1. Babu Jeno

25.9K 2.1K 202
                                    

Deru nafas saling bersahutan terdengar mengalun hingga ke penjuru koridor kelas sepuluh. Sepasang mata tajam bak elang itu terlihat berkilat. Menatap sang empu yang kini menelan salivanya dengan susah payah.

Jeno mencengkram bahu Jaemin dengan kuat, dengan arah mata yang tidak lepas memandang wajah sang empu dari dekat.

Banyak murid lain yang memilih pergi atau diam di tempat. Tidak ada yang berani mendekat. Mereka masih sayang nyawa, bahkan beberapa guru yang melihat lebih memilih melipir lewat jalan lain atau pura-pura tidak melihat.

"Udah gue bilang kan? Jangan keluar kelas sebelum gue dateng. Lo gak ngerti gue ngomong apa?" Jeno berujar dengan nada rendah, yang mampu membuat Jaemin semakin segan dengan pemuda itu.

"Maaf Kak. Gue cuma mau ke toilet, udah gak tahan." Ujar Jaemin jujur. Ia sudah sangat tidak tahan untuk menahan sesuatu yang memang seharunya di keluarkan.

"Gue gak mau denger apapun alasan Lo. Ini yang terakhir, kalo sampe Lo keluar kelas tanpa gue, liat aja. Abis Lo, ngerti gak?!" Jaemin mengangguk dengan gugup.

"Ikut gue!"

Jeno menarik tangan Jaemin, membawanya pergi dari atensi para murid yang membawa berbagai pandangan. Tanpa sadar cekalan tangannya terlalu erat hingga membuat Jaemin meringis kesakitan.

"Kak, sakit ..." Jaemin berujar dengan hati-hati. Yang mana langsung Jeno tanggapi dengan melepas cengkraman itu, bisa Jeno lihat lengan putih milih Jaemin sedikit memerah.

Ia menatap sebentar Jaemin yang masih mengelus lengannya. Kemudian beranjak dari sana tanpa mengatakan apapun, namun Jaemin sadar bahwa tadi Jeno menyuruhnya untuk ikut.

Berakhir dengan Jaemin yang mengikuti langkah lebar Jeno dari belakang. Punggung tegap milik kakak kelasnya itu terlihat jelas di depan mata.

Menghela nafas pelan, mungkin jika Jeno bersikap baik pada nya. Jaemin pasti akan menjadi salah satu fans dari kakak kelasnya itu. Tapi sifat Jeno yang selalu memberi perintah dan selalu memaksanya itu membuat Jaemin tidak menyukai Jeno.

Jaemin tidak tahu apa yang ia lakukan hingga Jeno selalu menjadikan dirinya target. Setahu Jaemin, ia tidak pernah membuat kesalahan dengan Jeno.

Tapi Jaemin lupa, jika dia pernah menginjak kepala Jeno yang tengah tertidur di pinggir lapangan.

Bagi Jaemin itu bukan lah masalah besar, lagian kejadian itu sudah terjadi beberapa bulan yang lalu. Tapi mengapa Jeno selalu merundungnya setiap saat?

"Oi!" Sentakan itu membuat Jaemin sadar dari lamunannya. Menatap Jeno yang kini memandangnya datar, ia kembali menundukkan kepala.

"Kalo orang ngomong tuh di liat mukaknya!" Kembali lagi, Jaemin tidak pernah benar di depan Jeno. Selalu salah dan di maki. Dengan terpaksa, Jaemin mendongak.

"Masuk, jangan keluar sebelum gue ijinin." Tidak kuasa menolak seperti sebelum-sebelumnya. Jaemin mengangguk pelan, masuk ke dalam ruangan yang Jeno suruh tadi.

Hal pertama yang ia lihat adalah dominasi warna monokrom. Mulai dari dinding hingga furniture di dalamnya. Jaemin tahu, ruangan ini adalah ruangan istimewa, ruangan khusus yang hanya satu pemiliknya.

"Duduk jangan kaya orang tolol. Gue pergi dulu, inget kata-kata gue tadi." Belum sempat Jaemin bertanya Jeno sudah berlalu dengan bantingan keras di pintu.

Menghela nafas pelan, Jaemin memilih duduk di sofa yang berada di tengah ruangan. Di pojok sana ada kasur kecil dengan seprai abu-abu. Lalu pojok yang lain terdapat dua unit lemari es.

Sudah Jaemin bilang bukan? Ruangan ini istimewa. Istimewa dalam hal di tempati oleh raja iblis. Ya, ruangan ini adalah ruangan pribadi Jeno yang terletak di dalam sekolah. Bahkan jika mau Jeno bisa merubah sekolah ini menjadi hotel berbintang jika mau.

Kuasa yang keluarganya miliki memang mampu membuat tunduk siapa saja. Oleh sebab itu tidak ada guru yang mampu menegur Jeno di sekolah, takut di pecat.

Selain menang dalam hal kekuasaan dan ketampanan. Jeno juga unggul dalam bidang bela diri, itu sebabnya satu sekolah ini tidak ada yang berani dengannya. Bahkan sahabat-sahabat nya saja harus berfikir dua kali jika mengajak Jeno bercanda.

Jaemin tidak bisa mendefinisikan kekuasan yang Jeno pegang. Tapi Jaemin bisa memberi sedikit cerita tentang kenakalan Jeno. Selain brandal, Jeno itu ketuanya geng sekolah.

Sering tawuran dan balap liar, meskipun Jaemin belum pernah mendengar Jeno sering bermain wanita. Tapi tetap saja, Jeno seorang anak nakal yang tidak patut di dekati.

Nasib buruk bagi Jaemin karena pernah merasa senang di terima di sekolah ini. Jika bisa pindah pun Jaemin pasti akan pindah, namun ia tidak bisa. Teringat akan ancaman yang Jeno pernah katakan padanya.

Disini ia kesepian, tidak memiliki teman lain selain Renjun. Semuanya karena Jeno yang berteriak di tengah lapangan, berkata bahwa murid yang berteman dengan Jaemin tidak akan berumur panjang.

Jaemin kesal, ia marah dan ia tidak terima. Namun ia bahkan tidak bisa melakukan hal apapun untuk membalasnya. Jeno selalu mengeluarkan ancaman yang membuatnya tidak bisa berkutik.

Menghela nafas sabar, Jaemin memijat pangkal hidungnya pelan saat rasa pusing menderanya. Memikirkan nasibnya di sekolah ini selalu membuatnya pusing.

Tidak lama kemudian pintu hitam itu kembali terbuka, menampilkan Jeno yang baru kembali dengan kantung kresek di tangannya. Pemuda itu mendekat tanpa menuturkan kata, kemudian menaruh bungkusan itu di atas meja.

"Gue baru beli makanan. Tolong bukain, terus suapin gue!" Jeno bertitah membuat kening Jaemin berkerut.

Namun sang empu yang memiliki wajah datar itu terlihat santai dengan menaikkan kedua kakinya di atas meja.

"Kenapa gue? Kakak punya tangan sendiri?" Meskipun segan, tapi jaemin tidak takut menjawab.

Jeno terkekeh, " kalo ada babu, kenapa gue harus turun tangan? Cepet, gue laper!" Ujarnya.

Menghela nafas, Jaemin sekali lagi hanya bisa menurut. Ia sama sekali tidak mau menatap wajah Jeno saat menyodorkan Susi itu di dekat mulut.  Dari ekor matanya, Jaemin bisa melihat Jeno memperhatikannya intens.

"Enak ..." Meskipun samar, Jaemin bisa menangkapnya. Mungkin memang Jeno menyukai Susi, terbukti dari pemuda itu yang memberi dua porsi sekaligus.

Brakk

Jaemin reflek memegangi dadanya yang berdetak tidak karuan. Mengabaikan Susi yang ia pegang tadi kini terpental ke lantai. Ia masih memastikan bahwa jantungnya masih berada di tempat yang sama.

Menghela nafas lega saat masih dapat merasakan detakan cepat itu. Jaemin teringat sesuatu, ia menatap Susi yang terpental itu kemudian menatap wajah Jeno yang terlihat menyeramkan.

Namun Jeno tidak menatap marah ke arahnya, melainkan ke arah seseorang yang baru saja mendobrak pintu ruangan pribadi Jeno. Si pelaku itu sudah berkeringat dingin saat tahu baru saja melakukan kesalahan.

Tanpa di suruh, pemuda itu mendekat untuk meminta maaf. Saat mulut hendak berbicara, sebuah bogem mentah telah melayang terlebih dahulu. Itu Jeno dengan kilat di matanya. Kejadian barusan mampu membuat Jaemin memekik kaget.

"Maaf, Jen." Huang Jean itu kembali bangkit, sembari memegangi pelipisnya yang mengeluarkan darah.

Jean melirik ke arah Jaemin yang masih menutup mulutnya terkejut. Kemudian kembali menatap Jeno yang masih terbakar api amarah.

"Gue cuman mau ngomong. Kita di serang." Lanjutnya.

Wajah Jeno langsung berubah kembali, kali ini terlihat lebih menakutkan dari beberapa detik sebelumnya. Mata sipit itu melirik sebentar ke arah Jaemin, tanpa Jaemin ketahui apa maksudnya.




____

Kapal nomin berlayarrrrr ^^

Gak tau kenapa like banget sama ship yang satu ini. Huhu

King Posesif [Nomin]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt