5. Dikejer polisi

12.8K 1.5K 67
                                    

Jaemin baru saja selesai sarapan saat deruan motor yang terdengar bising memasuki area rumahnya. Kemudian tidak lama suara bel yang di tekan brutal membuatnya kesal.

Dengan langkah besar pemuda manis itu melangkah cepat ke arah pintu. Niat hati ingin memarahi si tamu tidak tahu diri karena bisa saja merusak bel rumahnya yang di pasang mahal.

Namun semuanya Sirna begitu saja saat tahu siapa yang menjadi tamu nya kali ini. Tamu itu Jeno, dengan wajah datar andalannya menatap Jaemin tajam.

"Berangkat bareng gue." Titahnya.

Jaemin melongo di tempatnya. Melihat halaman rumahnya kini terparkir tujuh buah motor ninja. Jeno tidak sendiri, pria itu membawa beberapa temannya yang kini masih menunggu di atas motor masing-masing.

"Gak usah Kak. Gue bisa berangkat sendiri kok." Tolaknya halus, tidak ingin membuat Jeno tersinggung.

"Gue bilang. Berangkat, bareng gue!" Ujar Jeno sekali lagi.

Jaemin menatap lamat Jeno yang kini memasang wajah dingin andalannya. Entah apa maksud Jeno menjemputnya dengan gerombolan teman-teman nya. Padahal Jaemin tidak ada menyuruh Jeno untuk menjemputnya.

Oh no, Jaemin tidak akan pernah mau di jemput oleh Jeno. Bahkan Jaemin selalu memikirkan cara agar tidak bertemu Jeno.

"Gue tau gue ganteng." Sahut Jeno pelan saat pemuda di hadapannya masih diam menatapnya.

Perkataan Jeno itu mampu membuat Jaemin bergidik ngeri. Hell, mau setampan apapun Jeno kalau sifat nya tetao seperti itu juga Jaemin tidak akan pernah jatuh cinta padanya.

"Iya, Kak. Terserah Kakak." Jawabnya sembari menutup pintu. Jaemin memang sudah siap sedari tadi.

Dalam hati Jaemin bersyukur Siwon dan Yoona sedang tidak ada di rumah. Kalau tidak mungkin ia sudah di interogasi. Jaemin tidak akan membiarkan keluarganya tahu jika ia sering di rundung oleh Jeno.

"Hai, Jaem." Jaemin yang masih melangkah mengekori Jeno itu langsung menoleh bergitu di sapa.

"Bang Yuta?!" Tanpa sadar suara antusias Jaemin itu terdengar seperti pekikkan. Membuat langkah Jeno terhenti untuk menatap wajah penuh binar milik pemuda manis di belakangnya.

"Abang kok di sini?" Jaemin mendekat ke arah pemuda yang bernama Yuta. Bingung karena Yuta bukan satu sekolah dengannya.

"Iya. Nganterin Pak Bos ngambil berlian nya, eh gak nyata ternyata berliannya Pak Bos si anu." Jawabnya pelan sembari terkekeh.

"Berlian apa? Bang Yuta emang kerja sama siapa?" Jaemin menatap Yuta bingung. Pemuda yang tua beberapa tahun darinya itu adalah orang kaya, lalu mengapa berkerja?

Yuta terkekeh," nanti Lo tau sendiri, Jaem." Jawabnya yang justru membuat kernyitan di dahi Jaemin semakin jelas.

Jaemin hendak kembali melontarkan pertanyaan, namun Jeno sudah memotong perkataannya terlebih dahulu. Di lihat dari wajahnya, Jaemin bisa melihat mood pemuda itu yang menurun.

"Gak usah banyak omong. Lo mau telat?" Jaemin terdiam. Tidak lagi berani membantah.

"Naik." Ujar Jeno tanpa menoleh sedikitpun.

Jaemin menghela nafas dalam sebelum beranjak naik ke jok motor Jeno. Jujur saja, Jaemin yang jarang sekali di bonceng dengan motor ninja seperti ini merasa bingung.

Bingung ingin berpegangan pada apa. Sebelum motor benar-benar berjalan, Jeno sempat memberikan helm bogo bermotif boneka Ryan. Jaemin tidak lagi membantah yang justru malah akan membuat mood Jeno turun lagi.

Motor mulai melaju. Jalanan yang biasa padat kini terlihat sepi. Selain karena hujan baru saja mengguyur, mereka juga menggunakan jalan tikus.

Beberapa pasang mata di pinggir jalan tidak segan untuk menatap ke arah mereka yang memang berhasil menjadi pusat perhatian.

Jejeran motor ninja dengan knalpot modif yang bunyinya tidak lagi manusiawi. Padahal body motornya gagah, tapi suaranya benar-benar membuat telinga Jaemin Pengang.

Hingga sampai perempatan Sekolah tetangga, teman-teman Jeno berpisah. Jaemin bahkan baru sadar jika di sini yang berbeda sekolah adalah Jeno dan dirinya sendiri. Selebihnya satu sekolah dengan Yuta.

Laju yang tadinya santai itu kini berubah. Jeno dengan tidak berperasaan menarik gas dengan tiba-tiba hingga membuat Jaemin hampir terjungkal ke belakang jika saja Jeno tidak menarik bajunya.

"Pegangan." Jaemin mendengar teriakan Jeno itu dengan samar. Namun ia tidak mengerti Jeno menyuruhnya pegangan ke mana.

Maka dengan polosnya Jaemin memegang besi belakang membuat dengusan Jeno terdengar. Lalu tanpa aba-aba Jeno menarik tangan Jaemin untuk melingkar di pinggang kokohnya.

"Kak bisa pelan-pelan gak? Gue takut!" Jaemin berteriak.

Tidak lama kemudian motor yang di tumpanginya berjalan normal. Jaemin mengelus dada ratanya dengan lega. Ia hampir saja mati tegang karena Jeno tidak dengan perasaan dalam mengendarai motor.

Baru juga merasa tenang. Jaemin di buat kaget karena Jeno yang tiba-tiba menarik gas nya hingga full. Motor melaju seperti kesetanan.

"KAK PELAN-PELAN, GUE TAKUT!"

Jaemin rasanya ingin menangis, sungguh ia tidak berbohong saat mengatakan bahwa ia takut. Motor yang ia tumpangi saat ini seperti tengah terbang.

"GAK BISA. KITA DI KEJER POLISI!" Balasan Jeno itu membuat Jaemin langsung terisak.

Jaemin bahkan baru sadar jika suara sirine polisi berada di belakangnya tepat. Merasakan Jeno dengan lihai menyalip kendaraan di depan mereka membuat Jaemin memeluk lelaki itu erat.

"KAK hiks ... MAU PAPA." Sekali lagi Jaemin menginginkan dekapan Siwon.

_____

Suara erangan prustasi itu kembali terdengar. Jeno mengusap wajahnya kasar, menatap sekitarnya. Ia baru sadar jika saat ini menjadi pusat perhatian.

"Udah dong, Na. Berhenti nangis nya bisa gak?" Ujarnya kesal.

Namun pemuda yang masih terisak di kursi taman itu menggeleng pelan. Bukannya berhenti, justru isakkan Jaemin semakin terdengar keras.

"Lo jahat Kak hiks, u-udah gue bilang gue takut malah ngebut hiks. Ke tangkep polisi kan hiks ..." Isaknya yang tidak kunjung bisa di hentikan.

Sekali lagi, Jeno meraup wajahnya prustasi. Pemuda itu berjongkok di depan Jaemin yang menunduk sembari meremat tangannya.

"Terus gue harus gimana biar Lo berenti nangis?" Tanyanya pelan.

"Hiks ... Mau Papa." Jawabnya yang justru membuat Jeno semakin pusing.

Sudut hati Jeno yang paling dalam rasanya tidak rela jika harus memulangkan Jaemin sekarang. Entah mengapa, namun rasanya Jeno masih ingin bersama Jaemin lebih lama.

"Yang lain selain itu." Ujarnya membuat Jaemin menggeleng dengan isakkan semakin keras.

Tidak mau menyerah begitu saja, Jeno mengedarkan pandangan ke arah sekitar. Mata tajam nya berhenti tepat di kedai kecil pinggir jalan yang menjual eskrim.

"Bentar, jangan kemana-mana." Ujarnya kemudian melangkah pergi. Meninggalkan Jaemin yang masih terisak sendiri di bangku taman.

"Hiks ... Kak Jeno jahat. Nana mau Papa hiks ..." Jaemin sungguh-sungguh merindukan Siwon jika seperti ini.

Tidak lama kemudian Jeno kembali, dengan kedua tangan yang memegang dua cup eskrim. Pemuda itu berdiri membelakangi matahari, tepat di hadapan Jaemin. Bak seorang pahlawan yang datang untuk melindungi hingga terik matahari tidak lagi menyentuh kulit Jaemin.

Jeno tersenyum tampan, kemudian menyodorkan satu cup eskrim ke arah pemuda di depannya dengan percaya diri.

Namun bukannya senang, justru tangisan Jaemin semakin keras.

"HUAAA ... KAK JENO MAU BUNUH GUE YA? GUE ALERGI STROBERI Hiks ..."

King Posesif [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang