di sini, Park."

Jimin terkekeh. "Wah, berani sekali. Aku ini ratumu, Irene Sayang. Dan satu lagi, aku bukan lagi Park Jimin, aku Jeon Jimin ingat?" Kekehnya lucu.

Sret

Jimin mendesis saat lehernya terasa perih terkena sedikit goresan pedang Irene. Irene tersenyum sinis. "Aku bisa membunuhmu sendiri disini, Yang Mulia. Kau tinggal pilih ikut aku ke sana atau terbunuh di sini. Jika kau tidak ingin ikit aku ke sana, dengan senang hati aku akan membunuhmu disini." Ejeknya saat memanggil 'Yang Mulia' pada Jimin.

Bugh

Dengan salah satu dari tehnik tendangan taekwondo yang pernah Jimin pelajari semasa sekolah dulu, ia menendang pedang di tangan Irene membuat pedang itu terjatuh.

Srakk

Belum sempat Irene mengambil pedangnya, dengan cepat Jimin mengunci pergerakan wanita itu dengan menahan tangannya dari belakang.

"Kau tidak mengenalku, Sayang. Aku bisa mengalahkan wanita sepertimu dengan mudah jika aku ingin. Jangan bermain-main denganku." Bisik Jimin penuh penekanan pada Irene yang terus memberontak minta dilepas.

Queen [Kookmin/Jikook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang