17. PUTRI PECANDU

84.9K 10.7K 3.5K
                                    

"Ya ampun squidward lokal."

"Eh, dia yang tadi lari-lari gendong cewek cuma pake kolor doang itu kan?"

"Ho-oh, mana gede banget lagi anunya."

"Gue ga denger, gue masih polos."

"Polos pantat lo, tiap hari baca wattpad 1821 kok polos."

"Yeu jangan disebar, Vangke."

Raga menoleh ke kanan, tatapan tajamnya berhasil membuat orang-orang di sekitarnya berhenti bersuara. Tetapi, begitu Raga melanjutkan langkahnya, orang-orang di sekitarnya kembali berbincang-bincang.

"Kek bocah banget btw."

"Tapi gemoy, anjir."

"Padahal perutnya kotak kotak."

"Shtt, diem! Bisa denger orangnya."

"Mah, ayo pulang!" kata Raga ketika sampai di kursi tempat Mama dan Manda duduk.

Sabita beranjak dari duduknya, lantas Manda pun ikut mengekor di belakangnya. "Manda boleh ikut ke rumah Aga?"

"Gak!" jawab Sabita tegas. "Raga nggak boleh diganggu."

"Tanteee, bentar aja kok."

Sudut bibir kanan Sea terangkat jijik melihat tingkah Manda. Detik kemudian, sepasang mata Sea sempat bersitatap dengan mata Raga.

Ada yang berbeda dari pancaran mata Raga malam ini. Tidak dingin seperti biasa, namun terasa seperti menyimpan begitu banyak luka.

Sea dapat melihatnya, tatapan itu cukup mirip dengan pancaran mata Samu. Seakan-akan sedang sangat membutuhkan sandaran, tetapi ia tidak memiliki siapapun di sisinya.

"Apa lo?!" sarkas Raga tanpa suara.

Sea memutar bola matanya malas. "Bocah Squidward, Bocah Squidward!"

Detik yang sama, tetapi di tempat yang berbeda. Seseorang menempelkan rokok ke bibirnya, lantas menyalakan api dan menghisapnya secara perlahan.

"Nggak perlu," katanya melalui sambungan telepon yang terkoneksi dengan airpods putih di telinganya.

Cowok bersweater hitam itu memasukkan tangannya ke dalam saku kanan sambil terus berbincang-bincang dengan seseorang di sebrang sana.

"Veritas nggak perlu nyerang Lavegas," tambahnya lagi. "Karena Lavegas bakalan hancur dari dalam."

Asap terus mengudara dari bibir dan hidungnya, tangan kirinya bergerak mengangkat sebatang rokok yang menyala dan menghisapnya lagi.

"Nggak lama, lo tunggu aja tanggal mainnya." Cowok itu melepas airpods di telinganya begitu panggilan selesai.

Ia membuang putung rokok ke trotoar dan menginjaknya hingga padam, lalu pergi bersama motor sportnya.

***

"Hahahaa," Suara tawa menderai di dalam mobil hitam yang pagi ini melaju menuju SMA Rothy. "Seru banget gila."

Manda, gadis itu tengah melihat video Sea yang Melvin rekam kemarin. Sangat memuaskan baginya hingga ia terus tertawa tanpa henti. Apa lagi ketika melihat Sea yang terdorong ke dalam kolam, Manda sangat menyukainya.

"Semua Anak Rothes harus liat ini," Manda mengunggahnya ke sosmed sekolah dengan anonin.

Manda mengambil sandwich yang supir pribadinya belikan di perjalanan menuju sekolah, gadis itu mengigit makanan tersebut sambil terus fokus menatap video di ponselnya.

RAGASEA (END)Där berättelser lever. Upptäck nu