Chapter 22: Leon dan Rael

9.8K 1K 6
                                    

"KENAPA KAU TIDAK BILANG JIKA SUDAH MEMILIKI MATE, KAU LUPA DENGAN IBUMU INI HAH!" kesal Ren

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"KENAPA KAU TIDAK BILANG JIKA SUDAH MEMILIKI MATE, KAU LUPA DENGAN IBUMU INI HAH!" kesal Ren.

"KAU MAU IBU KUTUK!"

"Adu du duh! Lepaskan dulu telingaku ibu." ringis Leon memegang telinganya yang dijewer oleh ibunya.

"Sayang, lepaskan dia kau membuat istana bergetar mendengar suaramu!" ucap Lonard menarik lembut tangan istrinya yang mengamuk itu.

Ren mengendus kesal dan membuang wajah, matanya memerah. Lonard menghembuskan nafas pelan kemudian memberi isyarat kepada Leon untuk meninggalkan mereka berdua. Lonard membawa Ren kedalam pelukannya tak lama kemudian bahu istrinya itu bergetar dan terdengar suara isakan kecil.

"Menangis sepuasmu! Tapi lain aku tidak ingin ada air mata dilain hari." Ah, jika tidak mengingat Leon adalah anak mereka Lonard pasti sudah memukulnya karena berani membuat istrinya menangis.

Ren menangis bukan karena dia kesal kepada suaminya atau kepada Leon. Tapi dia menangis karena Leon tidak pernah mengadu kepada mereka tentang betapa berat hidup yang dialami oleh putra sulungnya itu. Leon selalu memendamnya sendiri meski dia lebih ceria dari Lano tapi itu hanya untuk menyembunyikan lukanya dan Ren sangat tidak suka itu karena dia merasa gagal menjadi seorang ibu.

"Hai brother! Kau merindukanku." ucap Leon melebarkan tangannya saat berhadapan dengan Lano yang tengah duduk ditaman menemani Nadine berharap kembarannya itu akan memeluknya.

Lano terdiam dengan memandang Leon datar, hingga Nadine harus menyikutnya karena kesal. "Peluk!"

"Apa kau mau aku peluk?" bingung Lano.

Nadine menepuk keningnya, Leon yang melihat itu tertawa melihat pasangan lucu didepannya. "Sebaiknya aku pergi."

Lano menahan Nadine. "Jangan!" Mata suaminya itu memperlihatkan tatapan bingung dan takut.

"Kalian perlu bicara, tenang saja aku tidak akan pergi kemana-mana." Nadine meyakinkan Lano dan memberinya kecupan singkat dipipi pria itu.

Nadine menarik gadis yang berada di belakang tubuh Leon gadis itu menunduk ketakutan. Ya tentu saja ketakutan dia kaget saat tadi mendengar Ren yang marah terhadap pria itu, dia berpikir jika Ren tidak menyukai karena hadirnya.

"Sudah lama kita tidak duduk bersama seperti ini, apa kau tidak merindukanku?" geli Leon dengan pertanyaannya sendiri.

"Apa kau akan terus diam seperti patung?"

"Hm."

Leon menggeleng heran. "Padahal kau sudah memiliki mate tetapi sikap datar plus dinginmu itu masih tidak berubah."

"Maaf!"

Leon menghembuskan nafas kesal, berbicara dengan makhluk yang hidup berbicara irit memang sangat menguras kesabaran hati. "Sepertinya kehadiranku memang selalu tidak dianggap."

SF 1 : MY LUNA IS ANGEL(Revisi)Where stories live. Discover now