CHAPTER 7 ◆ The Hidden Mystery Of The Beautiful Face But Ugly Heart

184 8 0
                                    

          VERNON memang benar-benar menyebalkan dan sangat keterlaluan. Aurora hanya bisa menggerutu kesal di dalam hati. Melawan Vernon baginya sama saja tambah disiksa tapi Aurora tidak bisa menahan rasa geramnya. Aurora tak mengerti mengapa Vernon melakukan hal ini padanya hanya karena perkataan yang menurutnya cukup sepele padahal tak ada kerugian yang terjadi pada dirinya. Sampai kapan dia akan menderita seperti ini? Dia tetap bertekad untuk berusaha mencari cara melarikan diri dan meminta perlindungan pada pihak kepolisian. Berada di dekat Vernon yang memiliki sifat janggal membuatnya khawatir dan sangat takut karena tak bisa menduga apapun yang ada dipikirannya, bahkan untuk satu menit kemudian.

          Hanya untuk sarapan seperti saat ini, Aurora malah diawasi oleh Vernon. Setelah selesai mandi dan berpakaian tadi, Vernon mengarahkannya ke dapur untuk sarapan, namun tetap saja di bawah todongan handgun-nya sehingga membuat Aurora tidak bisa melakukan perlawanan. Aurora menyadari jika suasana dapurnya terasa begitu sunyi dan mencekam.

          “Waktumu sisa dua menit lagi.” Vernon menatap tajam Aurora yang sudah kehilangan selera makannya sejak awal namun terpaksa memakan sarapannya yang hanya berupa roti isi dan segelas air putih.

          “Mengapa kau melakukan hal seperti ini padaku?” Aurora bertanya dengan suara setenang mungkin.

          Vernon mendengus pelan. “Kau lupa apa kesalahanmu?”

          Aurora melirik Vernon dengan pandangan tajam dan berusaha untuk tidak meludahi wajah tampannya. “Bahkan aku tidak melakukan kerugian berarti padamu.”

          “Tapi kau sudah berani menjelekkan aku di depan teman-teman sialanmu itu.” Vernon melototi Aurora dengan garang. “Aku sudah memintamu untuk tetap tutup mulut, tapi sekali lagi, kau malah membangkang.”

          “Alasan yang tidak masuk akal! Bahkan mereka tak percaya pada ucapanku! Aku pikir kau hanya takut jika aku membeberkan kekejamanmu pada wanita bermantel merah itu!” Aurora berteriak marah, tapi dengan cepat Vernon mendorongnya dari kursi sehingga ia jatuh terjerembab ke lantai dengan suara erangan tertahan.

          “Waktu sarapanmu sudah habis!” Vernon balas berteriak pada Aurora tepat di depan telinganya dengan kepala masih ditodong handgun-nya.

          “Brengsek kau!” Aurora menangis karena menahan sakit akibat terjatuh ke lantai secara tiba-tiba dan tanpa antisipasi, tapi rasa sakit hatinya pada perlakuan jahat Vernon lebih parah lagi.

          Vernon mulai menjambak rambut Aurora yang sedikit meronta. “Jangan sekali-kali menyebut wanita bermantel merah itu lagi di hadapanku.”

          “Atau apa?” teriak Aurora dengan geram.

          “Aku akan melepaskan peluru tersayangku ke kepala cantikmu!” Vernon kembali balas berteriak.

          Aurora sudah dilanda amarah. “Lakukan saja, biar kau puas sekalian.”

          Vernon yang merasa sangat jengkel karena Aurora masih saja berani melawannya langsung menarik kasar tubuhnya yang meronta dan menjerit histeris. Vernon melangkah dengan masih menyeret paksa Aurora untuk mengikutinya. Membuka pintu balkon dengan terburu-buru, Vernon kemudian mendorong Aurora keluar ke balkon. Udara sejuk menyapa Aurora ketika dirinya di dorong paksa dan seketika itu juga dia merasa menggigil kedinginan. Langit di atas sana sangat kelabu. Terlihat suram dan menyedihkan. Hamparan salju di bawah sana menjadi pemandangan berikutnya yang Aurora lihat. Keadaan di sekitarnya begitu sepi dan sunyi.

          “Apa yang hendak kau lakukan padaku?” Aurora histeris saat Vernon dengan kasar mendorong tubuhnya ke pagar pembatas balkonnya.

          “Membuatmu terbang turun ke bawah.” Vernon menyahut dengan ketus.

The Dark DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang