EC 9

425 102 6
                                    

Yang nungguin, tunjuk tangan 🤣🤣
Lama, ya guys. Udah nyaris 2 tahun. Slow banget yaakk
Cerita ini padahal barengan dengan EIn 🙂🙂
Tapi yaudahlah. Yg penting lanjut. Walau lama sampe tamatnya. Wkwkwk

Jangan lupa vote dan komen, guys 🤣🤣
***

Sring!

Azura menangkis pedang yang ditebaskan ke arahnya, kemudian maju untuk memberikan serang balasan. Untuk beberapa saat saling silang pedang dan tatap. Setelah sama-sama memberi dorongan mereka mundur dan menyudahi latihan pedang.

“Kenapa memintaku datang pagi-pagi sekali?”

Azura menoleh sambil melemparkan handuk kecil pada Darren yang langsung disambut untuk mengelap keringat di wajah dan lehernya.

“Ya, maksudku kau sampai menyuruh Gehna melakukan sihir untuk memanggilku,” kata Darren lagi.

Azura belum menjawab, ia hanya mengelap wajah dan lehernya. Kemudian duduk di bangku pinggir lapangan yang memang disediakan. Sejenak menatap kesatria lain yang masih berlatih.

Andai saja Azura seorang pria. Pasti ia yang akan mengemban tanggung jawab sebagai kepala militer kekaisaran selanjutnya dan bukan Darren. Terkadang sepupunya itu bilang kalau menjadi penerus Marquess Charteus sangat berat. Darren dituntut untuk mengerti politik, etiket yang bagus sebagai bangsawan dan kesatria, lalu dituntut untuk sehebat Garick Charteus dalam bela diri, seni pedang, dan militer.

“Tidak ada,” balas Azura sekenanya sambil meminum air putih dari botol yang disiapkan oleh Gehna untuknya dan Darren, masing-masing satu. “Aku hanya ingin teman untuk berlatih.”

Darren menyambut botol air yang diberikan oleh Azura dan duduk. “Kau tidak butuh aku untuk melakukannya. Baginda Kaisar ada di sini, kau bisa mengajaknya latih tanding. Kudengar beliau juga hebat dalam bertarung.”

Azura mendelik. “Yang benar saja. Mana mungkin aku menantang Kaisar.”

“Atau kau bisa meminta pengawal Baginda? Dia kesatria elite.”

Azura tidak menjawab dan hanya kembali meminum airnya.

Darren pun ikut diam, memilih membiarkan Azura berpikir tentang apa yang ingin dibicarakannya. Namun, itu hanya bertahan sesaat. Karena Darren sangat mengenal Azura.

“Apa ada yang kau inginkan? Atau ada sesuatu yang mengganjal di pikiranmu? Aku akan bantu.”

Azura melirik. “Hanya sedikit.”

“Sudah kuduga.” Darren tersenyum lebar. “Skala sedikitmu itu sangat berbeda dengan orang lain.”

Azura mendengkus.

“Jadi, apa itu?”

“Apa aku bisa bertemu Bibi Bety?” tanya Azura.

“Ah.” Darren membuka mulut saat mendengar nama ibunya disebut. Namun, kemudian menutupnya lagi karena tidak tahu harus bicara apa.

“Darren?”

Darren mengusap tengkuknya. “Maaf, Azura. Tapi Ibu baru saja pergi ke luar benua.”

“Luar benua!” Azura berdiri mendengar itu. Tanpa sadar berteriak. “Maksudmu Bibi melakukan perjalanan dengan kapal?”

Darren mengangguk. “Ada undangan sihir yang datang dari Kekaisaran Rauve. Kaisar Rauve meminta Ibu untuk mengajari etiket pada putra dan putrinya yang masih muda.”

Ah, sial. Azura rasanya ingin meneriakkan kutukan itu dengan keras agar semua orang tahu kalau ia sedang kesal dan marah.

“Kapan dia akan kembali?”

Emperor ContractWhere stories live. Discover now