CHAPTER 9 ◆ A Gloomy And Odd Atmosphere

125 5 0
                                    

          AURORA sedikit menggigil dan pusing di waktu bersamaan. Tanpa membuka matanya, tangan Aurora berusaha meraba-raba demi mencari selimut di sekitarnya untuk menutupi tubuhnya tapi dia tak mendapati apapun. Dia bisa merasakan bahwa tubuhnya sedang berbaring di atas kasur yang sangat berbeda dengan ranjangnya yang lebih empuk. Namun dia lebih bersyukur karena masih mengenakan pakaian lengkap. Rasanya dia masih mengantuk, tapi tetap berusaha membuka matanya untuk segera mengetahui keadaan sekitar. Begitu matanya terbuka perlahan, dia mengernyit bingung dan berharap bahwa semua ini hanyalah mimpi. Dia mulai memperhatikan suasana remang-remang di dalam sebuah kamar yang mungkin berukuran sekitar tiga kali empat meter. Dia sebisa mungkin meyakinkan dirinya bahwa semua ini adalah kenyataan yang pahit. Jangankan perabotan untuk menghias keadaan dalam kamar agar lebih menarik, jendela pun tak ada dan hanya mengandalkan ventilasi untuk udara tetap masuk yang terdapat di atas pintu masuk yang sedang tertutup rapat.

          Suara berdecak, meringis serta hampir histeris menjadi satu di diri Aurora yang mencoba membangunkan tubuhnya yang masih terasa lemas. Vernon yang sangat lancang telah membawanya ke sini. Dia sontak meringis lagi begitu merasakan bagian belakang kepalanya sampai ke tengkuk terasa nyeri. Dia menggosok-gosok pelan agar meredakan rasa sakitnya itu. Segala macam umpatan untuk Vernon terus berputar-putar di benaknya.

          Karena tidak mengetahui sedang ada di mana akibat perbuatan gila Vernon, Aurora mulai beranjak dari atas kasur sembari meregangkan tubuhnya yang terasa sangat kaku dan pegal. Memang benar, tidak melakukan apa-apa ternyata jauh lebih melelahkan ketimbang bekerja sangat keras. Dia kemudian mengetuk-ngetuk dinding yang kokoh dan dingin itu untuk memastikan ada di bangunan macam apa sekarang yang dia tempati. Tak puas hanya melakukan hal tersebut, dia memperhatikan ventilasi yang cukup tinggi di atas pintu dan berpikir cara apa yang harus dia lakukan. Dia bahkan sempat berusaha membuka pintu namun tetap saja pintu itu terkunci dengan rapat. Mana mungkin Vernon yang sangat licik membiarkannya sendirian tanpa menguncinya dari luar. Jadi dia menarik ranjang kasur dengan perlahan-lahan lalu mendorongnya ke depan pintu. Untung saja ranjang kasur tersebut tidak seberat yang dia pikirkan hanya saja tadi dia agak kepayahan menariknya karena sendirian.

          Aurora segera menaiki ranjang kasur itu tanpa membuang waktu lagi lalu tangannya mulai berusaha menggapai ventilasi namun sayangnya masih agak lebih tinggi. Tanpa berpikir panjang dan mengabaikan rasa nyeri di kepalanya, dia meloncat-loncat walaupun terdengar suara berdecit dari ranjang tersebut. Usahanya tidak mengkhianati hasil, dia akhirnya berhasil meraihnya dengan kedua tangan yang memegang erat bagian ujung ventilasi serta kedua kakinya menempel di daun pintu untuk membuat dirinya tidak mudah melorot jatuh ke bawah. Sekuat tenaga dia menyeimbangkan tubuhnya dan berusaha mengintip pada suasana diluar sana yang ternyata hanya berupa lorong yang sama-sama tampak remang-remang. Setelah merasa tak menemukan apa-apa karena lorong tersebut kosong melompong, dia akhirnya segera menurunkan tubuhnya dan langsung mendarat di atas kasur.

          “Vernon brengsek!” Aurora jadi bingung sendiri karena ia tidak tahu bagaimana cara melarikan diri di tempat yang terisolasi seperti ini. Ia membiarkan tubuhnya berbaring di atas kasur lagi lalu menatap kosong pada langit-langit kamar yang terdapat hanya satu lampu dengan jaring laba-laba di sekitarnya. Menit demi menit berlalu, ia meringkuk seraya memeluk tubuhnya sebab ia masih merasa agak kedinginan. Ia tiba-tiba tersentak sebab baru menyadari bahwa tangan dan kakinya tidak lagi diikat oleh Vernon seperti saat mereka ada di apartemennya. Ia memang bebas tapi sayangnya tetap terpenjara di dalam kamar ini.

          Terdengar suara langkah kaki yang bergema di sepanjang lorong. Aurora mulai waspada dengan menegakkan tubuhnya. Dia harus merencanakan sesuatu. Jika ingin melarikan diri maka dia harus berusaha bersikap baik dan membuat Vernon mempercayainya, dengan begitu pria kejam itu pasti tak akan mencurigainya.

The Dark DesireWhere stories live. Discover now