- L I M A E M P A T -

846 101 8
                                    


nara merebahkan tubuhnya pada kasur kebesarannya. gadis itu baru pulang dari rumah besar milik jeno. haikal tak mau melepaskannya. pria itu sakit sejak kemarin malam. penyebab utamanya tak lain dan tak bukan karena hujan besar kemarin

haikal masih bungkam tak mau memberi tahunya tentang apa yang terjadi. toh nara juga tak bertanya sebenarnya. ia tak mau terlalu mencampuri urusan haikal. pria itu menjaga privasinya, jadi nara juga harus menghormati privasi haikal. lelaki tampan itu mungkin akan angkat bicara ketika ia siap

nara memejamkan matanya sekejap, mengamati kembali kamar yang sudah ia pakai sejak kecil itu. Beberapa interior masa kecil yang masih terpajang indah di sudut sudut kamarnya

Nara tersenyum melihat Kotak musik balerina dari sang mendiang papanya masih terpajang dengan apik di atas meja belajarnya. Itu hadiah dari papanya karena nara berhasil mendapat juara kelas saat kelas 2 sd

Senyumnya memudar melihat satu buah foto yang sudah dipajang beberapa tahun terakhir itu. Foto nara dan juna yang sedang tersenyum bahagia itu masih terpampang indah

Gadis itu bangkit dari tidurnya mendekat ke arah meja belajarnya. Mengambil bingkai foto itu lalu menatap nya dengan lamat lamat. Bagaimana bisa nara tersenyum begitu lebar disamping pria yang tak pernah terlihat lagi itu

"Apa kabar kak?" Gumamnya pelan mengusap bingkai usang itu

Nara menggigit bibirnya, mendongakan kepalanya menahan buliran air mata yang ingin keluar. Mengingatnya saja benar benar membuat nya sesak

Gadis itu membuka laci mejanya terburu buru, tidak ingin mengingat juna dan bersedih untuk kesekian kalinya. foto itu cukup mengusiknya

Percaya atau tidak ternyata haikal berhasil menggantikan posisi juna dihatinya. Walaupun tak sepenuhnya,  perasaannya pada juna masih belum hilang. pria itu masih mempunyai tempat spesial dihatinya,yang entah sampai kapan bisa digantikan. Jika diberatkan dengan pilihan mana yang akan nara pilih antara haikal dan juna, sejujurnya nara masih tak tahu

prang!

bingkai foto itu jatuh begitu saja dari tangannya. gadis itu terlalu grasak grusuk hingga bingkai foto itu terjatuh

gadis itu memejamkan matanya dongkol. berjongkok untuk memungut pecahan kaca yang sudah berserakan dimana mana

ponselnya berdering, nama raina muncul di lockscreenya

"kenapa?" tanya nara memulai percakapan, menyelipkan ponselnya antara telinga dan bahunya

kedua tangannya masih sibuk menari nari diatas bingkai foto yang sudah tak terbentuk itu

"juna pernah bilang dia pergi kemana?"

nara tertsentak mendengar pertanyaan raina yang sangat tiba tiba. gadis itu meremas pecahan kaca yang ada di jarinya kuat, menyalurkan betapa sesaknya mendengar nama itu lagi

"ra?"

"hah?"

gadis itu menundukkan pandangannya melihat jarinya sudah meneteskan cairan merah itu. membuang pecahan kaca itu asal lalu mengambil tisu di meja belajarnya

terdengar decakan dari ujung sana
"juna pernah bilang ga dia pergi kemana?" ulang raina malas

"ngga" balasnya tak minat

"serius?"

nara berdehem sibuk membersihkan lukanya

"ra"

"apaan lagi" seru nara merasa tak nyaman dengan topik ini

"Gimana kalo Juna balik lagi?"

Nara dan HaikalWhere stories live. Discover now