30. PARNOAN

82.6K 11.2K 6.6K
                                    

"Jangan pergi!" Hujan menyapa, menyamarkan setiap nada yang Sea suarakan.

Tangan dengan gelang hitam melingkar di pergelangan itu terangkat, memegang tangan Sea, dan melepaskannya secara perlahan.

"Jangan ganjen jadi cewek!"

Deg! Deg! Debaran di jantung Raga masih terdengar cepat, padahal kejadian itu sudah berlalu sejak berjam-jam lamanya.

Raga memegang dada sisi kanannya. Entah kenapa, hanya dengan mengingat Sea, denyut nadinya bergerak dua kali lipat lebih kencang.

Pukul 2 pagi, Raga diijinkan beristirahat tanpa tekanan belajar karena ia harus fokus mengikuti olimpiade yang akan berlangsung besok.

Namun, Raga justru tidak dapat tertidur pulas. Setiap kali memejamkan mata, ingatan aneh terus menghantuinya.

Seperti saat di stasiun, saat bersama Sea, atau saat membantai anggota gengnya sendiri. Semua itu terasa sangat membingungkan sekaligus menyakitkan.

Raga tidak mengerti lagi, otaknya seolah menjadi satu dengan Samu. Kepingan-kepingan kenangan Samu juga terkadang singgah di ingatannya seperti kaset rusak.

Dug! Dug! Suara ranting pohon yang mengetuk kaca jendela itu terdengar, tetapi Raga sudah parno sendiri dan buru-buru keluar dari kamarnya.

"BIK INI!" teriak Raga berlari menuruni tangga sambil memeluk boneka squidward.

"Ono opo lho, Den--Aaaaaaa!" Bik Ini menjerit tatkala melihat wajah Raga yang ditutupi baby pet magic mask sheet.

Raga melepas masker di wajahnya, lalu bersembunyi di balik tubuh Bik Ini. "Ada, ada hantu di kamar Raga, Bik!"

Bik Ini mengelus dadanya, merasa lelah dengan kelakuan anak majikannya yang bertingkah heboh dini hari.

Raga menelan salivanya. "Bik Ini tidur di depan pintu lagi ya?"

"Wadooh kasur travelnya lagi dilaundry e, Aden."

"Yah, masa bobok berdua di kamar Raga?"

"Den." Bik Ini berusaha sabar. "Setan kui rak ono, ndak ada hantu hantu, Aden aja yang parnoan. Mungkin efek wedi, cemas, karena mau ikut olimpiade. Sakini boboken, Den, tidor. Ben e besok bisa berkonsentrasi."

"Yaudah." Raga berdeham, lalu membuat jarak dari Bik Ini. "Raga mau tidur di sofa aja kalau gitu."

"Den," panggil Bik Ini begitu Raga berjalan menjauh. "Semoga olimpiade besok lancar ya."

Bik Ini tersenyum aneh, Raga mampu merasakannya, ia pasti sedang dipandang gila karena olimpiade. "Ah, sial!"

Raga duduk di sofa yang berada di depan televisi. "Besok, Samu nggak akan hancurin kesepakatan gue kan?"

Olimpiade kali ini terasa sangat berbeda, hidupnya dipertaruhkan. Apapun yang terjadi, cowok itu harus pulang dengan juara pertama. Jika tidak, Sabita akan mengirimnya ke New York. Sebuah mimpi buruk yang tidak pernah Raga inginkan.

Raga menutup matanya dengan penutup bergambar squidward, ia tidak bisa tidur tanpa penutup mata. Cowok itu merebahkan diri di sofa, dan entah sejak kapan ia sudah tertidur pulas.

***

Lika mendesak masuk ke bilik toilet yang baru saja Manda masuki. Gadis itu mendudukan Manda di kloset yang tertutup, kemudian memaksanya meminum pill yang Manda sendiri tidak tau fungsinya apa.

RAGASEA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang