31. OLIMPIADE

79.4K 10.9K 6.5K
                                    

Mau tes ombak dulu nih?
Kalian siap peluk Ragasea bulan apa?

Agustus, September, Oktober, atau November?

Happy Reading...

"Ga?" panggil Oza begitu sesi istirahat olimpiade dimulai. "Ga, lo gapapa? Lo pucet banget."

Raga, cowok yang Oza ajak bicara itu hanya membisu seakan-akan tidak mendengar suaranya. Raga sedikit menunduk dengan tangan yang terus mengusap dadanya, napas cowok itu juga sedikit tersengal.

Untuk berbagai alasan, Raga terlihat sangat kelelahan siang ini. Hal yang Oza pikirkan hanyalah, kemungkinan Raga kelelahan karena dipaksa belajar dan mengikuti standard Sabita.

"Samu!" panggil seseorang. "Samuel?"

Kali ini, Oza merasa ada yang janggal kala melihat Raga menoleh begitu nama Samu terdengar. Cowok itu ikut melihat arah pandangan Raga, yaitu pada dua anak laki-laki yang mulai berbincang.

"Ga!" panggil Oza lagi. "Raga!"

Setelah Oza menyentakkan bahu Raga, barulah cowok itu menoleh. "Hm?"

Ekspresi itu, Oza belum pernah melihat Raga sesantai ini menghadapi olimpiade. Biasanya, cowok itu akan merasa sangat cemas, bahkan membutuhkan obat penenang agar dapat mengikuti olimpiade dengan baik seperti anak-anak lainnya.

"Lo," Oza menyipitkan mata curiga. "Lo bukan Raga, kan?"

Oza sudah mendengar semuanya, Raga sudah menceritakan bagaimana kejadian kejadian aneh itu menimpanya. Kini, dia sangat paham akan hal itu.

Samu menghela napas, cowok itu menatap Oza yang berdiri dari kursinya. Detik kemudian, Samu menepuk bangku yang sebelumnya Oza duduki.

"Duduk! Nggak usah bikin keributan bisa--"

Oza menarik kerah Raga dan mengangkat Raga hingga mereka berhadapan dalam keadaan berdiri.

"Mau lo apa, Setan! Kenapa lo masih main-main sama tubuh temen gue?! Nggak cukup hancurin Lavegas apa?! Masih kurang?! Mau sampai mana lagi lo nyakitin Raga?!"

"Dia udah dicap ketua paling brengsek yang bantai anggota gengnya sendiri, semua anak-anak Lavegas udah nggak mau gabung sama kita lagi, dan Raga selalu kesakitan setiap kali lo giniin. Kurang apa lagi hah?!"

"Gue tau lo nggak trima pacar lo dibully, tapi bukannya semua itu udah impas? Lo udah bikin Melvin koma, bahkan Jay yang nggak salah apa-apa lo bikin cidera sampai harus pakai tongkat kaki--"

Raga terbatuk, dadanya semakin melemah. "Biarin gue ambil kendali sampai olimpiade selesai--"

"Nggak! Lo mau hancurin hidup Raga, 'kan?! Olimpiade ini penting buat Raga! Lo nggak seharusnya main-main sama hidup seseorang--"

BUGH! Samu melayangkan pukulan mautnya pada Oza. Hanya karena Oza terlalu banyak bicara, sekali lagi, hanya karena cowok itu terus mengusik telinganya.

Beberapa orang yang berada di sana refleks menoleh ke arah sumber suara berasal, hal itu membuat Samu mendengus kesal.

"Nggak apa-apa, cuma jatoh doang kok." Samu memberitahu sambil tersenyum, dan beberapa orang pun kembali melanjutkan aktivitasnya.

"Lo nggapapa, Za?" tanya Samu seraya membantu Oza berdiri, terlihat sangat peduli di mata orang lain.

"Ini kesepakatan gue sama Raga, mendingan lo diem aja dan fokus biar kalian menang!" bisiknya di telinga Oza.

"Kesepakatan?"

***

"Sea yang lukai tangan Manda, Bu! Manda nggak bohong! Buat apa Manda bohong?" keukeuh Manda ketika ia terbangun di UKS.

RAGASEA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang