EC 6

624 172 30
                                    

Hallo, massa-ku 😅😅
Sorry, yak. Cerita ini memang slow banget. Bikos, lagi fokus ke Easter series.

Tapi cerita ini jangan diminta crazy update yak 😭😭 soalnya nggak ada tabungan chapter.

Yaudah, nikmatin yang ada aja yakk.
Selamat mambaca dan jangan lupa vote + komen.

***

Jade, dalam masa pertumbuhan merasa bahwa hidupnya tidak adil. Ia diasingkan oleh orang tuanya sejak lahir, menjadi orang tak dikenal. Padahal Jade adalah putra mahkota Kekaisaran Aries. Sama pentingnya dengan keberadaan kaisar sendiri.

Saat ada utusan yang datang untuk memberitahu bahwa kaisar sedang sekarat, Jade rasanya ingin membunuh orang itu. Berani sekali si kaisar gila memanggil Jade anak setelah membuangnya selama 27 tahun tanpa sekali pun bertemu.

Panggilan pertama kaisar dengan kasar Jade tolak. Tetapi itu bukan akhir dari pemanggilan itu. Justru malah datang surat demi surat yang berisi perintah. Namun, Jade tetap mengabaikannya. Biarkan saja kaisar itu mati. Memangnya orang mana yang mau mengambil tanggung jawab yang tidak pernah sekali pun ditunjukan.

Sayangnya, pada surat terakhir ada yang berbeda. Surat itu bukanlah surat perintah, tetapi surat permohonan agar Jade kembali ke istana secepatnya. Bukan suratnya, tetapi orang yang menulis surat itu.

Garick Charteus.

Satu-satunya Marquess di kekaisaran Aries yang memegang peranan besar atas hak militer negara dan juga jenderal militer kekaisaran. Lebih dari itu, Garick adalah putra tertua dari seorang magister jenius, Santos Charteus.

Maka dari itu Jade tidak berpikir 2 kali untuk kembali ke istana saat itu juga dan mengurung Garick yang saat itu dengan tenang menghadapinya. Memang jenderal militer itu sungguh orang yang berbeda. Malah Garick mengajukan kesepakatan dengan Jade agar ia mau naikke kursi kaisar. Marquess Garick akan membiarkan Jade mencari tahu sendiri jawaban dari pertanyaan yang dia lontarkan.

Sampailah ketika Jade bertemu dengan putri Garick di tengah pesta. Orang yang mungkin saja memegang kunci dari seluruh pertanyaan Jade semasa hidupnya.

Azura Charteus. Wanita itu berbeda dari wanita lainnya. Dia tidak punya minat pada pergaulan sosialita dan juga jarang meninggalkan lapangan latihan keluarga. Bahkan Jade sedikit terkejut kalau Azura bisa menepis pedangnya, walaupun Jade juga sudah mengira kalau pelayan yang datang bersama Azura saat itu adalah seorang magister.

Jade melangkah naik ke undakan gazebo dan mengangkat tangan sebagai isyarat kalau pengawalnya tidak perlu ikut mendekat. Lalu Azura yang entah sejak kapan menunggu pun berbalik dan membungkuk sebagai sapaan hormat.

Kening jadi berkerut tanpa sadar. Rambut biru keperakan di kepala Azura seperti mengilap dan menyatu dengan warna bulan yang menggantung setengah lingkaran di langit.

"Magister pribadimu tidak ikut, ya," kata Jade sambil melirik bilah pedang yang terselip di sabuk kiri Azura. Sebuah pedang bergagang perak yang di sepanjang pegangannya teradapat ukiran dari gurat-guratan khusus yang menandakan bahwa sang pemilik adalah keturunan asli Charteus.

"Saya tidak mau dia membuat keributan hanya karena bertemu Baginda," jawab Azura sekenanya. "Mengingat apa yang terjadi di istana belum lama ini."

Ah, Azura mengacu pada pedang terbang yang Jade lempar pada wanita itu. Yah, terkadang Jade merasa ingin tertawa saat mengingat bagaimana dinginnya tatapan Azura saat menepis pedangnya. Wanita itu benar-benar putri dari Garick. Wajahnya tetap tenang meski berada di tengah masalah di mana mungkin saja publik akan mengucilkannya.

Emperor ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang