EC 4

1.3K 291 77
                                    

Bagi yang udah lupa, silakan baca ulang. Minimal buat naikin viewes. NGAHAHAHAHA

Eh, sementara ngungsi ke sini dulu, ya. Sampe nungguin TCPF selesai PO dan cetak.
Aku diteror terus sama orng² di Wattsap 🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️

Yaudah. Sapa aja. Vote dan komen. Yang mau order TCPF masih bisa daftar yaakk 😁😁

Selamat membaca

***

Azura tidak percaya kalau harus berhadapan lagi secepat ini. Padahal ia belum siap sama sekali. Bahkan Azura tidak punya satu pun pertahanan diri seandainya diserang secara mendadak lagi.

Lagi pula, kenapa sih ada pria yang menyerang seorang wanita tanpa alasan?

Azura langsung menatap ayahnya dengan pandangan tidak mengerti.

"Selamat sore, Nona Charteus?"

Azura menarik napas sesaat dan membungkuk. "Maafkan ketidaksopanan saya, Baginda. Saya tidak mengira Anda akan datang berkunjung."

Dari posisi membungkuknya Azura sekali lagi menatap marquess dengan pandangan seakan bilang : "Kenapa Ayah membawa orang ini ke rumah?"

"Aku tidak mengganggu, 'kan?"

Azura mengangkat tubuh untuk melihat Kaisar Jade. "Kami punya banyak waktu luang di kediaman Charteus, Baginda."

Tidak, sebenarnya Anda sangat mengganggu. Membuatku jadi harus waspada berkali-kali lipat, batin Azura.

"Tetapi maaf sebelumnya, saya belum mengganti pakaian." Azura menatap sengit melihat Kaisar Jade melirik pakaian latihan berpedangnya.

"Tidak masalah. Aku tidak akan terganggu," jawab Kaisar Jade.

"Atau Anda membutuhkan waktu berdua dengan Marquess? Kalau begitu saya akan undur diri."

"Tidak-tidak. Aku ingin bicara denganmu, Nona Charteus."

Bicara dengan Azura? Menggunakan apa? Mulut atau pedang? Ah, mungkin saja dengan sihir, gumam Azura dalam hati.

Bisa-bisanya seorang kaisar adalah penyihir. Apakah saat menciptakan orang itu Dewa sama sekali tidak menimbang keadilan? Bagaimana mungkin menciptakan seorang penyihir yang akan menjadi kaisar dan belum lagi kemampuannya sebagai seorang kesatria?

Atau pria itu bukan kesatria? Ya, mungkin saja malam itu kaisar hanya sembarangan mengayunkan pedang. Azura yakin kalau pria itu hanya sembarangan mengayunkan pedang.

Tanpa sadar Azura mengangguk-ngangguk beberapa kali dengan mata terpejam, larut dalam pikirannya.

"Jelas sekali kalau kau sedang menilai aku dengan isi kepalamu, Nona," kata Kaisar Jade tanpa sedikit pun mengubah ekspresi datar di wajahnya.

Azura tersenyum lebar. "Saya tidak berani, Baginda. Tetapi mungkin pelayan saya bisa. Untuk itu, saya permisi sebentar."

Azura segera berbalik dan menarik pintu ruang tamu. Ternyata Gehna benar-benar ada di sana, baru saja ingin masuk. Dengan cepat Azura menutup pintu di belakangnya dan mendorong wanita itu untuk menjauh.

"Ah, aku tidak membutuhkanmu, Gehna," kata Azura dengan serius.

Gehna menatap jijik. "Mana mungkin Anda tidak butuh saya."

"Aku benar-benar tidak butuh kau sekarang. Kau bisa istirahat."

"Anda takut saya mencaci Marquess Garick?"

Tidak. Aku takut kau akan mencaci kaisar dan membuat situasi jauh lebih parah lagi.

"Saya sudah pernah melakukannya. Tuan tidak pernah ambil hati dengan itu."

Emperor ContractWhere stories live. Discover now