An Indecision

2.4K 210 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

__________________________

Ini tentang perihal waktu. Semua harap dan inginmu akan datang pada waktunya yang tepat. Jika bukan seperti inginmu, yakinlah yang datang itulah yang terbaik bagimu.
Karna Tuhan yang Maha Esa paling tahu dirimu melebihi dirimu sendiri.

______________________

Albirru merasa jenuh sekali di Villa hari ini. Meski ia tidak bekerja ia tetap mengontrol pekerjaannya lewat daring. Tapi sekarang ia benar-benar bosan. Dia yang begitu aktif akan kegiatan. Terkurung seperti ini sangat menjemukan baginya.

Dan sejak tadi pagi hingga siang ini dia sendirian. Tidak ada Nanza atau Khanza yang datang membuatnya semakin bosan.

Ditengah-tengah asiknya melamun. Pikiran Biru teringat pada permintaan Hajar yang menyuruhnya segera pulang dan harus membawa Nanza. Dan sekarang waktu yang diberikan Hajar hampir abis. Kenapa ia bisa seceroboh itu.

Dengan segala tekad. Biru meraih kunci mobil dan nekad menyetir sendiri ke rumah Dania untuk menjemput Khanza. Dan mengajaknya kerumah Nanza.

Butuh waktu cukup lama untuk sampai dirumah Dania. Sebab Biru mengendarai mobilnya pelan karna menyetir dengan satu tangan.

Pria itu mengetuk pintu rumah kakak perempuannya dan mengucapkan salam. Tak berselang wajah Dania muncul dibalik pintu.

"Heh! Siapa suruh nyetir sendiri kesini?" Serbu Dania. Biru menatap jengah, ia lupa Dania kloningan Hajar yang memperlakukannya seperti bayi.

"Bosen tau Mbak di Villa. Ini Adeknya gak dikasih masuk dulu?"sindir Biru.

Dania mencebik tapi tak urung mempersilahkan kepada adik tersayangnya itu masuk.

"Makan dulu ya," tawar Dania.

"Nantian deh, Khanza mana?"

"Dia ada les tambahan makanya belum bisa tengokin kamu bentar lagi pulang kok." Belum selesai Dania berujar si topik pembicaraan sudah tiba dengan suara cemprengnya.

"Assalamu'alaikum, anak cantik pulang!"

"Noh baru juga diomongin anaknya, wa'alaikumsalam," jawab Dania.

"Huaa sayangku. Maafkan daku. Gara-gara les ini jadi telat nemenin," seru gadis belia itu hiperbola sambil memeluk Biru dari samping.

"Kerumah Nanza yuk!"

"Ha?!" Dania dan Khanza serempak berseru. Menatap Biru dengan mulut sedikit terbuka.

"Kenapa? Ada yang salah?" Tanya Biru enteng.

Dania malah mendekat dan meletakkan tangannya di kening Albirru. Membuat pria itu  menatap heran pada kelakuan kakaknya ini.

"Anteng kok gak demam. Kamu serius ya sama Nanza? Kamu mau ngelamar Dia?" Cerca Dania.

"Yang bilang ngelamar Nanza siapa?"

Biru meraih toples cemilan dan mencoba membukanya dengan satu tangan tapi tidak berhasil dan diambil alih Khanza untuk membantu membukanya.

"Itu tadi mau bilang kerumah Nanza, ngapain?" Tanya Dania mendudukkan diri disamping Biru yang asik mengunyah cemilan kacang.

"Itu semua gara-gara Ibu  Anda ya! Mbak Dania yang terhormat. Yang menyuruh saya membawa Nanza ke Jakarta dan itu wajib," pungkas Biru dengan nada kesalnya.

"Heh, itu ibu lo juga bambang. Lagian dari mana Ummi tau tentang Nanza. Gercep juga ya." Logat Jakarta Dania kini keluar karna gemas dengan adiknya ini.

Biru  Anuradha | ENDWhere stories live. Discover now