4. Nana anak manja

14.1K 1.6K 87
                                    

Aroma teh melati yang baru saja di sajikan menguar hingga menusuk Indra penciuman. Membuat sepasang lengan kekar itu tertarik untuk meraihnya.

Jeno menyesap teh hanya tersebut dengan tenang, menikmati setiap rasa yang di kecap lidahnya. Masih di rumah yang sama, kediaman keluarga Na.

Pemuda itu belum juga beranjak, setelah mengantar anak bungsu Na Siwon. Nyonya rumah tersebut terus mengajak nya bicara setelah kepergian Jaemin dalam gendongan Siwon.

"Jeno temennya Nana di sekolah ya? Tante liat seragam kalian sama." Yoona kembali membuka pembicaraan.

Jeno mengangguk, " Iya Tan. Saya Kakak kelasnya Nana." Ujarnya.

Setelah mengetahui nama panggilan Jaemin dari keluarganya entah mengapa Jeno juga ikut memanggil dengan nama itu. Terdengar menggemaskan setiap sampai di telinganya.

"Lho, Kakak kelasnya toh. Kok bisa bareng Nana?"

Jika bukan orang tua yang bertanya saat ini, mungkin Jeno sudah melayangkan satu Bogeman mentah untuk seseorang di hadapannya. Namun berhubung ia yang masih memiliki sopan santun, Jeno menjawab.

"Tadi saya ketemu Nana nya nangis Tan." Jawabnya yang hanya di balas anggukan wanita cantik di depannya.

Pembicaraan kembali berlanjut, terkadang Jeno menanggapi dengan senyuman serta anggukan kecil. Jeno bukan lah tipikal manusia yang banyak bicara. Justru ia benci sesuatu yang berisik.

Hingga tidak lama langkah kaki terdengar. Seorang paruh baya dari arah pintu yang menghubungkan ruang tamu dengan halaman samping mendekat.

Terlihat jelas jas kerja yang masih menempel apik pada tubuh kekarnya. Namun arah pandang Jeno tidak pada pria itu, tapi sesuatu yang menempel di dada pria itu.

Dia Jaemin, pemuda yang menangis serta menego hukuman itu telah tertidur dalam gendongan sang Papa.

Membuat Jeno yang melihatnya hanya bisa diam. Jadi selama ini ia selalu merundung anak kesayangannya Na Siwon.

Jeno tidak tahu jika Jaemin memiliki sifat manja. Setahu Jeno, Jaemin jika di sekolah selalu bersikap dewasa dan penurut. Dan hari ini ia resmi melihat sisi Jaemin yang lain.

"Taruh di kamarnya aja Pa." Siwon mengangguk mendengar perkataan sang istri, hendak melangkah sebelum suara serak milik seseorang menghentikannya.

"Hiks, gak mau. Mau sama Papa ..."

Jaemin merengek sembari mengeratkan pelukannya di leher Siwon. Tidak lagi peduli dengan sepasang mata tajam yang menatapnya erat.

"Iya-iya, sama Papa aja." Ujar Siwon sembari mengelus kembali punggung sang anak.

Karena lelah berkeliling halaman dengan Jaemin yang bertumpu padanya. Siwon mendudukkan bokongnya di samping teman sang putra.

"Jangan heran ya Jeno. Nana emang gini kalo lagi kumat manjanya. Betah-betahin deh temenan sama Nana." Ujar Siwon dengan nada jenaka membuat Jeno ikut tersenyum tipis.

"Pa, Nana mau sekolah di luar negeri boleh? Ke tempatnya Opa aja. Nana gak mau sekolah di sekolah itu." Jaemin yang baru saja mengumpulkan nyawa itu berujar.

"Lho kenapa? Sekolah Nana yang sekarang kan bagus? Terakreditasi nya udah setara sekolah internasional." Ujar Siwon.

Jaemin mencebik,"nggak mau Pa. Nana mau pindah aja, ke sekolahnya Abang dulu di Texas." Rengeknya.

Siwon menghela nafas,"nggak Nak, di sini aja. Nanti Nana jauh dari Papa Mama, tega sama Papa?"ujarnya dengan raut wajah memelas membuat Jaemin sedikit luluh di buatnya.

Jaemin hendak angkat bicara kembali untuk mengelak, namun terhenti begitu saja saat netranya terarah pada pemuda yang membawanya ke rumah.

Astaga, Jaemin lupa kehadiran Jeno di sini.

Belum lagi saat mata keduanya berpandangan, ada kata yang Jeno lontarkan lewat tatapan tajamnya. Seperti nya Jeno tidak menyukai topik yang Jaemin bawa di sini.

"Sampe Lo pindah sekolah, liat aja. Gue gak akan biarin idup Lo tenang."

Jaemin teringat akan kata-kata Jeno tiga bulan lalu. Ancaman yang membuatnya tidak berkutik itu kembali menguar ke isi kepalanya. Membuat Jaemin mematung di tempatnya.

"Nana cuman bercanda kok Om. Kemaren baru aja bilang sama saya, katanya betah banget sekolah di sini." Sahut Jeno yang mengisi hening di kepala Jaemin.

Jaemin hendak mengelak, namun tatapan Jeno lagi-lagi membuatnya mati Kutu. Hingga kecupan kecil di hidungnya membuat Jaemin menoleh ke arah sang Ibu.

"Mama yakin, anaknya Mama ini mana bisa jauh-jauh dari Mama." Ujar Yoona membuat Siwon tertawa.

Jaemin mendengus kesal, lantas segera turun dari pangkuan sang Ayah. Pemuda itu mengambil posisi duduk dengan menjaga jarak dengan mereka semua.

Marah, kesal. Jaemin prustasi dengan keadaannya sekarang. Entah takdir apa yang kini ia jalani, terasa sangat menyiksa. Jika bisa maka Jaemin sudah mengingatkan bendera putih pertanda menyerah.

"Hiks ...." Isakkan itu kembali terdengar. Membuat Siwon menghela nafas sejenak sebelum beranjak untuk mendekat.

"Maaf-maaf. Papa bercanda kok, tapi Nana jangan pindah ya? Nanti Mama Papa kesepian di sini."

_____

Sejak kejadian tempo hari, di mana Jeno resmi melihat sisi Jaemin yang manja terhadap kedua orang tuanya. Menurut Jaemin, Jeno berubah. Tidak banyak memang tapi terus terang Jaemin merasakan perubahannya.

Entah apa yang Jeno pikirkan hingga tidak lagi pernah membentaknya, memaki atau bahkan berbicara kasar dengannya. Bahkan Jeno terlampau jarang memberi perintah mutlak.

Tentu saja hal itu sangat menguntungkan Jaemin hingga mood nya yang sering berubah-ubah kini menjadi sedikit lebih baik.

Yeah, meskipun Jeno tetap melarang semua orang mendekat padanya. Atau bahkan melarang Jaemin untuk berdekatan dengan Hyunjin.

"Gue males, tolong suapin."

Salah satu kalimat Jeno sekarang yang membuat Jaemin semakin heran. Setahu Jaemin, Jeno sama sekali tidak pernah menambah kata 'tolong' di setiap kalimatnya.

Namun kali ini, Jeno tidak lebih dari kata memerintah, bisa di bilang Jeno memohon. Jaemin tidak menolak, ia mengambil sumpit itu dengan senang.

Setidaknya Jeno tidak mengeluarkan kata yang membuatnya sakit hati. Jaemin merasa terjaga hatinya, tidak lagi harus mendengar kata 'babu' yang menyakiti.

"Gak usah senyum-senyum, kaya orang gila." Namun tetap saja.

Kalimat Jeno yang berunsur mengejek tidak akan pernah hilang. Kalimat yang selalu membuatnya kesal, belum lagi wajah belagu yang pemuda itu selalu tunjukan.

"Kak, bisa gak sih? Sehari aja gak Julid sama gue?" Tanya Jaemin jengah.

Jangan sampai mood seorang Jaemin turun dan berujung meminta Siwon menggendongnya. Maka Jeno sekali lagi bisa memastikan menjadi supir Nona muda Na Jaemin.

"Nggak, mukak lo tuh emang pantes di julitin." Balas Jeno.

Jaemin menghela nafas pelan, berusaha menahan emosi yang selalu memuncak setiap berdekatan dengan Jeno. Sementara Jeno sendiri baru saja melontarkan omong kosong.

Apa yang baru saja ia keluarkan adalah bohong. Wajah menggemaskan Jaemin yang tengah menahan kesal membuat Jeno senang sekali meledek pemuda itu.

Tidak Jeno pungkiri, bahwa wajah Jaemin adalah candu baginya. Sejak beberapa bulan lalu, saat pertama ia dan Jaemin bertemu.

"Oh iya satu lagi. Mulai sekarang gue bakalan panggil lo Nana."

King Posesif [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang