Flashback 1

7.7K 457 3
                                    

Margareth tersenyum memegang tangan mungil anaknya, ia masih tidak menyangka bisa melahirkan secara normal bahkan dokter sudah mewanti-wantinya agar cecar, tapi ia masih nekat untuk tetap normal.

"Evelyn Sharma" ujarnya sambil menatap bayi mungil yang masih kemerahan itu.

ceklek..

Calvin datang dengan menggandeng putranya yang masih berusia 4 tahun. Ia tersenyum melihat sang istri.

"Bunda, adek kecil" celoteh Daniel kecil.

Calvin menuntun tangan anaknya untuk menghampiri sang bunda.

"Daniel, dedek kecilnya namanya evelyn sayang." ucap Margaretha

"Eve" panggil Daniel sembari mengelus pipi tembem sang adik.

Calvin dan Margareth tersenyum simpul. Namun, Evelyn kecil menangis cukup keras dan membuat Daniel terlonjak kaget dan menatap cemas ke arah sang bunda.

"Tidak apa-apa Niel, Eve mungkin tadi kaget" tuturnya.

••••

Sudah 1 Minggu lebih akhirnya dokter memperbolehkan Margareth dan Eve kecil untuk pulang. 

Margareth membaringkan Evelyn di box bayinya.

"Evelyn Sharma Hirata" ujar seseorang dibelakang Margareth.

"Kak ngagetin aja sih, tiba-tiba bisik-bisik di samping aku" ucap Margareth

"Aretha si penakut, gitu aja takut lebay kamu" Calvin terkekeh sambil mengacak gemas rambut Margareth

Margaretha Gladys atau sering dipanggil Aretha perempuan berdarah Chicago. Seorang gadis yang dicintai Calvin Alva Hirata sejak sekolah menengah atas itu telah dipersunting oleh Calvin diumur yang cukup muda. Bagaimana tidak mereka telah berkomitmen kepada Tuhan sejak umur Aretha 20 tahun dan Calvin 22 tahun.

Aretha menderita penyakit jantung sejak kecil, itulah sebabnya Calvin sangat posesif terhadap Aretha.

"Kak" panggil Margareth

"Kenapa Aretha?" tanyanya

"Kayaknya aku mau berhenti check-up kondisi jantung aku deh kak, cape aku lama-lama kata dokter juga ga bakal sembuh" ucapnya

Calvin membulatkan matanya mendengar pernyataan yang dilontarkan sang istri.

"APAH?! KAMU TAU GA AKU TUH UDAH JANJI DIDEPAN MAKAM AYAH KAMU UNTUK JAGAIN KAMU SELALU, DAN YAH KATA DOKTER MEMANG TIDAK BISA DISEMBUHKAN TAPI KALO PENYAKIT KAMU SAMPE KE YANG KRONIS BAGAIMANA HAHK?!" Teriak Calvin,

Margareth terlonjak kaget mendengar teriakkan Calvin, pasalnya ia tidak pernah seperti itu kepada-nya.

"Kak jangan teriak-teriak nanti Eve kebangun" lirihnya

"Kamu tidak biasanya seperti ini Aretha kamu selalu nurut perkataan dokter, bahkan kamu sudah membatah dokter sejak kelahiran dia" ucap Calvin sambil menunjuk Evelyn yang tengah tertidur di box bayinya.

Lagi-lagi Margareth terlonjak kaget mendengarnya, kenapa Calvin membawa-bawa nama Evelyn. Bukan itu yang dirinya maksud.

"Kak, bukan gitu aku mau berhenti check-up  itu karena ingin memperhatikan Evelyn kak. Aku janji bakal ga telat makan sama minum obat aku" tuturnya perlahan

"Evelyn... evelyn... evelyn..., tidak bisakah kamu memikirkan penyakit kamu juga, Evelyn ada baby sister nya dia bisa bersamanya" ucap Calvin

"KAK!?, EVELYN ITU JUGA BUTUH AKU KAKAK GA DENGAR EVELYN JUGA ARGHHH.." belum sempat Margareth melanjutkan kata-katanya jantungnya berdenyut sakit dengan gesit Calvin membopong Margareth untuk berbaring di ranjang dan segera menelepon dokter pribadinya.

Sekitar 15 menit dokter datang dan langsung memeriksa keadaannya.

"Gimana dok?" tanya Calvin

"Untungnya pak Calvin segera menelepon saya tidak tau kalau sampe terlambat sedikit pun"

"Sekarang bagaimana keadaannya dok? apa tidak papa" tanyanya lagi

"Untuk saat ini tidak papa, tapi saya tidak bisa menjamin untuk kedepannya terhadap Bu Aretha, karena mengingat penyakitnya telah bersemayam pada dirinya sejak kecil" Dokter itu telah menghela nafas gusar.

"Rutin saja melakukan check-up dan jangan sampe telat minum obatnya, kalau begitu saya permisi pak" tambahnya

Calvin mengantarkannya sampe didepan pintu dan kembali bergegas ke kamarnya.

"Papah" panggil anak kecil di depan pintu kamar.

"Niel, yaampun sini babyboy"

Calvin melambaikan tangannya menyuruh Daniel kecil untuk menghampirinya.

"Papah, Bunda kenapa?" tanya Daniel kecil

"Bunda lagi sakit, Niel doain bunda ya biar cepat sembuh"

"Atit? bunda atit? bunda ga boleh atit huaaa" tangis Daniel pecah seketika

Calvin langsung menggendong Daniel dan menepuk kecil pantatnya seraya berkata "Shutt... gapapa Niel bunda juga lagi istirahat itu biar sembuh jadi bisa main lagi sama Niel "

"Pah Niel mau bobo sama bunda" pintanya disela-sela tangisnya.

Calvin mengangguk dan membaringkan Daniel ditengah-tengah ranjang kamarnya.






vote ⭐



Evelyn | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang