3. Nana mau Papa

14.2K 1.7K 130
                                    

Kepala itu tidak lagi berani terangkat. Suasana mencekam hingga ke tulang itu membuat Jaemin bahkan susah untuk menelan salivanya sendiri. Tatapan setajam pedang di hadapannya membuat Jaemin sepenuhnya bungkam.

"Tuli. Lo gak denger gue ngomong apa? Gue bilang jauhin Hyunjin. Kenapa malah Lo deketin? Lo bener-bener ngeremehin omongan gue ya?" Meskipun nadanya rendah, Jaemin bisa mendengar dengan jelas seberapa besar kemarahan yang hadir pada diri Jeno.

"Kalo gue tanya jawab!!" Sentakkan Jeno itu mampu membuat Jaemin berjengit kaget. Pemuda itu kini bukan hanya menunduk, namun tidak lama suara Jaemin terdengar.

"Masalahnya sama Kakak apa? Hyunjin temen gue Kak, Lo gak ada hak ngelarang gue mau deket sama siapa. Cukup, gara-gara Lo gue gak ada temen di sekolah ini. Lo gak berhak ikut campur sama urusan gue." Ujarnya.

Tindasan Jeno selama ini sungguh berpengaruh bagi Jaemin. Mungkin menurut Jeno, apa yang dia lakukan selama ini hanya untuk bersenang-senang. Tapi tidak dengan Jaemin yang pastinya merasa tertekan.

Tawa hambar Jeno menguar," gue gak ada hak? Ada, gue ada hak. Lo babu gue inget? Tentu aja idup Lo gak bisa lepas dari kendali gue. Gue bisa ngelakuin apa yang mau gue lakuin, Lo butuh bukti?" Ujarnya.

Jaemin menggeleng dengan cepat. Bukti bagi Jeno itu memiliki definisi yang berbeda. Pernah, dulu saat seorang Kakak kelas mendekatinya sehari setelah Jeno meresmikan perintahnya untuk tidak ada yang boleh mendekati Jaemin.

Namun Jeno, benar-benar membuktikan perkataannya dengan mengirim Kakak kelas tersebut ke ruang IGD. Hingga saat ini Jaemin tidak tahu bagaimana keadaan kakak kelasnya itu, sampai sekarang Jaemin tidak pernah melihat batang hidungnya lagi.

"Orang yang ngelanggar aturan harus di hukum. Menurut Lo, hukuman apa yang pantes buat Lo?" Jeno berujar dengan seringai licik di sudut bibirnya membuat Jaemin yang melihatnya merasa muak.

Jaemin mendengus kesal. Kemudian membalik tubuhnya membelakangi Jeno. Ia tidak ingin Jeno melihatnya menangis karena prustasi. Setetes air mata jatuh, Jaemin selalu menangis jika merasa amat kesal. Biasanya jika seperti ini, Siwon akan menggendongnya berkeliling rumah.

"Gak usah nangis. Hukumannya ringan, cuman temenin gue di sini, gak usah masuk kelas hari ini." Ujaran Jeno itu tidak membuat Jaemin tenang.

Justru pemuda yang sedari tadi berusaha menahan tangisnya itu malah terisak pelan. Perkataan Jeno tidak seringan yang pemuda itu katakan, Jeno tidak tahu banyak tugas yang Jaemin harus selesaikan.

Bibir nude itu mencebik, tangannya terangkat untuk menghapus air matanya dengan kasar. Ia merindukan Papa nya jika seperti ini.

Katakan Jaemin anak Papa, karena memang nyatanya Siwon lah yang menyumbangkan kecebong nya hingga membentuk seorang Jaemin.

"Gue bilang gak usah nangis, kenapa malah mewek?" Jeno bertanya bingung. Menatap punggung bergetar milik pemuda di hadapannya.

Hingga Jaemin berbalik. Menampilkan wajah memerah nya karena menangis. Entah mengapa namun pemandangan di hadapannya ini terlihat menggemaskan di mata Jeno.

"Kak, boleh pending gak hukumannya. Hiks, mau Papa ..." Isak Jaemin membuat Jeno melongo di tempatnya.

Wajah memelas Jaemin membuat Jeno lemah, bahkan tidak sadar Jeno mengangguk pelan.

