9. PHOBIA

95.9K 11.8K 1.3K
                                    

"Manda, lo apa-apaan?!"

"Sakit, Sea!" Kaki Manda terus memberontak, tubuhnya terus bergerak seakan-akan sedang dicekik oleh Sea.

"Apa yang kamu lakukan?!" Nita menarik Sea, tetapi pegangan Manda semakin kuat. "Lepasin anak saya!"

"Mah, to-tol-long Man-da. Maaah, akkkhhh." Manda semakin memberontak, kakinya terus bergerak hingga akhirnya berhenti.

Netra Sea mengerjap samar, tubuhnya terpaku di atas Manda. Jujur saja, gadis itu masih syok dengan apa yang baru saja terjadi. Manda, mencekik lehernya sendiri demi perhatian?

"Kurang ajar kamu! Udah bikin acara anak saya hancur, sekarang malah mau bunuh anak saya?!" Nita mendorong Sea kuat-kuat hingga gadis itu terjengkang di lantai.

Di waktu yang bersamaan, tangannya tergores pecahan guci keramik hingga mengeluarkan darah segar yang begitu kental. Sea merintih pelan, tetapi tidak ada yang peduli. Semua pusat perhatian kini tertuju pada Manda.

Nita mengangkat tubuh atas Manda, gadis itu masih tersadar, dan Sea yakin seratus persen jika sebenarnya Manda hanya sedang bersandiwara.

"Mah," Manda terisak sambil memegangi lehernya yang memerah. "Sakit, Mah. Man-da tak-kut banget, rasanya ka-yak mau ma-ti--"

Nita sontak memeluk putrinya penuh kekhawatiran. Sementara Manda membalas pelukan sang Mama sambil tersenyum miring menatap Sea yang tengah meringis karena menahan darah yang keluar dari telapak tangannya.

Tangan kanan Manda bergerak meraih pecahan guci, lantas dia genggam sekuat tenaga hingga darahnya ikut mengalir. Sea hanya mampu membelalakan matanya menyaksikan semua itu. Manda pasti sudah gila!

Manda melihat tangannya sendiri, seolah baru sadar jika tangannya berdarah. Begitu Gio--Papa Manda, dan Raga sampai di dekatnya, Manda langsung berteriak histeris.

"Da-rah!" Manda terlihat sangat ketakutan, sedangkan Gio langsung menutup tangan Manda yang berlumur sedikit darah. Hingga akhirnya Manda tak sadarkan diri dan ambruk di dalam dekapan Gio.

"Panggil ambulan!" sentak Gio pada siapapun yang berada di sana. Pria itu menatap Sea penuh kebencian, tentu saja, acara ulang tahun Manda yang seharusnya dapat menjadi ladang pencarian investasi malah hancur begitu saja.

Gio mengangkat tubuh Manda panik, semua orang yang sempat ikut naik ke lantai dua kini mulai turun. Sea masih duduk di tempatnya, menatap Manda yang kini tengah memasuki mobil ambulans melalui dinding kaca lantai dua.

Sea benar-benar tidak mengerti, kejadian malam ini berlangsung begitu cepat. Sea bahkan tidak tau harus bersikap seperti apa lagi, semua orang memandangnya dengan tatapan penuh penghakiman.

Sea menetralkan pernapasnya yang semula sedikit tersengal, lantas beranjak dari duduknya. Begitu Sea berbalik, figur Raga terlihat sedang berdiri dengan punggung menyandar pada dinding.

"Puas lo udah bikin Manda masuk rumah sakit?!" tanya Raga dengan mata menyipit tidak suka. "Manda itu ga boleh liat darah dan lo malah bikin phobianya makin jadi--"

"Phobia? Tapi, bukan gue pelakunya!" sergah Sea cepat.

Raga menegakkan tubuhnya, kedua tangan yang semula terlipat di depan dada itu kini terurai. "Terus siapa lagi kalau bukan lo, BASTARD?!"

"Gue nggak punya waktu buat debat sama lo!" Sea hendak pergi, tetapi Raga berhasil menarik pergelangan tangannya dan membuat gadis itu kembali berdiri di hadapannya.

"Manda hampir mati gara-gara lo, Fak! Bisa sesantai ini lo?!" Raga mencoba meredakan amarahnya.

"Dia cekik lehernya sendiri pakai tangan gue--"

RAGASEA (END)Where stories live. Discover now