25. D-DAY

82.4K 11.4K 6.1K
                                    

Gadis dengan motor sport merah dan helm fullface hitam itu memelankan laju motornya ketika sampai di dekat cafe, Sea memarkirkan motor Samu di dekat tangga luar yang terhubung sampai lantai tiga.

Tangannya bergerak melepas helm sambil beralih duduk di anak tangga, ia ambil ponsel dari dalam saku cargo pants hitamnya. Sea mengirim chat pada salah satu grup di aplikasi pesan.

Besok, D-Day.
09.34 pm

Sea menempelkan sebatang rokok di bibirnya, lantas menyalakan korek dan mendekatkan anak apinya pada ujung rokok. Namun, sebelum berhasil menghisapnya. Seseorang sudah lebih dulu merebutnya dari bibir Sea.

"Lo asma!" peringat Dean membuang batang rokok tadi setelah mematahkannya menjadi dua bagian. "Nggak usah sok sokan mau nyebat, makin kambuh malah."

"Lo kenapa selalu muncul di depan gue? Bikin eneg tau nggak?!"

"Samu yang minta," balas Dean yang sontak membuat Sea kicep.

Dean menunjukkan pesan yang Sea kirim di grup Veritas. "Lo ngerencanain apa sama anak-anak Veritas?"

"Lo nggak perlu tau," jawab Sea sarkasme. "Lagian, lo kan anak Lavegas. Mendingan lo urusin aja geng lo yang mau hancur gara-gara kapten nggak becus lo itu."

Dean menahan lengan Sea yang hendak naik ke rumahnya. "Itu ulah Samudra."

"Gue juga tau."

Kaki Sea kembali turun mensejajarkan diri dengan Dean, gadis itu sedikit menyerongkan tubuhnya agar berhadapan dengan cowok yang memiliki tubuh lebih tinggi sepuluh centimeter darinya.

"Kalau lo emang masih bagian dari Veritas, buktiin besok. Karna lo bakalan dipaksa milih buat jadi bagian dari Veritas seutuhnya," Sea menunjuk jaket Lavegas yang Dean kenakan di bagian dada kiri. "Atau justru tetap jadi bagian Lavegas, dan keluar dari Veritas."

Detik yang sama, tetapi di tempat yang berbeda. Setengah anggota Lavegas berkumpul di markas, terutama lima anggota inti kecuali Melvin yang sampai sekarang masih koma di rumah sakit.

"Yang setuju lengserin Raga," kata Jay memimpin, cowok itu mengangkat tangan sambil menatap dua puluh tujuh anggota yang masih tersisa.

"Jay!" Oza berusaha menyudahi aksi protes Jay.

"Gue setuju," Veron ikut angkat tangan, membuat Raga refleks menatapnya.

"Nggak perlu!" Salah satu cowok berambut kribo berseru. "Kita dateng ke sini karena mau ijin undur diri."

"Ian!" Oza semakin tegas.

"Setengah pasukan kita udah habis," Ian sedikit menaikkan intonasi bicaranya. "Buat apa juga kita bertahan di sini sama Kapten yang nggak bisa dipercaya."

"Lo!" Raga hampir maju, ingin sekali menonjok Ian. Namun, Oza selalu mampu menahan semua amarah Raga.

Ian terkekeh, sedikit mengejek dan menyinggung. "Asal lo tau aja, dari enam inti L-gang, ada mata-mata yang sembunyi, dia bahkan bocorin semua informasi soal Lavegas. Dari awal aja lo udah nggak becus jadi kapten, Ga! Lavegas hancur gara-gara lo!"

"Ian!" Netra Oza membesar, menatap nyalang ke arah Ian. "Lo boleh pergi, lo udah bukan bagian dari Lavegas."

"Fine!" Ian pergi mengajak segerombolan anggota lain, nyaris semua anggota undur diri dan hanya menyisakan lima orang inti.

"Siapa mata-matanya?" bentak Raga, cowok itu meremas kaus Veron. "Lo?! Atau lo?!" tuduhnya beralih pada Jay.

"Raga!" Oza melerai. "Lavegas diambang kehancuran, kalau lo nggak percaya sama anggota inti mau gimana lagi?!"

RAGASEA (END)Where stories live. Discover now