CHAPTER 11 ◆ Weirder Than The Previous One

168 8 1
                                    

          HAL pertama yang dilihat oleh Aurora begitu dia memasuki bangunan utama tersebut adalah suasana kelam seperti di dalam film-film thriller yang pernah dia tonton. Suasananya cenderung sunyi, remang-remang dan suram. Meskipun dia menganut dandanan bergaya gothic yang cenderung serba gelap, namun tempat ini jauh lebih gelap dari apa yang dia sukai. Bukan malah membuatnya merasa senang melainkan perasaan takut dan tak nyaman. Bangunan ini merupakan rumah bergaya tudor yang tidak begitu besar dan hanya satu lantai.

          Aurora mengikuti langkah Vernon yang selalu tahu jika gadis itu memperhatikan diam-diam sekitarnya. Sesampainya di ruang tamu yang memiliki tempat perapian, Aurora melirik ada beberapa botol bir, kotak pizza, sisa bungkus makanan maupun puntung rokok yang memenuhi asbak sampai tumpah keluar beserta bekas abunya di atas meja. Tidak ada hal kotor lainnya yang mengganggu ataupun mencurigakan selain sampah di atas meja itu. Dia hanya perlu membersihkan atas meja agar bersih lalu membuang sampah-sampah tersebut.

          “Setelah membersihkan meja, kau sapu ruangan ini lalu mengepelnya.” kata Vernon sembari memberitahu letak kamar mandi di mana ia meletakkan peralatan sapu maupun pengepel lantai.

          “Aku ingin bertanya.” Aurora tiba-tiba teringat akan sesuatu yang lupa ia tanyakan sejak awal karena pikirannya yang sangat kalut.

          “Simpan dulu pertanyaanmu itu.” Vernon memasang wajah yang agak janggal jika tidak diperhatikan betul-betul. “Aku sedang sibuk.”

          “Tapi—” Aurora sengaja menghentikan langkah Vernon yang dengan kesal berhenti lalu melirik tanpa membalikkan badannya.

          “Nanti.” Kata-kata Vernon terdengar tegas dan tak ingin dibantah. “Satu hal lagi, jangan turun ke ruangan bawah tanah sampai aku mengizinkanmu.” Ia lalu lanjut melangkah meninggalkan Aurora yang berdiri sendirian di tengah-tengah ruang tamu yang sepi dan sunyi namun sesekali terdengar suara berderak kayu yang terbakar di perapian.

          Memastikan jika Vernon tidak akan keluar lagi dari kamar yang sedang ditempatinya itu, Aurora bergegas menuju ke jendela dengan tirai tebal yang menutupinya. Dia tahu pasti seluruh pintu di kunci rapat. Dia menyibak tirainya dan mendapati suasana malam yang sunyi. Tumpukan salju putih terhampar sepanjang mata memandang dengan pencahayaan lampu yang tidak begitu terang di sekitar. Bangunan rumah ini sepertinya dikelilingi oleh pohon-pohon tinggi yang saat memasuki musim dingin ini tak memiliki daun. Atmosfernya terasa horor karena remang-remang di sekitar. Belum lagi rumah-rumah tetangga yang sepertinya tidak ada penghuninya karena lampu tidak menyala. Namun hal yang paling menjengkelkan adalah jendela-jendela di rumah ini sengaja dipasang teralis besi.

          Aurora yang hanya bisa menggerutu di dalam hati karena merasa dipersulit untuk segera melarikan diri, kembali bergerak mengelilingi dalam rumah ini yang memang tak begitu banyak perabotan. Dari arah ruang tamu, dia mulai memasuki ruang tengah yang hanya ada televisi serta satu sofa tunggal. Jendela di ruangan ini pun juga dipasang teralis. Langkahnya kembali berlanjut menuju ke dapur lalu ke bagian kamar mandi yang cukup luas. Di bagian tepi dekat pintu, ada sapu maupun alat pengepel yang tergantung.

          Benar-benar tidak ada cela untuk melarikan diri. Tempat ini benar-benar terisolasi. Aurora yang semakin jengkel akhirnya memutuskan kembali ke ruang tamu dan rasa jengkelnya bertambah karena harus membersihkan sampah-sampah yang bukanlah karena perbuatannya. Jadi dengan sangat terpaksa dan terus mengomel dalam hati, dia bergerak cepat menyingkirkan sampah-sampah tersebut ke tempat sampah yang tadi sempat dia bawa dari dapur.

          Satu jam kemudian Vernon keluar dari dalam kamar yang ditempatinya sembari menyeret koper yang sepertinya menuju ke ruang bawah tanah. Vernon sudah berpakaian rapi dan rambutnya juga tampak masih basah. Sepertinya dia sengaja mandi karena tadi Aurora sempat mencium aroma parfum di tubuhnya yang terkesan lebih manis seperti parfum perempuan. Huh, Aurora merasa muak dengan hanya memikirkan apa yang telah dilakukan oleh Vernon bersama wanita yang dibawanya tadi. Apakah wanita itu sudah pulang? Tapi untung saja Aurora sudah menyelesaikan tugasnya mengepel lantai dan dia hanya perlu mengembalikan lagi peralatan bersih-bersih tersebut ke tempat semula.

The Dark DesireWhere stories live. Discover now