9. Awal pendekatan

9K 1K 30
                                    

Jaemin masih bermanja-manja dengan Siwon, suara bel diluar rumah ditekan berulang kali. Tidak mau lepas, Siwon terpaksa menggendong anaknya itu untuk membuka pintu. Membuat pemuda yang berada di seberang sana sempat kaget karenanya. Tersenyum sopan, Siwon mempersilahkan calon mantu masuk, sementara tangannya masih setia menahan bobot tubuh sang bungsu.

"Dek, Jeno tuh." Melihat bokong Jaemin dipukul pelan untuk memberi tahu kehadirannya, entah mengapa tidak Jeno sukai. Ia memandang sanksi ke arah Siwon, jika saja pria dewasa itu bukan ayahnya Nana, sudah ia kirim ke Antartika dengan tendangan mautnya.

"Papa, ini hari libur. Nana gak mau ketemu sama siapapun, maunya digendong papa aja." Siwon kembali duduk di sofa, membiarkan sang anak kembali memejamkan mata dengan memeluk erat tubuhnya. Kembali memusatkan pandang ke arah Jeno, Siwon menatap pemuda itu penuh tanya.

"Kenapa ya dateng pagi-pagi? Kalo hari Minggu, biasanya Nana gak mau keluar rumah," kata Siwon.

Jeno belum sempat menjawab, saat suara Yoona menginstrupsi. Memekik heboh dari arah kanan Jeno. Saat terlihat tubuhnya, Jeno kaget, Yoona masih membawa wajan dan spatula berwarna pink. Raut wajah wanita itu tampak garang menatap ke arah Siwon dan Jaemin.

"Woi! Siapa yang jatuhin panci limited edition mama di dapur?" Jaemin yang semula memejam itu kini kembali terbuka, sial, ia merasa terpanggil.

"Papa, selamatin Nana hiks ..." Berbisik pelan, Jaemin harap Siwon dapat mengerti ucapannya. Namun yang ada, Siwon justru mengadu pada Yoona jika ia lah penyebabnya. Hal itu membuat Yoona mendekat dengan suara nyaring hasil spatula yang dipukul ke pantat wajan.

"NANA!" Si empu langsung melompat dari pangkuan sang ayah. Nana menarik Jeno agar bangkit dengan segera, kemudian membawanya lagi ke arah keluar rumah.

"NANA MAU NEMENIN KAK JEN KELUAR!"

Brak

Suara pintu yang berhasil ditutup itu membuat Yoona kehilangan napas, dengan garang ia melampiaskan kekesalannya pada Siwon. Memukul wajah pria dewasa itu dengan pantat wajan yang berwarna hitam.

"Papa salah apa sih ma?"

Sementara di sisi lain, Jaemin sudah duduk anteng di kursi mobil Jeno. Anak itu menghela napas lega setelah mampu terbebas dari santapan sang mama. Yoona dan panci itu tidak bisa dipisahkan, catat.

"Maaf kak, gue harap lo gak bakal trauma kak. Lagian kenapa dateng ke rumah gak ngabarin dulu?" tanya Jaemin membuat Jeno menoleh.

Melupakan rasa terkejutnya, Jeno menatap Jaemin dengan senyuman khasnya. Ah, hal ini membuat Jaemin ingat akan pernyataan cinta Jeno kemarin, benarkan pria muda itu bisa berubah hanya demi cinta? Rasanya Jaemin masih tidak percaya. Bahkan senyum tulus yang saat ini ia lihat pun masih terasa asing dan tidak nyata.

"Its okay, gue gak akan trauma. Gimana pun juga, bentar lagi gue bakalan jadi bagian dari keluarga elo." Jeno berucap dengan santai, tapi hal itu justru terdengar tidak biasa di telinga Jaemin.

"Setelah dapetin cinta lo, gue bakal minta restu ama mama dan papa lo. Abis itu gue bakal langsung nikahin lo, gue gak mau nunda-nunda buat anak." Manik Jaemin melotot sempurna mendengar kalimat terakhir Jeno.

