EC 1

1.7K 333 52
                                    

“Anda tidak tidur sambil minum teh, ‘kan?”

Azura langsung mengangkat wajah saat mendengar pertanyaan itu dan menatap wanita di depannya yang tersenyum lebar. Satu-satunya teman Azura dan pelayan Azura. Orang paling congkak dari pekerja-pekerja lain di kediaman Charteus.

“Aku hanya sedikit mengantuk,” jawab Azura.

“Tidak ada rasa kantuk itu yang sedikit, Nona. Kalau mengantuk, ya namanya tetap saja ingin tidur.”

Azura tertawa tidak enak. Padahal ada banyak sekali pelayan yang ingin menjadi pelayan pribadi Azura dengan alasan ‘paling enak dilayani’ karena tidak suka merepotkan. Tetapi kenapa ia tetap saja tidak mau mengganti pelayan yang secongkak Gehna?

“Anda mau tidur? Saya bisa menerbangkan Anda ke kamar,” kata Gehna sambil menyeringai.

Azura langsung mengacungkan tangannya dan melambai. “Tidak usah, terima kasih.”

Selain merepotkan, hal itu juga membuatnya malu setengah mati. Azura jadi mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu saat ia tidak sengaja tertidur di perpustakaan. Gehna membawanya kembali ke kamar dengan cara menerbangkannya sepanjang koridor rumah. Besoknya ketika menerima laporan itu dari salah satu pelayan, Azura rasanya ingin melompat dari lantai 2 dan langsung tenggelam ke tanah.

“Anda begadang semalaman.”

Ya, yang namanya begadang itu kan memang dilakukan saat malam. “Aku membaca.”

“Ya, saya kan sudah bilang untuk Anda mencoba keluar rumah dan berkenalan dengan putri bangsawan lain agar punya teman. Siapa suruh Anda mengurung diri di rumah seperti ini?” Gehna menopang wajahnya di meja. “Atau Anda berniat jadi perawan tua?”

“Ha?”

“Gadis seusia Anda seharusnya sudah membuat skandal seperti gadis-gadis lain.”

Kening Azura berkerut, rasa kesal mulai naik perlahan ke dadanya. “Skandal apa, sih!”

Gehna mengembuskan napas. “Kemarin malam saya keluar dengan pelayan lain untuk berkumpul sesama pelayan bangsawan. Saya dengar putri Baron Loben baru saja mendapat lamaran dari putra Count Freena.”

“Bukankah itu hal bagus? Kenapa kau malah menyebutnya skandal?”

“Ya, ampun. Ternyata sulit sekali hidup dengan orang yang menatap dunia hanya melalui buku.”

Untuk pertama kalinya sejak Azura dilayani oleh Gehna, ia ingin mencekik wanita itu. Memang tidak bisa dipungkiri. Azura Charteus, putri tunggal Marquess Charteus hanyalah gadis biasa yang suka membaca buku. Pengetahuannya tentang dunia hanya didapat melalui buku dan cerita para pelayan.

“Apakah hal bagus jika Anda mendengar kalau putri baron itu menjebak putra Freena ke semak-semak, lalu dipergoki oleh tukang gosip berjalan paling terkenal sekekaisaran?”

“Maksudmu Nyonya Madeline?”

Gehna mengangguk. “Wanita tua itu memergoki putri Loben dan putra Freena sedang, ya … Anda tahulah.”

Gehna membuat gerakan meres-remas udara dengan wajah datar. Hal itu membuat Azura merona. Kenapa ada orang yang tidak tahu malu seperti ini di kediaman Charteus, sih?

“Aku tidak mau mendengar lanjutannya.” Karena Azura sendiri bisa menebak apa yang Nyonya Madeline lakukan setelah melihat adegan tidak pantas di semak-semak macam itu.

Si wanita tua pasti akan berlari masuk ke aula pesta dan menyebarkan rumor, kemudian bilang kalau pasangan itu sudah mencemari salah satu properti dari penyelenggara pesta. Wanita itu berlebihan. Jangan sampai Azura berurusan dengan wanita itu suatu hari.

Emperor ContractWhere stories live. Discover now