7. Cemburu.

11.6K 1.2K 184
                                    

Jika di lihat selama ini, perlakuan Jeno ke Jaemin adalah hal yang buruk. Namun jika di teliti lebih dalam, ada hal janggal di dalamnya. Di mana Jeno si perundung Jaemin tidak pernah berbuat keterlaluan seperti bermain fisik.

Padahal jika jadi yang di rundung. Jaemin masuk ke dalam salah satu target yang memiliki kebebalan tingkat tidak tahu diri. Tidak jarang Jaemin meluapkan sifat kurang ajarnya. Tapi Jeno tetap tidak pernah sekalipun bermain fisik.

"Kak, ini kopinya." Jeno menoleh ke asal suara yang menampilkan wajah masam Jaemin. Ah, Jeno lupa kalau saat ini ia tengah meminta dibuatkan kopi.

Ruangan pribadi Jeno di sekolah itu menjadi saksi, bagaimana Jeno menjadikan anak kesayangannya Siwon itu babu. Pemuda itu mengangguk dengan tampang arogan, tanpa mau menatap sejenak atau sekedar berucap terima kasih. Dalam diam, Jaemin terus saja menyumpah serapahi Jeno dalam hati.

"Lee sialan Jeno," gumam Jaemin yang sedikit mampu Jeno dengar. Si lawan bicara dengan sigap menoleh ke arahnya, membuat Jaemin menunduk seketika.

"Apa yang lo omongin barusan?" tanya Jeno, entah telinganya saja atau tidak, tapi ia sempat mendengar umpatan Jaemin samar-samar. Si empu yang ditanya hanya mampu menguar senyum tipis.

"Mungkin anda salah denger yang mulia, mending minum aja kopinya." Sedikit tak percaya, baru kali ini Jaemin menjawabnya tanpa nada getar di telinga. Meskipun bingung, Jeno hanya bisa mengedikkan bahu acuh.

Namun baru saja lidahnya menyentuh cairan hitam di dalam gelas, Jeno sudah menyemburkan cairan itu hingga mengenai dokumen perusahaan ayahnya yang ada di meja. Maniknya membola, biasanya rasa kopi tanpa gula itu pahit, bukan asin.

"Lo mau ngeracunin gue ya!" bentaknya membuat Jaemin tersentak kaget. Pemuda itu tampak ketakutan hingga tubuhnya bergetar tanpa henti. Melangkah mundur, Jaemin benar-benar tidak melakukan apapun yang membuat Jeno marah. Atau mencampur sesuatu ke dalam sana. Lantas mengapa kata Jeno rasanya asin?

"M-maaf hiks papa ..."

Jeno terkesiap, mendadak ia meraup wajahnya prustasi. Di saat banyak kerjaan menumpuk yang Donghae berikan padanya, Jeno justru malah melampiaskannya pada Jaemin. Ia mendekat, namun pemuda di depannya dengan cepat mundur dengan isakkan yang entah mengapa membuat hatinya tergetar.

"Maafin gue, gue kira lo pakein garem, soalnya rasanya asin. Coba deh lo minum," kata Jeno. Ia hanya tidak ingin Jaemin salah paham. Karena memang nyatanya rasa kopi itu asin. Menyodorkan kopinya tadi ke arah Jaemin. Jeno justru mendengar kalimat yang menyakiti hatinya.

"Hiks gak mau, itu bekas kakak, ada jigongnya hueee ... Hiks papa, Nana mau papa."

Jeno mendadak ingin menangis juga, ia benar-benar bingung akan kondisi saat ini. Maka dengan perlahan Jeno menarik pemuda cantik di depannya dalam dekapan. Mengusap punggung kecil itu dengan lembut dan ketulusan, semata hanya untuk memberikan ketenangan.

"Udah nangisnya, maafin gue. Gue gak akan maksa lo minum ini kok," katanya penuh sesal. Tapi sepertinya bukan menyesal karena telah membentak Jaemin. Jeno lebih cenderung menyesal karena telah memancing keributan yang membuatnya harus membereskan.

"Hiks Nana mau papa, kak." Tidak punya pilihan lain, Jeno langsung menggendong Jaemin ala koala. Beruntung tubuh pemuda itu ringan, kalau tidak sudah hancur punggung nya. Bak Dejavu, Jeno menepuk bokong sekal itu sembari membawanya berkeliling. Sekaligus mencari kesempatan dalam kesempitan tampaknya tidak apa-apa.

"Udah, jangan nangis gue di sini. Bokap lo lagi buat dedek bayi, jangan diganggu dulu." Jaemin mengangguk meski tidak mengerti dengan yang dikatakan Jeno. Ia memilih menaruh kepalanya di dada bidang pemuda angkuh itu.

Kriet

"Wih bos, udah nempel aja kek tai." Jeno memejamkan matanya menahan emosi kala Lucas dengan santainya berbicara demikian. Kelopak mata seindah teratai yang tadinya hendak menutup itu kembali terbuka. Jaemin mendongak menatap Lucas yang menyengir lebar di ambang pintu.

"Lucas," geram Jeno membuat Lucas mendadak mati kutu, seperti nya ia telah melakukan kesalahan. Dengan sopan, Lucas melangkah mundur dan menutup pintu dengan perlahan.

"Abdi mau ngapel dulu bos, assalamualaikum."

Setelah pintu tertutup sempurna, Jeno menghela napas pelan. Padahal Jaemin hampir saja tertidur tadi. Seperti mengulangi dari awal, Jeno kembali memutari ruangan dengan tangan yang setia menepuk-nepuk pantat Jaemin. Memberi pria manis itu kenyamanan hingga masuk ke alam mimpi.

____

Selepas pulang sekolah, Jeno langsung melajukan motor sportnya hingga berhenti di sebuah rumah dua lantai. Saat membuka pintu, aroma kemiskinan langsung menyeruak menelusup hidungnya. Jeno melangkah semakin masuk ke dalam. Baru Lima langkah masuk, maniknya bisa menangkap sepotong tubuh tidak berguna yang disebut pengangguran.

"Eh bos!" seru Dery yang mulai bangkit saat mengetahui kehadiran sang ketua. Pulau kering yang menempel di sudut bibirnya itu dihapus begitu saja menggunakan bolu original di atas meja sebelum dimasukan lagi ke mulut.

"Jorok," kata Jeno yang hanya mendapat hedikkan bahu acuh Dery.

"Mana yang lain?" tanya Jeno yang dibalas gelengan pelan Dery. Pemuda itu kembali megambil sepotong bolu di atas meja yang telah berada di sana selama tiga hari. Bahkan tak jarang hewan bernama lalat mengerubungi.

"Kalo gak salah ke rumahnya si Doy." Jeno mengangguk pelan, ia langsung melangkah cepat keluar rumah itu. Tidak tahan akan pemandangan menjijikan terlalu lama.

Setelah motor sportnya kembali berjalan, Jeno melaju dengan santai menuju apartemen Doy. Semilir angin sore hari membuat napasnya terasa sejuk saat dihela. Ini yang Jeno suka dari udara sore, meski ia bukan lah penikmat senja. Ia hanya suka udara bebas tanpa polusi.

Ckitt

Pedal rem yang ditekan tiba-tiba itu membuat nan belakang Jeno terangkat, beruntung tidak ada kendaraan di belakangnya yang melintas. Manik setajam elang itu kini telah memancarkan laser merah yang bisa membunuh siapa saja. Netra itu menatap intens dengan aura ketidaksukaan yang ketara.

Menatap objek di sana. Seorang pemuda mungil berparas cantik yang bergelayut manja di lengan pemuda dewasa. Cengkraman tangan Jeno pada stang motor mengerat hingga buku carinya memutih. Sedangkan tatapan yang selihai pedang itu tak berpaling sedikitpun.

Di sana, Jaemin. Babu sekaligus seseorang yang berhasil merebut hatinya. Kini tengah tersenyum lebar sembari memakan eskrim. Yang paling Jeno tidak suka adalah keakraban keduanya di tempat umum.

"Sial, awas aja lo Na Jaemin!"







_____

Hai, lama gak update. Gue usahain bakal rajin deh.

Shipper nya nomin mana suaranya?!!!

King Posesif [Nomin]Where stories live. Discover now