Tiga puluh dua

5.9K 810 56
                                    

Sudah lama sejak Jungkook datang di istana milik Taehyung namun Jimin belum kunjung sadar. Hal ini membuat Jungkook merasa tidak sabar dan juga khawatir. Ia bangkit dari kursinya membuat suara deritan kursi yang bergesekan dengan lantai.

Krieet.

"Aku rasa ini buang-buang waktu saja. Aku akan membawa Jimin pulang ke istanaku."

Taehyung dengan cepat mencegah Jungkook yang ingin membawa satu-satunya orang yang bisa membantu orang tuanya itu.

"Jungkook, tunggu sebentar lagi. Kumohon."

"Tapi mereka tidak kunjung bangun."

"Sebentar saja. Sebentar lagi saja."

Tatapan dingin Jungkook membuat Yoongi menghela napas, "Bawa saja kalau begitu."

Ucapan Yoongi sontak membuat Taehyung menatapnya kaget, "Apa maksudmu, Mate? Jimin hanya satu-satunya harapan untuk membangunkan ayah dan ibuku!"

Yoongi menatap tajam Jungkook mencoba berbicara pada sahabat lamanya itu lewat tatapan.

"Kau bisa membawanya pergi, tapi percayalah jika Jimin baik-baik saja di sana. Kita hanya perlu menunggu sampai Jimin berhasil menyadari jika dia punya kekuatan jika dia yakin."

Penjelasan Yoongi membuat Jungkook kembali duduk ke tempatnya.

Taehyung tersenyum. Yoongi memang selalu bisa menyelesaikan masalah.

Taehyung akan kembali duduk sebelum sesuatu pada Jimin membuat dirinya berteriak.

"Jimin!"

Rambut Jimin perlahan berubah menjadi perak membuat Jungkook dengan cepat mendekati Jimin.

"Apa yang terjadi?" tanya Jungkook khawatir.

Yoongi tersenyum senang, "Sepertinya Jimin berhasil."

Perlahan kedua mata yang sudah lama tertutup itu terbuka membuat Taehyung sedikit tidak yakin memanggil mereka yang ia rindukan.

"Ayah? Ibu?"

Suara berat milik pria yang mereka tahu itu membuat Namjoon dan Seokjin membuka mata menatap putra mereka itu.

"Taehyung..."

BRAK

"Ayah! Ibu!"

Seojoon jauh-jauh datang dari dunia manusia itu segera mendatangi orang tuanya. Dirinya masih tidak percaya, akhirnya setelah sekian lama orang tuanya kembali sadar.

Seokjin tersenyum senang saat melihat kedua putranya ada di sini.

"Seojoon, kau juga disini." Senyum manis Seokjin membuat semua orang di sana merasa lega, Taehyung sendiri sekuat tenaga berusaha untuk tidak menangis.

Namjoon juga tersenyum senang. Ini akhir dan awal mereka. Akhir penderitaan dan awal kebahagiaan yang akan kembali di rajut ulang bersama kedua putra dan juga Jimin sebagai cucu mereka tentunya. Dan mungkin ini akan menjadi awal bersatunya setiap kerajaan yang pernah berselisih dulu.

Berbeda dengan semua orang yang menatap haru Seokjin dan Namjoon, Jungkook tengah mengamati prianya yang perlahan membuka mata, mengerjai pelan menampilkan mata perak yang indah. Mata kecil itu nampak sedikit bingung lalu kemudian tersenyum bangga.

"Wah, aku berhasil."

Jungkook tersenyum lembut merasa bangga akan keberhasilan Jimin. Sepertinya Jimin sudah mulai bisa mengendalikan kekuatan dalam dirinya.

"Ra--"

"Jimin!"

Semua orang menatap ke arah pintu, di sana terdapat seorang manusia cantik yang tidak lain adalah istrinya Seojoon.

"Ibu!" Girang Jimin merentangkan tangan membiarkan ibunya memeluknya.

"Astaga Jimin ibu sangat merindukanmu."

"Aku juga sangat merindukan ibu."

Seojoon tersenyum melihat istri dan anaknya berpelukan erat. Seokjin dan Namjoon juga nampak bahagia melihatnya. Ini benar-benar kebahagiaan mereka. Saat semuanya berkumpul inilah kebahagiaan sesungguhnya.

MinYoung menarik diri menatap bingung pada rambut dan mata Jimin.

"Kenapa ini? Kenapa rambut dan mata mu jadi seperti ini?"

Jimin terkekeh, "Jungkook yang akan menceritakan nya pada ibu." Tunjuk Jimin pada suaminya yang hanya berdiri diam layaknya patung.

"Aku?"

Jungkook mengerjap lalu mengangguk pada MinYoung, "Nanti aku jelaskan padamu saat sudah di istanaku."

"Kenapa tidak sekarang saja?"

"Setelah pengangkatan Jimin sebagai Ratu dan diakui secara sah kita akan menghabiskan waktu bersama dan menceritakan ini semua. Sekarang aku sibuk dan harus mempersiapkan semuanya."

Yoongi yang sejak tadi hanya diam mengangguk. "Aku juga sedang sibuk memperbaiki struktur dan orang-orang yang ada di istanaku. Jadi saat semua sudah beres dan tidak ada masalah baru kalian bisa berbincang-bincang."

Taehyung ikut mengangguk, "Aku juga sedang sibuk membereskan kekacauan yang dibuat oleh 'orang itu'. Jadi memang tiga kerajaan sedang sibuk. Tapi tidak apa-apa Kak, dengan begini Kakak bisa istirahat terlebih dahulu dan menghabiskan waktu lebih banyak dengan ayah dan ibu."

Seojoon dan MinYoung mengangguk, "Baiklah. Kalian selesaikan semua urusan kalian saja dulu."

"Dan tentang dua orang yang kabur itu bagaimana?"

Pertanyaan Taehyung membuat Jungkook hanya menanggapi nya dengan tersenyum misterius. "Tidak perlu sudah payah mencari mereka, mereka akan datang dengan sendirinya. Lihat saja."

Yoongi yang mengerti maksud Jungkook mengangguk, "Tapi untuk itu harus banyak pasukan untuk melindungi Jimin. Aku akan mengirim orang-orang dari istanaku untuk menambah penjagaan."

"Para serigala dari istanaku juga akan aku kirimkan, dengan begitu penjagaannya akan jadi lebih ketat dan tentu saja Jimin akan semakin aman."

Jungkook menaikkan sebelah alis membuat Taehyung berdecak. "Ayolah lupakan permusuhan antar kerajaan, bukankah sekarang kita semua keluarga?"

Jimin mengerjap bingung saat semua mata tertuju padanya. "Apa?" Bingung Jimin.

MinYoung tersenyum, "Benang merahnya adalah kau, Nak. Semuanya bisa bersatu karena ada dirimu."

"Aku?"

Jungkook tersenyum, "Sudahlah. Kita pulang sekarang?"

Jimin cemberut, "Haruskah? Aku baru bertemu dengan ayah dan ibuku, Kookie. Nanti saja."

"Kookie?"

Terdengar bisikan dan cekikikan dari orang disekitar Jungkook membuat Jungkook mendengus. Panggilan itu memang aneh sebenarnya tapi dia tidak bisa melarang Jimin.

"Ratu, aku harus menyiapkan acara penobatan mu. Setelah acara itu kau bisa menghabiskan waktu sebanyak yang kau mau dengan orangtuamu."

Jimin mendengus, "Baiklah kalau begitu, Kookie."

Cekikikan kembali terdengar, tentu saja tawa dari seorang Kim Taehyung. Karena dari semua orang hanya Taehyung yang tahu semua rahasia hubungan Jimin dan Jungkook. Karena dia adalah,

"Tata, aku akan pulang dulu. Nanti saat kau ke istana Jungkook bawa ayah dan ibuku, ya."

"Hei, Jimin, namaku Taehyung!"

"Tapi sebelumnya kau Tata, kan?"

Taehyung berdecak, gantian dia yang cemberut membuat orang-orang tertawa.

"Baiklah kami pergi dulu."

Jimin yang sudah berada dalam gendongan Jungkook melambaikan tangan, "Dadah semunya."

"Kau akan membawa Jimin seperti itu, Yang Mulia?" tanya MinYoung sedikit khawatir.

"Tentu. Cara ini lebih cepat. Tidak apa-apa, kan?"

MinYoung mengangguk cepat, "Tentu tidak apa-apa. Silahkan."

Jimin terkekeh melihat ibunya yang takut pada aura dingin Jungkook. "Dadah ibu."

"Sampai jumpa, Jimin."

TBC

Queen [Kookmin/Jikook]Where stories live. Discover now