28. PELIK

77K 11K 6.1K
                                    

Maaf pren, kemarin ga bisa update karena banyak kegiatan di luar.

Udaha makan belom?

Btw, siapa nih yang nunggu Ragasea versi bisa dipeluk? 😍

Coming soon di Akad ya
Follow Instagram @id.akad & @devitnask biar nggak ketinggalan infonya.

akad & @devitnask biar nggak ketinggalan infonya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ramein postingan di ig @id.akad ini pake "Ragasea 🔥" yuk, biar aku makin semangat update di sini.

Happy Reading...

PLAK! BRAKKK!

TUNG! TUNG! BRUK! Klontang!

Sea terlempar ke arah kitchen set setelah menerima tamparan kuat yang Dipa layangkan berulang-ulang.

Pria itu memukulinya dengan gesper, sebelum akhirnya mendorong Sea ke dalam toilet.

Napas Sea memburu, berhadapan dengan Dipa seorang diri tentu bukan hal yang mudah baginya. Sea terbatuk, noda merah menghiasi sudut bibirnya.

Naasnya lagi, asmanya kambuh di saat yang tidak tepat. Sungguh, Sea sangat benci dengan situasi ini.

Dengan tangan bergetar, Sea merogoh saku, inhalernya tidak ada di sana. Sea menekan dadanya yang semakin sesak, rasanya sangat sakit.

"DIMANA OBATNYA?!" Dipa kalap, pria setengah kobam itu masih saja bergerak kuat menyiksa sang putri demi mendapatkan kembali zat terlarang miliknya yang hilang.

"Mau sampai kapan Papa nyabu?!" balas Sea dengan mata menajam. "Berhenti main obat, Pah!"

Dipa mengacak rambutnya frustasi. "Jangan bilang kamu jual iya?!"

"Ide bagus itu, lain kali bakalan aku jual--"

"Mau mati kayak Samu?! Hah?!"

Netra Sea melebar kala nama Samu disebut. "Kak Samu ... Kenapa?"

Dipa tidak menjawab, ia justru membuka tas Sea dan mengeluarkan semua barang-barang di dalam sana dengan cara membalikkan tas Sea.

Banyak barang yang terlempar ke arahnya, diikuti inhaler dan beberapa alat tulis yang menggelinding ke segala arah.

Sea buru-buru mengambil inhalernya, lalu segera menghirup obat asma itu sebanyak dua kali. Punggungnya terpepet di bath up, tepat berada di hadapan Dipa yang berdiri di ambang pintu.

Brak! Belum selesai menghirup, Dipa sudah menendang tangan Sea sehingga benda di tangannya terlempar ke kloset.

Dipa menekan rahang Sea sampai sampai membuat kepala Sea menengadah. "Itu punya direktur!"

"Bohong," kata Sea sedikit tidak jelas karena sulit menggerakkan bibirnya. "Kalau pecandu ya ngaku aja pecandu, ga usah bawa bawa nama orang lain."

PLAKK!

RAGASEA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang