-• 23 •-

27.9K 2.7K 135
                                    

HAI AKU KEMBALI 🔥

VOTE DULU YOK SEBELUM BACAA!!!! ⭐⭐

Komen per paragraf ya beb

Ramaikan yukk🔥

Tandai typo nya ya

-happy reading-

Keesokan harinya Arlan terbangun lebih dulu karena mendengar ponselnya bergetar di atas nakas. Dengan mata yang masih mengantuk Arlan menatap jam dinding dan waktu menunjukkan pukul 04.37 wib.

Dia mengambil ponselnya dengan segera supaya tidak mengganggu tidur istrinya. Dan tercantum nama papa Farhan disana. Arlan menekan tombol hijau dan menutup spikernya, lalu dia bangkit perlahan dari tempat tidur.

"Halo pa? Kenapa telepon pagi-pagi banget?" Tanya Arlan berbisik di dalam kamar mandi.

"Maaf papa ganggu tidur kamu nak, papa cuma mau ngabarin tentang kondisi kakek kamu," ucap papa Farhan yang suaranya terdengar berbeda dari biasanya.

Jantung Arlan berdebar cepat ketika mendengar kata 'kakek'.

"Kakek kenapa pa? Udah stabil kan?" Arlan duduk diatas closet yang tertutup.

Terdengar helaan napas berat diseberang sana membuat jantung Arlan semakin berdebar dan muncul perasaan aneh di hatinya.

"Tuhan lebih sayang sama kakek kamu, kakek sudah meninggal Arlan," ucap papa Farhan sendu.

"Innalilahi, ya sudah pa Arlan kesana sekarang, Arlan kasih tahu mama sama papa juga," lalu dengan terburu-buru Arlan mematikan sambungan telepon.

Dia berjalan keluar kamar mandi seraya mengelap matanya yang berair. Sungguh dia baru merasakan kehilangan sosok yang berarti dalam hidupnya. Memang benar seseorang akan terasa berarti jika dia sudah pergi.

Arlan menatap sendu istrinya yang masih tertidur pulas. Dia bingung harus menyampaikan kabar ini bagaimana. Membayangkan kesedihan Calista ketika mendengar kabar ini saja sudah membuat dadanya sesak.

Tapi mau tidak mau dia harus mengatakannya kan. Arlan berjalan pelan ke arah ranjang, lalu berhenti sejenak. Dia berpikir lebih baik memberitahu kabar ini kepada mama Maya dan papa Ardi lebih dahulu saja.

Dengan segera dia berjalan keluar lalu setelah itu kembali lagi kamarnya. Tadi ketika dia sudah memberitahu kabar ini, mama Maya dan papa Ardi langsung pergi ke rumah sakit.

"Sayang....hei, bangun...." Ucap Arlan lembut seraya menepuk pelan lengan Calista.

Calista melenguh tapi tidak membuka mata.

"Calista sayangg....hei...." Kali ini Arlan menekan pelan hidung Calista beberapa kali sebagai cara ampuhnya.

Dan terbukti Calista langsung menepis tangan Arlan lalu membuka matanya perlahan.

Ketika Calista membuka mata dan tatapannya terarah padanya, Arlan menyunggingkan senyum tipis seraya merapikan rambut yang menghalangi wajah istrinya.

"Arlan...ada apa? Kenapa dibangunin jam segini?" Tanya Calista dengan nada serak setelah melihat jam dinding digital di tembok.

"Kita harus ke rumah sakit sayang..."

Calista mengerutkan dahinya bingung.
"T-tapi apa ga terlalu pagi?" Katanya seraya melirik Arlan dan jam dinding bergantian.

Arlan menghela napas pelan, dia menyiapkan kata-kata yang akan dia ucapkan pada istrinya.

"Barusan papa Farhan telepon, dia ngasih tahu kalau.......k-kakek udah meninggal Ta..." Dengan penuh hati-hati Arlan menjelaskan.

Baby of My Enemy [END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang