An End?

2K 165 5
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

______________

Lepaskan  apa  yang  memang  ingin  lepas. Tidak  perlu  khawatir  tidak  bisa  bangkit  setelah  kepergiannya. Karna  jika  bukan  takdir. Perasaan  terhadapnya  akan  lepas  dengan  sendirinya.

_________________________


Sudah  dua  gelas  kopi  tergelatak  di meja  kerja  pria  tampan  itu. Tapi  tak sedikit  pun  niat  ingin  melepaskan  berkas-berkasnya  meski  malam  sudah  menghias.

Sekretarisnya  bahkan heran  melihat  sang  CEO  yang  tak  biasanya  lembur  begini. Biasanya  pada  saat  magrib  pria  itu  sudah  bertandang  kerumahnya. Meskipun  masih  ada  sisa  perkerjaan  yang  harus  di selesaikan. Pria  itu  akan  membawanya  pulang.

Apalagi  yang  membebani  pikiran  Chavash  Albirru  jika  bukan  karna  pikirannya  penuh  dengan  kebingungan  akan  sikap   Nanza  Anuradha. Dengan  penolakan  gadis  itu  yang  terasa  seperti  berat  di lakukan  Nanza  tapi  tetap  di lakukan  perempuan  itu. Albirru  di buat  tidak  mengerti  dengan  Nanza. Perempuan  itu  sangat  sulit  di tebak.

Karna  itu  Albirru  memilih  menyibukkan  diri  agar  perhatiannya  teralih  untuk  tidak menuntut  penjelasan  Nanza  perihal  lamarannya  dalam  waktu  dekat. Ia  berusaha  membiarkan  Nanza  tenang  terlebih  dahulu.

Sudah  tiga  hari  semenjak  makan malam  itu  berlangsung. Pria  itu  bukannya  bisa  teralihkan  tapi  semakin  di tuntut  oleh  pikiran  untuk  segera  menemui  Nanza.

Dilempar  kertas-kertas  sebelum  menyandarkan  punggung  dikursi  kerja  seraya  memijit  pelipis yang dirasa pening.

"Cinta  ternyata  rumit  ya,"gumamnya.

Baru  kali  pertama  di hadapkan  pada  cinta  dan  itu  terasa  baru  bagi  Albirru ditambah  kerumitan  dalam  cinta  tersebut. Meski  begitu  ada  syukurnya,  bahwa  islam  sudah  mengatur  dan  memberi  batasan  untuk  cinta  agar  tidak  berlebihan. Jika  efeknya  memang  sangat  berbahaya  seperti  ini.

Jika  bukan  agama  yang  menjadi  pegangan. Siapapun  akan  di buat  gila  oleh  perasaannya.

"Pak  waktunya  istirahat,  ini  udah  malam..," sekretaris  Albirru  mengingatkan.

Pria  itu  menghela  nafas  sebelum  memberesi  berkas  dan  mengambil  jasnya  yang  di selampirkan  di punggung  kursi  kerjanya.

"Ya  sudah  saya  pulang  dulu  ya," pamitnya.

****

Pikiran  Albirru  benar-benar  penuh  akan  pertanyaannya  tentang  akhir  kisah  cinta  ini. Ia  jadi  tak  nyaman  melakukan  apapun. Di lain  sisi, ia  gundah,  tapi  di  lain  sisi   ia  juga  merindukan  Nanza. Pria  itu  seolah  kehilangan  kontrol  atas  hatinya. Karna  memang ini pertama  baginya.

Menjalani  aktivitas  yang  tak  jelas  dengan  polahnya  yang  tak  karuan. Bahkan  sampai  orang  sekitarnya  terheran  akan  sikapnya.

"Kenapa  sih  Mas  belakangan ini resah  terus. Jadi  makin  aneh  ih," cibir  Hajar  pada  putranya  yang  pagi  ini  tiba-tiba  muncul  di rumahnya   numpang  sarapan.

"Ah  masalah  cinta,  Mi," jawab  pria  itu.

"Di tolak  lagi?"

"Yap."

Biru  Anuradha | ENDWhere stories live. Discover now