3. FANTASY

129K 14.8K 1.9K
                                    

Sea menghela napas panjang, masih berdiri di dekat rel kereta sambil menunggu keretanya datang dari sisi kanan.

Makam Samu berada di kota tetangga, karena itu Sea membutuhkan waktu lama untuk ke tempat itu dengan bantuan KRL.

Sea masukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket. Semilir angin terus berhembus dingin, menyibakkan rambutnya berkali-kali hingga menutupi sebagian wajahnya.

Sea mengambil napas pendek. "Hsh, bau kopi!"

Kepalanya menengadah, menatap langit yang semakin pekat. Bintang bertaburan abstrak, salah satu spica terlihat bersinar paling terang dan bulan sabit tua ikut serta menghiasi sisi kiri angkasa.

"Pindah ke SMA Rothy adalah pilihan yang paling tepat kan, Kak?" tanya Sea pada Kak Samu yang ia yakini berada di atas langit.

"Kematian Samu terlalu mendadak, lo nggak penasaran apa? Terakhir kali dia ijin ke SMA Rothy buat diskusi sama anak-anak Lavegas, tapi malah...,"

Ucapan seseorang kembali terngiang sangat jelas di rungu Sea, hal itu pula yang mendorongnya untuk pindah ke sekolah itu. Sekolah elit yang hanya dapat dihuni oleh orang-orang dari kalangan atas.

Lalu, Sea? Dia cukup beruntung karena mendapatkan beasiswa tahunan yang rutin diadakan oleh pihak sekolah untuk membantu murid-murid yang berpotensi tinggi.

Sekiranya, ada lima orang bergelar beasiswa berprestasi yang pindah bersamanya kala itu.

Suara kereta terdengar, ia tolehkan kepalanya ke kiri. Dari kejauhan terlihat kereta abu kemerahan mendekat, itu bukan keretanya melainkan kereta gate sebrang.

Sea menunduk, kakinya bergerak menendang angin. Putaran musik Pov milik Ariana Grande yang keluar dari airpods itu nyatanya terkalahkan dengan kegaduhan para penumpang yang mulai turun dari kereta sebrang.

Detik kemudian, Sea kembali meluruskan pandangannya setelah kereta sebrang melaju pergi. Lalu, fokusnya secara otomatis mengarah pada seseorang yang berdiri di sebrang sana.

Netra dengan bulu mata lentik itu melebar, menatap sosok berjaket hitam dengan helm fullface menutupi kepalanya.

"Kak Samu?" Kaki Sea bergerak, melangkah satu meter ke depan seolah ingin menyebrang ke gate sebrang.

Namun, keretanya sudah datang tepat di detik ke tiga dan membuat sosok di sebrang sana tak terlihat lagi.

Sea bergegas memasuki kereta bersamaan dengan para penumpang yang keluar dari gerbong. Beberapa kali ia menubruk seseorang dan mendapat cacian singkat, tetapi Sea tidak peduli.

Sea terlalu penasaran dengan sosok yang ia lihat, gadis itu bergegas ke jendela sisi kanan, menatap gate sebrang dan berharap akan menemukan sosok pria aneh tadi.

Tetapi, dia tidak ada di sana.

"Kak Samudra?" Sea terus menatap gate sebrang dengan saksama, sesekali ia usak matanya karena takut penglihatannya memburuk.

"Kak Samu," Sea tertawa hambar begitu sadar dengan apa yang sudah ia lakukan, menertawakan segala kebodohannya.

"Kayaknya gue kangen banget ya sama lo, sampai liat orang lain aja ngirain itu elo, Kak. Tapi emang mirip, dari postur badannya, jaket item, helm fullface merah. Jadi kangen lagi ih."

Sea menghembuskan napas melalui bibirnya, kemudian duduk di kursi ujung KRL bersamaan dengan kereta yang mulai melaju.

Drrtt! Getaran singkat terasa ketika gerbong kereta yang Sea naiki berhenti di stasiun tujuan. Sea berjalan keluar sambil mengecek pesan dari seseorang.

RAGASEA (END)Where stories live. Discover now