____

Sepanjang perjalanan Jeno hanya diam membiarkan Jaemin menumpahkan tangisnya. Entah mengapa, di satu sisi ia merasa tidak tega namun di sisi lain ia merasa candu dengan wajah menggemaskan pria mungil itu.

Hingga sampai di depan rumah yang lumayan mewah itu tidak juga membuat Jaemin diam. Berakhir dengan Jeno yang mengantar anak itu hingga depan pintu.

Jeno sendiri tidak tahu mengapa ia melakukan hal ini, hingga membolos dan bahkan rela mengantar Jaemin pulang Sampai depan pintu.

Karena Jaemin masih sibuk menangis, Jeno lah yang menggantikan pemuda itu untuk memencet bel. Beberapa saat kemudian pintu rumah besar itu terbuka, menampilkan wanita paruh baya yang terlihat sangat cantik.

"Lho, sayang?" Yoona--Ibu Jaemin itu langsung memeluk anaknya yang menangis terisak.

"Kenapa Hem?" Tanyanya lembut namun tidak kunjung mendapat balasan dari sang putra.

Sadar sedari tadi merasa di perhatikan, Yoona menoleh ke arah pemuda yang berada di samping sang anak. Menatap lamat wajah pemuda itu.

"Temennya Nana ya?" Tanya Yoona membuat Jeno terdiam sejenak. Baru tau jika Jaemin di panggil Nana oleh keluarganya.

Ia merasa, hubungannya selama ini dengan Jaemin tidak pantas di sebut sebagai teman. Namun karena tidak enak, Jeno mengangguk.

Yoona memaksa Jeno untuk mampir sebentar. Mempersilahkan pemuda tampan itu untuk duduk di ruang tamu. Beberapa maid yang melihat ada tamu langsung memberikan sajian dengan ramah.

"Ma, mau Papa hiks ..." Lama terdiam akhirnya Jaemin membuka suara. Yoona menghela nafas sejenak. Dengan terpaksa harus menelpon suaminya yang tengah berkutat dengan berkas di kantor.

Jika tidak ada Siwon, Yoona bisa jamin putranya bisa menangis seharian. Ketimbang dengan Yoona, Jaemin sendiri lebih dekat dengan Papanya itu.

"Iya-iya, Papamu lagi di jalan. Bilang sama Mama kenapa nangis hem?" Mendengar perkataan sang Ibu Jaemin melirik sebentar ke arah Jeno yang masih diam seperti patung.

"Huaaa hiks ... Mama, Nana kesel ..." Adu Jaemin membuat Jeno gugup di tempatnya.

"Iya sayang. Bilang Mama, Nana kesel kenapa?" Yoona harus tetap sabar terhadap bungsunya ini. Selain kesayangannya, Jaemin juga terlihat sangat menggemaskan kalau sedang mengadu.

"Hiks Mama. Nana mau sekolah di luar negeri aja"

Ujaran Jaemin itu membuat Jeno melotot di tempatnya. Tidak terima sekaligus tidak suka. Jeno tidak bisa jika Jaemin sampai benar-benar pindah ke luar negeri. Jeno juga tidak tahu mengapa, rasanya tidak suka mendengar hal itu.

"Nana mau ninggalin Mama? Terus gak ketemu sama Papa, mau?" Jaemin menggeleng dengan bibir mencebik membuat Yoona gemas sendiri di buatnya.

Wanita itu mengecup bibir sang anak tanpa peduli terhadap Jeno yang mendelik melihatnya. Hati Jeno merasa tidak terima melihat Jaemin di kecup ibunya sendiri.

"Hiks Mama. Nana mau Papa, mau Papa hiks ..." Jaemin terus merengek yang membuat mata tajam Jeno tidak sekalipun berpindah dari pemuda itu.

"Iya sayang. Papa lagi di jalan, jangan nangis ah, nanti gak ganteng lagi." Yoona menghapus air mata sang anak yang masih mengalir deras.

Jaemin tidak mendengar perkataan sang Ibu. Hingga seseorang yang baru saja datang dengan nafas tersengal karena habis berlari dari parkiran depan ke ruang tamu itu mampu menarik atensi Jaemin sepenuhnya.

"Hiks Papa!"








____

Jangan terlalu berharap sama cerita aku. Karena absurd dan gak jelas.

King Posesif [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang