13 : runtuhan rindu

44 8 15
                                    

"Sialan ya tu cewek!"

"Kenapa si lo? Gak jelas banget teriak-teriak," tanya Wina heran ketika Felicia tiba-tiba membentak ponselnya sendiri. Gery pun mengangguk, setuju dengan pernyataan Wina bahwa Felicia tidak jelas.

Felicia mendekat pada Wina dan Gery, menyodorkan ponselnya yang menampilkan ruang chat Felicia dengan Adara.

+62 85xxxxxxx

Tugas kalian udah gue kerjain, ambil sendiri di kelas.

Adara juga mengirimkan foto paper bag yang  ditaruh di atas meja.

Begitu melihat chat yang dikirimkan Adara, Gery dan Wina langsung menyumpah serapahinya. Niat mereka menyuruh Adara untuk datang ke Aula adalah agar mereka bisa menguncinya di dalam sana, tapi ternyata Adara sudah hafal dengan permainan mereka.

Di depan gerbang keluar Adara menengok ke arah aula, membayangkan bagaimana wajah kesal Felicia dan juga teman-temannya membuat gadis itu tersenyum penuh kemenangan. Adara tidak ada waktu untuk meladeni semua kelakuan mereka.

"Lain kali pake cara yang lebih pinter, basi banget taktik lo pada," ujar Adara sembari menatap ruang aula, kemudian berbalik lalu kembali melanjutkan langkahnya.

□■■■◇◇■■■□

Di depan danau yang beriak tenang Alzam dan seorang wanita berdiri berdampingan. Namanya Ranti, gadis cantik dari fakultas kedokteran, mantan Alzam yang putus setelah empat semester.

Anehnya setelah wanita itu mengajak Alzam untuk mengobrol, dia justru terdiam sembari menatap lurus danau yang tenang membiarkan angin sepoy menerbangkan rambut panjangnya. Ia tengah mengumpulkan keberanian untuk membicarakan segalanya dengan Alzam.

"Kalo emang gak ada yang pengen diomongin aku pergi," ujar lelaki itu berniat beranjak tapi dengan cepat Ranti menahan lengannya.

"Aku kangen sama kamu."

"Aku mau kita balikan, Zam." Ranti berkata dengan suara parau. Ia menunduk dalam.

Alzam memandangnya dengan tatapan tak paham. "Balikan? Dulu siapa yang minta buat putus, kamu."

"Maaf..., tapi aku sadar gak ada yang lebih baik dari kamu." Wanita itu mulai terisak, suaranya semakin serak.

Alzam menghela nafas tak percaya. "Jadi kamu pacarin semua cowok buat cari tau mana yang lebih baik dari aku?" Ia sama sekali tak membentaknya, masih bicara dengan nada yang tenang walau memang terdengar menusuk.

Wanita itu mendongak. "Gak gitu, Zam."

"Gak gitu gimana, Ran. Kamu bayangin, kamu ada di posisi aku yang bela kamu mati-mati di depan cowok brengsek yang udah nidurin kamu. Tapi kamu." Ia melepaskan tangan Ranti yang berada di pergelangan tangannya.

"Kamu malah milih cowok itu dibanding aku, coba pikir pake otak kamu yang pinter itu, sakit hati gak aku?"

"Maaf...." Hanya itu yang bisa Ranti katakan. Karena semua yang diucapkan oleh Alzam adalah benar. Tapi sekarang dia menyesal, sangat menyesal karena telah meninggalkan lelaki sebaik Alzam untuk lelaki brengsek itu.

"Kenapa kamu mau balik sama aku? Karena kamu hamil anaknya dia, tapi dia gak mau tanggung jawab, iya?"

Plak!

AMBIVALEN [SEGERA TERBIT]✔Where stories live. Discover now