21. WLC TO THE HELL

81.2K 11.7K 3.9K
                                    

Samu berdiri di tengah anak-anak Lavegas yang terkapar di tanah, iya, dia baru selesai menghajar semua anak yang ia jumpai. Kali ini bukan balas dendam, melainkan hanya sebagai bentuk peringatan.

Cowok itu berjalan keluar dari area markas, tanpa mempedulikan apapun. Termasuk Melvin yang ia ikat dengan rantai di danau, mungkin saja sekarang sudah kehabisan napas.

Samu tidak peduli. Membalas perbuatan lawan lebih kejam dan sadis adalah mottonya semasa hidup. Apa lagi jika menyentuh adik kesayangannya, Samu benar-benar tidak main-main.

Samu menempelkan sebatang rokok di bibir, kemudian merogoh saku jaket Raga untuk mencari korek api elektrik. Tetapi, ia tidak menemukannya.

Samu menghela napas malas, ia justru menemukan benda panjang di saku kanan jaket Raga. Samu mengambil batang rokok di bibir menggunakan jari telunjuk dan ibu jari, kemudian fokus melihat benda tadi.

Kalung yang pernah Samu hadiahkan untuk Seanya.

"Akh," Samu menekan dada Raga yang mulai terasa begitu sakit.

Seperti apa yang ia katakan kemarin, Samu maupun Raga, keduanya akan kesakitan jika Samu memaksakan diri untuk mengendalikan tubuh Raga di luar senja.

Tidak! Raga jangan kembali! Tunggu sebentar! Samu segera memakai helm full face dan menaiki motor Raga. Ia memutar gas penuh, kecepatannya bahkan melampaui kereta yang melaju di rel dekat jalan raya.

"Akhhh," Jantungnya semakin berdenyut aneh, membuat Samu tak sanggup lagi. Wajah Raga sudah pucat pasi, tubuhnya juga melemah.

Samu berjalan sempoyongan memasuki cafe, membuka pintu sehingga menimbulkan bunyi lonceng yang khas.

"Selamat datang--" Sapa Anang tersentak kaget. "Ra-raganjing?!"

Samu menoleh ke arah Anang dengan wajah tanpa ekspresi, sepertinya ia tidak perlu menjelaskan pada Anang, waktunya menipis, ia harus segera menemui Sea.

Samu pun bergegas menaiki tangga yang akan membawanya ke lantai tiga, dan karena sudah dicap buruk Anang berusaha menghentikannya.

Samu melawan hingga Anang kualahan, cowok itu berhasil menyentakkan Anang dalam sekali tekan. Semua pengunjung cafe dibuat ketakutan, dan Anang beralih untuk menenangkan mereka.

"Gue gak akan bahayain Sea." Kalimat itu yang ia lontarkan sebelum akhirnya benar-benar naik menuju lantai tiga di mana rumahnya berada.

Samu membuka pintu, memasuki kamar Sea dan benar saja gadis kesayangnya ada di sana.

Sea terlonjak kaget, ia beralih duduk di atas ranjangnya dengan mata melotot menatap Raga yang malam ini berlumur darah. "Raga--"

Raga tersenyum, lengkungan itu yang mampu memacu ritme jantung Sea lebih cepat lagi. Entahlah, semua terjadi begitu tiba-tiba.

Cowok berjaket hitam itu mengambil sesuatu dari dalam saku, kemudian duduk di bibir ranjang. Hal itu membuat Sea melipat kakinya secara vertikal. "Lo ngapain?!"

Raga memakaikan kalung itu di leher Sea, sedangkan Sea tidak berkutik lagi karena masih syok dengan sikap Raga barusan.

Raga menyisir rambut Sea dengan senyum khas Kak Samu. "Laut, Lautnya Samu yang cantik."

Sea menepis tangan Raga. "Lo apa-apaan, Raga?! Tangan lo bau darah!"

Raga menangkup wajah Sea dan mendekatkan keningnya ke kening Sea. "Samudra bakalan selalu lindungin Lautnya dari apapun."

Sea mendorong Raga. "Bocah Squidward--"

"Sampai misi Kakak selesai nanti, Kakak harap.. lo bisa.. jaga diri sendiri, atau.. punya seseorang yang bakalan lindungin lo.. buat gantiin g--"

RAGASEA (END)Where stories live. Discover now