8. Hubungan.

10K 1.1K 23
                                    

Jangan lupa vote and komennya.
Happy reading!

Hubungan








Suasana sekolah yang semula sepi itu kini kembali ramai, kala jam istirahat tiba dengan penanda bel. Seperti biasa suasana kantin adalah yang paling ramai. Pasarnya para murid itu kini tengah rusuh dari biasanya. Saat dua pemuda yang memiliki kekuasaan terlihat saling melempar tatapan tajam.

"Mau lo apa sih?" tanya Hyunjin. Jeno memutar bola matanya malas, ia kesal sekali dengan pemuda sok dihadapannya ini.

"Mau gue? Lo jauhin Nana," kata Jeno lugas membuat kedua alis Hyunjin mengernyit tidak suka. Tanpa alasan yang jelas Jeno tiba-tiba menyerangnya yang tengah makan, dan kini berkata hal tidak masuk akal yang membuatnya kesal.

Menyeka sudut bibirnya yang terdapat noda darah, Hyunjin terkekeh pelan. Ia menatap tajam ke arah Jeno, namun Jeno sendiri mampu melihat binar remeh yang Hyunjin lontarkan untuknya. Amarah Jeno semakin terpancing, ia menggeram pelan.

Suasana kantin mendadak berubah suram, sementara sahabat-sahabat Jeno pun tampak tidak mau ikut campur urusan pemuda keras kepala nan angkuh itu. Biarkan Jeno kali ini bertindak untuk asmara, karena biasanya Jeno hanya berubah serius saat menyangkut tawuran dan musuh.

"Emangnya lo siapa?" Hyunjin saat ini peka, mungkin saja semua ini bersangkutan dengan kemarin. Saat ia dan Jaemin berpapasan dengan Jeno di pusat perbelanjaan. Dari situ, Hyunjin bisa melihat tatapan tidak suka yang Jeno lontarkan untuknya.

Pertanyaan yang terdiri dari satu kalimat itu membuat Jeno bungkam. Sampai saat ini pun Jeno tidak tahu apa hubungannya dengan Nana. Ia masih belum mampu mengungkap kata-kata yang mendasari perasaannya.

Bugh

Jeno membalas pertanyaan Hyunjin itu dengan bogeman yang bertenaga.  Hingga membuat Hyunjin terhuyung jatuh ke lantai diikuti pekikan histeris para siswi di sana. Mark menahan bahu Jeno, namun pemuda keras kepala itu menghentakkan nya dengan kasar.

"Ada Jaemin," kata Mark membuat kepala Jeno mendongak. Kini menatap seorang pemuda cantik yang tampak terdiam di ambang pintu. Lalu tidak lama, manik Jeno bertemu dengan manik seindah teratai itu.

"Sial!" umpat Jeno saat melihat Jaemin yang perlahan mundur dan hilang dibalik kerumunan. Jeno baru sadar jika saat ini apa yang ia lakukan benar-benar menarik perhatian.

"Urusan kita belum selesai, awas lo!" ancam Jeno sebelum berlalu mencari pemuda yang baru saja meninggalkan kantin. Karena langkah kaki lebarnya, Jeno bisa melihat Jaemin yang menuju ke arah kelasnya sendiri. Dengan cepat Jeno mengejar langkah kaki itu, setelah sampai, Jeno langsung menghentikannya.

"Berhenti, ikut gue." Jaemin menolak, ia tidak mau ikut dengan seseorang yang berani menghajar teman SD-nya. Namun karena kekuatannya tak sebanding, kini keduanya berada di ruangan pribadi Jeno. Tatapan intens itu membuat Jaemin menunduk dalam, ia tidak mau menatap Jeno yang entah mengapa terlihat mengerikan.

"Kenapa pergi?" tanya Jeno membuat Jaemin mendongak dengan tatapan bingung.

"Pergi kemana?" balas Jaemin. Bukan otaknya yang lamban, tapi ucapan Jeno yang setengah-setengah. Jeno menghembuskan napasnya pelan, ia mengacak rambutnya prustasi. Entah mengapa setelah melihat kedekatan Jaemin dan Hyunjin kemarin, moodnya benar-benar turun.

"Lo pikun apa gimana sih? Bukannya gue udah bilang jangan deketin Hyunjin ya," kata Jeno penuh penekanan. Tubuh pemuda itu berjalan perlahan membuat Jaemin merasa terintimidasi dan terancam. Hingga Jeno berhasil mengukung Jaemin yang kini punggungnya menempel tembok.

"Itu hak gue kak, lo gak perlu ngatur gue." Jaemin mencoba berani, kata papa Siwon, keberhasilan adalah sebagian dari daftar harta warisan, eh! Detik itu juga raut Jeno semakin geram.

"Gue bilang gak usah deket-deket Hyunjin! Lo bisa nurut gak sih?" bentak Jeno membuat Jaemin terkesiap di tempatnya. Jeno bahkan tidak lagi peduli kala manik indah di depannya mulai berkaca-kaca. Setetes cairan bening keluar detik itu juga.

"Hiks papa ... Lo kenapa sih kak?" Setelah terisak, Jaemin sempat-sempatnya memanggil sang papa. Anak itu mengusap air matanya dengan kasar. Baru hendak buka suara sebelum benda kenyal menempel di bibirnya. Manik Jaemin membola kaget, Jeno menciumnya.

Jaemin menggeleng agar pautan itu terlepas, maniknya mengeluarkan air mata semakin deras. Namun saat melihat manik sayu sang kakak kelas itu, Jaemin terpaku. Ia berhenti memberontak, kecupan pelan, lalu lumayan lembut itu bisa ia rasakan sebelum pagutan keduanya terlepas. Manik Jaemin masih terpaku pada binar tajam di depannya.

"Gue cinta lo Na, gue bener-bener jatuh cinta sama elo," kata Jeno yang dibalas hening. Tatapan tulus nan sungguh-sungguh itu membuat Jaemin tidak bisa berpaling sedikitpun.

"Gue baru sadar kalo gue ternyata punya perasaan ini ke elo. Gue gak suka liat lo jalan sama Hyunjin berdua. Gue bener-bener cinta sama elo. Mungkin ini kedengeran aneh dan gak bisa lo percaya, tapi gue bener-bener sayang sama lo. Ada perasaan nyaman waktu gue deket elo, gue bahagia, jantung gue berdebar setiap liat lo. Terlepas sama sikap buruk gue yang mungkin udah buat gue semakin buruk di mata lo, gue gak peduli. Yang gue mau, lo tau gue cinta sama lo, gue gak peduli tanggapan lo. Mau lo nolak gue pun gue gak masalah, tapi yang pasti, gue bakal berusaha dapetin lo gimanapun caranya."

Jaemin terpaku, kata-kata Jeno terdengar tulus dan mendayu hatinya. Ada perasaan bahagia kala Jeno mengungkapkan kata-katanya, tapi di sisi lain, ia masih belum sepenuhnya percaya akan apa yang Jeno katakan. Semua tindakan Jeno selama ini, telah membuatnya menilai bahwa Jeno itu berbeda dan tidak bisa diluluhkan dengan biasa.

"Kak," panggil Jaemin, ia mengelap bibirnya dengan ujung baju seragamnya. Jeno berdehem pelan, ia masih tidak mau lepas dari wajah serupa Aphrodite itu.

"Gue gak tau apa yang lo omongin ini bener apa enggak. Tapi yang pasti, semua manusia punya kesempatan. Untuk saat ini, gue gak bisa bales ucapan lo. Semua manusia butuh bukti, bukan cuman sekedar kata-kata semata. Dan bener kata lo, citra lo di mata gue udah buruk. Kalo emang apa yang lo omongin bener, gue gak akan segan buat kasih lo ruang buat elo buktiin kata-kata lo."

Jeno terpaku, ia mengerti bahwa ucapan Jaemin adalah memberinya kesempatan. Senyum lebarnya terulas, membuat Jaemin lagi-lagi terpesona dibuatnya. Mata sipit seindah sabit itu begitu indah.

Cup

Manik Jaemin lagi-lagi membola, Jeno kembali mencuri kecupan di bibirnya yang sudah ia bersihkan. Mengerucutkan bibirnya kesal, ini adalah ciuman pertamanya dengan orang asing selain dengan Siwon, Yoona, dan Jaehyun.

"Jangan manyun, itu artinya lo ngundang gue." Wajah Jaemin datar seketika. Percaya atau tidak, setelah ungkapan yang Jeno berikan barusan membuatnya bisa sedikit bebas berekspresi.

"I love you Nana."






_____

Huhu

Part depan bakalan diisi sama usaha Jeno buat dapetin Nana.

King Posesif [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang