A Cold Hearted Girl

3.3K 267 2
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

__________________________

Sekarang jamannya membuat topeng seindah mungkin. Karna tekanan luka yang jarang dimengerti. Dan dipaksa baik-baik saja

___________________

"Nanza Anuradha, seorang mahasiswi semester 7 di Universitas Islam Negeri Mataram. Jurusan ilmu Quran tafsir. Tinggi 155 cm. Cantik jelas, keturunan Aceh Jawa gitu deh Meski ramah tapi dia begitu dingin. Kadang bikin orang sungkan bahkan buat nyapa duluan. Misterius, susah ditebak. Kak Nan tinggal sama niniqnya* aja. Kehidupannya gak ada yang tahu. Penuh kejutan. Asli orangnya keren banget. Penyuka kopi dan travelling."

Biru menyimak penjelasan panjang lebar Khanza tentang gadis bernama Nanza yang mencuri perhatiannya sejak perempuan itu datang mengantar Khanza.

Entah kenapa Biru merasakan harus menyelesaikan sesuatu yang ada pada perempuan itu. Meski Ia begitu dekat dengan Ayara. Tapi ini kali pertamanya ada yang menarik untuknya dan hatinya tergerak akan hal itu.

"Orang tuanya?" Tanya Biru.

Khanza menggeleng," entah, Khanza yang merasa paling deket sama Kak Nan dibanding yang lain pun masih merasa gak tau apa-apa soal kak Nan. Btw kok sayang kepo. Apa jangan-jangan sayang suka kak Nan?"

"Bocil diem. Gak usah bahas cinta-cintaan. Lagian siapa yang suka sih. Cuman kepo aja karna sering main sama kamu," kilah Biru.

"Ih padahal Khanza bakal ngedukung banget sih. Malah makin bagus biar kakak cepet nikah dan gak ditagih mantu terus sama Oma," ujar Khanza.

"Fokus belajar kamu. Jangan ikutan ngerecokin!"

Khanza mengerucutkan bibir namun memilih bungkam membiarkan Biru fokus pada jalanan.

****

Nanza menatap kosong pada jalanan dibalik jendela coffe shop itu. Kopi vanila latte dibiarkan dingin belum tersentuh. Udara malam mengantarnya untuk sekedar mencecap secangkir kafein sebelum pulang ke rumah.

Keputusan sore tadi menjadi titik baru baginya. Keputusan yang terasa makin menutup dirinya dari apapun. Tak terasa air matanya jatuh tanpa diminta. Perasaan hampa yang tak pernah dapat ia pecahkan selama bertahun-tahun ini begitu menyesakkan baginya.

"Anuradha! Woah aku hampir tidak bisa mengenali kamu" seseorang tiba-tiba duduk didepannya tanpa permisi membuat Nanza mengusap kasar air matanya.

"Don't call me like that!"tukas Nanza menatap kesal pada pria dengan senyum ramah yang tak pernah pudar dari wajah tampannya.

"Oke sayang calm down," ujar pria itu santai.

"Jangan panggil Aku kayak gitu juga. Nanti pada salah paham," rengek Nanza.

Pria itu tertawa, merupakan hobinya menjahili perempuan bermata coklat ini. Ia menaruh topi hitamnya dikepala gadis itu sebagai wujud gemas terhadap perempuan berhati dingin itu.

"Minggu ini terapi ya," kata pria itu menyeruput vanila latte milik Nanza tanpa permisi.

"Elang! Kopi ku itu," sentak gadis itu. "Aku baik-baik aja," sambungnya.

"No! Harus terapi. Ku jemput paksa kalau kamu tidak datang."

Nanza mendengus. Ia lupa bahwa tidak akan mendebat manusia bernama Elang ini.

"Kamu cantik dengan niqobmu," puji Elang.

Nanza tersipu, "apaan sih. Makasih ya. Doakan aku istiqomah ya," ujar Nanza.

Biru  Anuradha | ENDWhere stories live. Discover now