36. SUGAR DADDY

83.1K 11.9K 10.3K
                                    

Sea mengerjapkan matanya, membuat Raga refleks bersembunyi di kolom kasur. Gesekan selimut dengan sprei itu terdengar, Sea sudah bangun dari ranjang.

Detik kemudian, teriakan keras menggelegar. "Gue dimana, Brengshake?! Gue udah ga pw?!"

Fak, gemooy! Umpat Raga dalam hati.

"Ini dimana?!" Sea berlari mendekati jendela, mencoba melihat keluar dan memprediksi letak keberadaannya. Tetapi, yang ia lihat justru hanya pemandangan danau dan taman.

"Sial?! Gue dijual ke Sugar Daddy?!" Sea berlari keluar kamar.

"Sugar Daddy, Sugar Daddy, gundulmu!" gumam Raga keluar dari persembunyian.

Raga berdecak. "Kenapa juga gue sembunyi? Gue kan abis nolongin dia."

Raga pun ikut keluar kamar, melihat Sea yang berlarian ke sana kemari untuk mencari pintu keluar. "Bocaah.. Masih pagi juga."

Sea memasuki toilet dan tidak sengaja menatap pantulan dirinya yang cukup kacau di kaca wastafel. Lagi-lagi ia berteriak, pikiran negatif terus bersarang di kepalanya.

Kaus crop yang ia kenakan sobek, begitu juga celananya yang tergores karena jatuh semalam. Sea kembali berlari ke segala arah, membuka pintu apa saja dan berharap itu adalah pintu keluar.

Tetapi, yang ia temukan justru; ruang bilyard, samsak, gym pribadi, lapangan indoor dengan ring basket, ruang game yang dipenuhi komputer, dapur, ruang santai, kolam renang, dan masih banyak tempat private yang Sea sendiri tidak tau fungsinya apa.

Sea menuruni tangga besar hingga sampai di lantai satu, ia berlari mendekati dua pintu yang ia yakini adalah pintu keluar.

Pip! Suara kunci pintu yang tengah membaca kartu itu terdengar, lantas pintu pun terbuka dengan sendirinya.

Sea otomatis melangkah mundur karena merasa was-was, detik kemudian alisnya tertaut karena melihat siapa yang datang.

"Wih ada cewek nih." Jay bersiul santai, memasuki markas bersama dua orang lainnya.

"Kalian kenapa bisa ke sini?" Sea terus bergerak mundur hingga menabrak seseorang.

Raga, cowok berseragam baju pasien berbalut outer biru tua yang tampak mewah itu berdiri dengan tangan kanan lurus menumpu pada dinding.

"Brisik lo pagi-pagi," keluh Raga.

"Lo!" Sea membuat jarak dari Raga. "Lo kenapa di sini?"

Raga mengedikkan bahu, tepat saat Veron berkata, "Lo sakit bukannya anteng di rumah sakit, malah ke sini."

"Aga mana betah di rs kelamaan, udah muak, Ver." Jay menyahut.

"Motor gue lo kemanain, Ga?" tanya Oza berjalan ke arah sofa ruang tengah. "Nggak ada di depan."

"Ah, ketinggalan di tempat dugem." Ucapan Raga membuat Oza panik, motor kesayangannya ditinggal, apalagi di tempat dugem.

"Santai, aman kok!" info Raga seolah paham akan kecemasan Oza.

"Btw, sejak kapan Aga suka dugem?" Veron menyahut.

"Gue nggak suka dugem, sukanya degem." Raga menatap Sea sambil tersenyum aneh. "Dedek gemes," lanjutnya.

Sea berdesis, ia hendak kabur tetapi ditahan oleh Raga. Cowok itu memegang perut Sea dan mendorong Sea ke dinding secara perlahan.

Raga melepas outernya, kemudian memakaikannya di tubuh Sea, menutupi perut Sea yang sedikit terlihat.

RAGASEA (END)Where stories live. Discover now