"Apaan sih kak. Lo ngomong gitu seakan gue mau aja nikah ama lo," kata Jaemin. Ucapan terlalu mudah Jeno itu tentu membuat Jaemin berpikir dua kali lagi untuk menerima lamaran pernikahan itu. Namun yang ada, Jeno hanya mengedikkan bahunya.

"Ya makanya, gue bakal berusaha buat lo gak bisa nolak ucapan gue."

_____

Pagi ini adalah hari tersial bagi Jaemin. Sudah tidak diberi sangu mama Yoona, karena masalah panci kemarin. Dan kini Jaemin harus berdiri di bawah tiang bendera dengan satu kaki. Beruntungnya ia tidak sendiri, banyak murid telat sepertinya.

"Jaemin, gue boleh bareng gak nanti ke kelasnya?" Itu suara Chenlee, salah satu teman sekelas Jaemin yang selama ini selalu menatapnya sinis, tapi entah mengapa hari ini tampak berbeda.

"Ogah, jijik gue jalan bareng orang munafik kek elo," jawab Jaemin yang langsung mendapat delikkan sebal Chenlee. Meskipun sering dirundung, jangan kira Jaemin lemah dan bisa diinjak-injak seenaknya. Ingat, ia dulu adalag king bullying saat di SMP. Kali ini aja takdir berputar hingga Jaemin harus menjadi bahan rundungan Jeno.

"Sok banget sih idup lo. Gue juga males kali temenan ama lo," katanya. Jaemin mengernyitkan dahi heran.

"Ye, elu duluan yang sksd ya Sueb!" Kalau tidak diperhatikan guru BK, sudah Jaemin pastikan untuk memenggal kepala Chenlee di sini sekarang juga. Tapi sayang, Jaemin merupakan murid berbakti yang masih sayang nilai.

"Na Jaemin!" Sang empu terkesiap, apa ia ketahuan melakukan kesalahan? Mengapa guru BK di belakangnya memanggil?

"I-iya pak?" tanya Jaemin. Anak itu menatap sang guru BK yang memiliki penampilan gahar. Dilihat dari wajah serta gayanya yang sok-sokan, tapi entah mengapa kini terlihat lebih sopan di depannya.

"Kamu kembali ke kelas. Lain kali jangan diulangi lagi kesalahan seperti ini. Namamu sudah tertulis di daftar hitam, saya harap kamu bisa lebih disiplin kedepannya." Para murid yang berjumlah lima itu langsung menatap horor ke arah pak kumis. Hanya Jaemin, bukan kah sangat tidak adil?

"Asik, makasih bapak. Lain kali saya janji gak akan ngulangin kesalahan yang sama, kalo saya ngulangin hal seperti ini, bapak bisa nulis lagi nama saja di daftar bapak." Jaemin berbalik dengan segera, namun saat itu juga langkahnya terhenti. Kala melihat Jeno yang bersidekap dada di sisi lapangan yang lain. Pemuda dewasa itu tersenyum tipis sebelum pergi dari sana.

Ah Jaemin mengerti, apa ini ulah Jeno? Tapi mengapa?

"Jaemin" Suara asing itu membuat Jaemin menoleh. Ia menemukan keberadaan salah satu sahabat Jeno yang kalau tidak salah bernama Mark. Pemuda beralis camar itu tersenyum tipis. Tidak lama menyodorkan sebuah kotak hitam yang dililit pita emas.

"Apa ya kak?" tanya Jaemin sopan. Balasan Mark hanya senyum tipis, meraih tangan Jaemin dan meletakkannya di telapak tangan pemuda itu.

"Dari Jeno, katanya dibuka nanti di rumah." Setelah berucap demikian, Mark langsung meninggalkan Jaemin yang terdiam sendirian. Menghela napas pelan, sejak kemarin mereka menghabiskan waktu berdua. Sifat Jeno benar-benar berubah drastis.

"Apa lagi sih? Sikapnya romantis, tapi mukaknya gak sinkron. Ketua anak berandal jatuh cinta?"















____

Cuman mau ngingetin. Jangan terlau berharap sama cerita ini. Karena gimana juga, gw masih pemula dlem nulis cerita romantis.

King Posesif [Nomin]Where stories live. Discover now