A Marriage Proposal again?

2K 202 9
                                    


بسم الله الرحمن الرحيم

__________________________

Jangan  sepelakan  tentang  mental  seseorang. Karna  trauma  tidak  mudah  sembuh  meski  dengan  waktu  yang  cukup  lama.

_____________________

Guncangan pelan serta namanya yang di panggil membuat Nanza perlahan membuka mata. Ia  merasa tubuhnya begitu kehilangan banyak tenaga dan sangat lemas.

Saat matanya terbuka. Ia mulai mengabsen orang yang ada diruang perawatan. Lagi-lagi bertemu rumah sakit. Nanza  merasa kembali pada masa-masa parahnya trauma dulu.  Yang  mengharuskannya  menjadikan  rumah  sakit  sebagai  rumah  keduanya.

Ingatan  perempuan  itu  tertahan pada saat terakhir sebelum ia tak sadarkan diri. Ia ingat ia kembali memanggil Pradana ' papa' setelah sekian lama. Karna menyadari saat Pradana memeluknya rasa rindu dan terlindungi itu kembali ada.

"Adek?!"

Panggilan itu menyentak Nanza dan mengembalikan dirinya yang sempat melamun. Di lihatnya wajah Albirru yang penuh kekhawatiran itu.

"Nanza baik-baik aja," gumam Perempuan itu pelan melegakan semua orang di ruangan itu.

Mata Nanza mengeabsen semua orang di ruangan sebelum matanya terhenti pada Pradana yang menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

"Papa.," panggil Nanza ragu.

Pradana terkejut dengan binar bahagia yang menghias wajahnya, bergerak memeluk Nanza dalam tangis harunya.

"Ananda Anura. Maafin Papa. Papa sangat merindukanmu."

Perempuan itu membeku sejenak meresapi kehangatan pelukan yang delapan tahun hilang dari hidupnya. Seolah sesuatu yang  lepas  darinya kini kembali lagi.

Tanpa sadar air mata Nanza sudah mengalir dan perlahan membalas pelukan Pradana.

Pada akhirnya waktu mengantar kedua orang yang ditakdirkan sedarah itu kembali meneguk kedamaian setelah berperang dengan ego yang dibalut tragedi yang menghadirkan trauma.

Bukan tentang seberapa besar luka yang menghampiri, tapi tentang bagaimana bangkit dari luka untuk  menghadirkan langkah  baru yang lebih baik dari sebelumnya. Luka memang menyakitkan tapi dibanding itu mendamaikan diri  dari luka jauh menenangkan. Memang tidak mudah. Karna itu gunakan waktu sebanyak yang dibutuhkan untuk menyembuhkan.

"Papa, maafin Ananda juga," gumam Nanza.

"Terima kasih...terima kasih telah kembali. Dan selalu kuat sampai sekarang. Papa sangat bersalah. Tapi Ananda menerima Papa kembali. Terima kasih, Nak."

Momen haru itu menularkan rasa lega bagi semua yang ada diruangan.

"Jadi pengen ikut meluk," celetuk Albirru asal yang langsung mendapat cubitan maut dari Hajar.

"Halalin dulu," seru Hajar.

Celetukan Albirru malah menghadirkan tawa. Dan mencairnya suasana. Ayara yang berada di sana masih tidak melakukan respon. Tidak masalah baginya momen kembali berdamainya Nanza dan Pradana. Lebih menyakitkan kala melihat yang di cinta begitu mati-matian membuktikan kasih pada orang yang di cintainya.

Tapi Ayara mengakui salah. Cemburu bukan alasan untuk menyelakai seseorang apalagi itu saudara sendiri.

"Kak Nan, Aya minta maaf soal hari ini," ujarnya tulus.

Nanza menatap adiknya yang baru ia temui sekarang itu dengan menyelipkan senyum. Ia tahu alasan apa yang Ayara memiliki. Jatuh cinta dan cemburu memang kadang membutakan seseorang.

Biru  Anuradha | ENDWhere stories live. Discover now