CHAPTER 4 ◈ He Started Chasing And Playing Around

168 8 2
                                    

          KEPULAN uap panas dari dalam mug berwarna hitam dengan gambar kucing berisi coklat hangat tersaji di hadapan Aurora yang merasa gelisah dan itu cukup mengganggunya. Tadi malam dia mengalami mimpi buruk. Tentunya itu merusak suasana hatinya sampai saat ini. Di dalam mimpinya itu Aurora merasa sebagai gadis berambut brunette dan bermantel merah yang dulunya pernah disiksa oleh Vernon saat dia tak sengaja mengintainya di balkon apartemen Ramona. Dia masih bisa merasakan telapak tangan Vernon yang menampar kuat di pipinya bahkan menjambak rambutnya dengan brutal sehingga beberapa helai rambutnya rontok. Tak dapat dibayangkannya jika itu memang terjadi pada dirinya. Selain merasa takut pada Vernon, dia juga akan membencinya jika itu sampai benar-benar terjadi.

          Menghela nafasnya dengan pelan, Aurora mencoba menenangkan dirinya. Dia tak boleh memikirkan Vernon terus menerus di dalam kepalanya karena itu akan mengganggunya—sangat mengganggu.

          Mata Aurora melirik mug yang uapnya tampak masih mengepul. Udara dingin seperti ini memang cocok menikmati segelas minuman hangat. Aurora meniup pelan coklat hangatnya sebelum akhirnya menyeruput pelan.

          Menikmati segelas coklat hangat kembali mengingatkan Aurora pada kejadian di malam halloween beberapa waktu lalu. Saat itu dia menikmatinya bersama Ramona dan sempat membahas kejadian mengerikan di basement hotel. Aurora menggeleng cepat. Dia tak boleh memikirkan lagi kejadian tersebut. Namun dia teringat bahwa dia merasa pernah melihat mata berwarna biru terang yang mirip seperti lelaki yang menggunakan topeng tengkorak tersebut. Akan tetapi sekali lagi, dia lupa pernah melihatnya di mana. Terlalu banyak tempat yang dia datangi bersama Ramona dan terlalu banyak orang yang memiliki mata berwarna biru.

          Menghela lagi nafasnya, Aurora kemudian melirik jam tangan yang berada di pergelangan tangan kirinya. Dia harus segera berangkat menuju ke kampusnya. Setelah memeriksa penampilannya di depan cermin, Aurora segera meraih tasnya kemudian berjalan keluar dari apartemennya.

          Setibanya di kampusnya dan memarkir mobilnya di pelataran parkir yang memang telah disediakan, Aurora berjalan santai menuju ke dalam kampus. Banyak orang yang berlalu lalang. Aurora terus melangkah menuju ke arah kelasnya. Seorang wanita dengan tubuh yang cukup gemuk sengaja menabrak tubuh Aurora yang hampir terpental ke samping.

          “Harriet!” Wanita itu berlalu begitu saja seraya melambaikan tangan menuju ke arah temannya yang berada di seberang sana tanpa mengucapkan kata maaf pada Aurora yang menggerutu sebal.

          “Dasar tidak punya mata!” Aurora merasa jengkel. Ia menyentuh bagian bahunya yang terasa nyeri karena sengaja ditabrak paksa dengan tubuh besar wanita tadi.

          “Gadis cantik tidak boleh mengomel.”

          Suara khas dari seseorang yang Aurora kenal membuatnya menoleh ke arah sosok tersebut. Owen Wildblood tampak berpenampilan tampan seperti biasanya dengan rambut model undercut dan menggunakan pomade serta memakai kaos putih, celana jeans berwarna biru dan bomber jacket.

          “Bagaimana aku tidak mengomel? Dia sembarangan saja menabrakku dengan tubuhnya yang seperti gajah itu.” seloroh Aurora yang masih merasa jengkel.

          Owen tertawa kecil. “Hey, jangan menghina bentuk tubuh seseorang. Itu namanya body shaming.”

          “Oops!” Aurora berlagak menutup mulutnya. “Salahkan saja kenapa dia tidak bisa melihatku ketika berjalan tadi. Seolah-olah lemak di tubuhnya menutup matanya juga.”

          “Aku akan memperingatinya nanti. Jangan membuang-buang waktumu untuk mengomel.” Owen merangkul Aurora menuju ke arah kelas yang sama.

The Dark DesireWhere stories live. Discover now