EC 5

1.1K 267 30
                                    

“Jika ada yang ingin dikatakan padaku, kau bisa mengatakannya kapan saja,” kata Kaisar Jade dari balik punggung Azura.

Azura melirik melalui bahunya. Dasar. Pria ini bicaranya enak dan santai sekali, ya. Setelah dua hari lalu melayangkan pedang pada Azura, hari ini sama sekali tidak merasa bersalah.

Enak sekali kalau jadi kaisar, apa yang dilakukan tidak akan ada yang berani mengkritiknya.

Azura mengembuskan napas.

“Tidak ada kemungkinan Anda akan menjawab semua pertanyaan saya, jadi kenapa saya harus bertanya?”

“Mungkin aku akan menjawab beberapa.”

“Tidak,” balas Azura tegas. “Terima kasih. Saya akan menyimpan sendiri pertanyaannya.”

“Hmm, ternyata putri Marques Charteus adalah orang yang tegas.”

Azura mengerutkan kening. Itu pujian atau malah celaan? Kenapa kalau kaisar yang mengatakannya Azura seakan mendengar cemooh?

“Karena Marquess Muda tidak tinggal di sini, jadi semua keputusan rumah tangga akan dilimpahkan pada saya saat ayah tidak ada. Jika saya tidak bisa menegaskan urusan, bagaimana kediaman Charteus bisa terus berjalan dengan stabil?”

“Begitu.”

Azura menghentikan langkahnya saat mendengar langkah kaisar menghilang. Ia kemudian berbalik dan terkejut melihat pria itu berdiri di depannya, menatap tajam.

Apa? Kenapa? Apa Kaisar akan menyerangnya lagi?

Azura melirik untuk melihat mungkin ada seseorang yang bisa menjadi saksi jika ia ditemukan mati sebentar lagi. Tetapi sayangnya, lorong itu kosong.

Sialan, umpat Azura dalam hati.

Azura kembali melirik ke pinggang kaisar, tidak ada pedang di sana. Namun, tidak menutup kemungkinan kalau pria itu mungkin menyimpan senjata di tempat lain di salah satu bagian tubuhnya.

Pria itu penyihir, kaisar tidak butuh senjata.

Apa Azura akan mati di usia 20 tahun? Pada akhirnya ia akan bertemu ibu setelah sekian lama.

“Azura Charteus.”

Azura sedikit mendongak untuk melihat Kaisar Jade.

“Kau belum menjawab pertanyaanku malam itu. Kenapa namamu Azura Charteus?”

Azura menghela napas. Kali ini benar-benar keras. Ia tidak peduli kaisar mendengar helaan napasnya yang kata Gehna mirip kuda itu.

“Saya keturunan murni Charteus, Baginda. Jadi tidak ada alasan untuk memakai nama keluarga Flaxen,” jawab Azura sedikit jengkel.

Kaisar mengerutkan kening. “Flaxen. Maksudmu keluarga Duke Flaxen? Kenapa kau menggunakan itu dalam jawabanmu?”

“Karena saja benci keluarga itu.”

Kaisar tidak akan mengadukan ucapan Azura barusan kepada Duke Flaxen, bukan? Gawat. Bisa jadi perang antar kepala keluarga.

“Ah, maksud saya—”

“Aku mengerti maksudmu,” sela Kaisar Jade. “Karena kau keturunan Charteus dan membenci Flaxen, dari itu kau takkan memakai nama keluarga itu.”

Bukankah itu jelas?

Kaisar Jade tersenyum. “Menarik.”

Oh, Anda bisa senyum? Aku bertaruh kalau seluruh wanita lajang di kekaisaran Aries rela kehilangan nyawa hanya untuk melihat senyum ini, batin Azura.

Emperor ContractWhere stories live. Discover now