6. Jeno jadi Ayah

14.1K 1.4K 82
                                    

"Please jangan nangis. Gue yang gendong deh."

Jeno meraup wajahnya frustasi. Menatap wajah memerah milik Jaemin yang sedari tadi tidak mau berhenti menangis. Padahal jarak dari taman dan rumah keluarga Na lumayan jauh.

Berbeda dengan Jaemin yang tampak masih meraung memanggil nama sang Ayah. Sepertinya anak itu benar-benar menginginkan Ayah nya, namun Siwon dan Yoona belum juga pulang dari aktivitas luar rumahnya.

Jeno sudah mencoba menghubungi Siwon, namun ponsel pria itu tidak aktif. Prustasi, Jeno benar-benar bingung bagaimana cara agar tangisan Jaemin berhenti.

Bukannya apa, pemuda itu kasihan melihat nafas yang tersengal. Bahkan Jeno bisa melihat Jaemin mulai ke susahan nafas.

"Hiks nanti Kakak banting gak? ..." Tanya Jaemin ragu. Ia takut saat Jeno membantingnya karena muak mendengar tangisan.

Di rumah besar ini hanya ada ia dan Jeno saja. Sedangkan para pekerja di rumah sudah pulang setelah selesai melakukan pekerjaan mereka.

Jeno mendengus, menggeleng pelan saat tahu isi kepala Jaemin sekonyol itu. Hell, ia bukan manusia tanpa hati yang tidak bisa merasa kasihan.

Melihat Jaemin hendak angkat bicara membuat Jeno dengan sigap langsung meraih tubuh pemuda itu dalam gendongannya. Hingga gerakan tiba-tiba nya itu mengundang pekikan  kaget dari Jaemin.

Pemuda itu refleks memberontak, beruntung Jeno dapat menahan tubuh ringan Jaemin. Bahkan ia pun kaget merasakan betapa ringannya tubuh Jaemin.

"Diem! Udah gue gendong kan gak gue lempar? Jadi diem, gak usah nangis lagi." Ujaran Jeno itu membuat Jaemin terdiam. Dekapan Jeno juga ternyata sangat nyaman di tubuhnya.

Sama seperti gendongan Siwon yang membuat Jaemin tenang. Kini pemuda itu sudah meletakkan kepalanya di bahu Jeno. Menyandarkan dengan nyaman, sembari memejamkan mata dengan perlahan.

"Maapin gue, gue gak tau kalo Lo alergi stroberi." Gumaman Jeno itu masih mampu menyapa gendang telinga Jaemin.

Jujur saja, Jaemin merasa ada yang salah dengan pendengarannya, hingga bisa menangkap kalimat mustahil yang keluar dari bibir Jeno. Tapi saat melihat Jeno yang terdiam membuat Jaemin sadar bahwa ia tidak salah dengar.

Jadi, bisakah Jaemin berteriak sekarang? Ucapan maaf dari Jeno itu adalah hal yang mustahil. Tapi sekarang ia mendengarnya secara langsung.

Jangan bilang Jaemin berlebihan, karena kalau kalian yang berada di posisi Jaemin pun pasti akan melakukan hal yang sama atau justru lebih?

"Na, Lo denger gue gak?" Kali ini nada suara Jeno terdengar normal.

Untuk panggilan Nana, Jeno memaksa Jaemin untuk menerimanya menggunakan panggilan itu. Entah apa yang ada di kepala Jeno hingga bisa membuat Jaemin bingung dengan tingkah lakunya yang berubah drastis.

"Iya Kak, gue denger." Jawab Jaemin pelan sembari mengangguk. Bahkan kini posisi Jaemin sudah bersandar di dada bidang Jeno karena merasa nyaman.

"Kok, gue?"

Jaemin mendengus pelan hingga tidak sampai menyapa pendengaran Jeno. Ternyata sifat menyebalkan Jeno tidak juga berubah.

"Iya Kak, Nana denger." Meskipun terdengar ketus, hal tersebut tidak memungkiri bahwa senyuman tipis terbit di bilah bibir Jeno.

Jeno suka saat Jaemin memanggil dirinya sendiri dengan sebutan Nana. Terdengar lucu dan menggemaskan, seperti orangnya, eh?

Kepala itu sontak menggeleng pelan kala sadar dengan apa yang baru saja ia pikirkan. Kendati sudah menolak ribuan kali, Jeno tidak pernah mengelak bahwa Jaemin selalu memenuhi kepalanya, juga .... Hatinya.

____

"Sialan! Gue kenapa sih?" Erangan kesal itu terdengar. Jeno meraup wajahnya prustasi.

Saat ini ia tengah berbaring di tempat tidur dengan menatap langit-langit kamar. Ruangan yang di dominasi warna monokrom itu menjadi saksi di mana seorang Lee Jeno menjadi gila karena wajah bungsunya Na Siwon terus terngiang tanpa henti.

Semua ini terjadi karena Jeno yang menggendong Jaemin ala koala menggantikan peran sebagai Na Siwon. Sumpah demi apa, Jeno tidak bisa melupakan wajah pemuda yang tertidur di dadanya.

Bibir yang sedikit mengerucut karena tertekan, kemudian kelopak indah yang terpejam mampu membuat seorang Lee mabuk kepayang.

Kemudian kata-kata Na Siwon saat ia menyerahkan Jaemin tidak luput hadir bak kaset rusak yang terus berputar di otaknya.

"Wah, makasih ya Nak. Saya gak ragu kalo kamu yang ngurus Nana. Semoga jadi mantu idaman ya."

Sungguh, Jeno benar-benar tidak bisa berfikir saat itu. Siwon memandangnya dengan senyum misterius, yang tentu saja membuatnya bingung.

"Sialan! Sialan! Sialan! Na Jaemin! Lo bener-bener buat gue gila!" Jeno teriak seperti orang kesetanan, hingga dobrakan kencang di pintu kamarnya membuat pemuda itu terdiam.

"DIEM GAK BANG? GUE PELET TAR JAEMIN JAEMIN ITU."

Jeno mendengus saat suara Sungchan--adiknya terdengar lebih kencang. Sungguh demi apa, ia benci Sungchan yang selalu berkata demikian saat tahu setiap malam ia mengingo nama Jaemin dalam tidurnya. Padahal anak itu sendiri tidak tahu Jaemin yang mana.

"Gak usah sok-sokan mau melet Lo. Tau Nana aja kagak!" Jeno bales teriak. Rasanya tidak terima kata-kata Sungchan yang menjerumus ke perang antar saudara.

Decitan pintu terdengar, bersama dengan sebuah kepala yang menyembul masuk ke kamar Jeno. Pemuda itu tersenyum remeh ke arah sang Abang. Kemudian masuk dan berjalan mendekat.

"Gue tau kok, yang di taman tadi sama Lo kan? Yang nangis karena di kasih eskrim stroberi?" Ujar Sungchan membuat mata Jeno terbelalak kaget. Si sulung Jung itu melotot.

"Kok Lo tau?" Jeno mengambil ancang-ancang, dengan bantal guling di tangan yang sudah bersiap terlempar kapan saja.

Bukannya menjawab, justru Sungchan berkata hal lain yang mana membuat Jeno semakin frustasi.

"Kalo di liat-liat. Imut juga ya? Cocok pastilah kalo gue jadiin gandengan." Setelah mengatakan kalimat itu Sungchan langsung berlari keluar dengan meninggalkan Jeno yang melempar bantal guling ke udara.

"GUE SUMPAHIN JADI ANAK DAJJAL LO!"

"SIAPA YANG DAJJAL?!" Jeno terdiam, barusan suaranya Lee Donghae yang tidak terima Dajjal di bawa-bawa. Namun Jeno tidak peduli.

Ada sedikit di sudut hati Jeno yang merasa tidak terima saat Sungchan mengatakan kalimat itu. Jeno tidak akan mundur meski harus melawan saudaranya sendiri.

Pasalnya, Jeno sudah berjuang sejak lama.







____

Maaf lama gak update.

King Posesif [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang