Chapter 17

8.6K 549 2
                                    

Air mata adalah salah satunya cara mata berbicara, ketika bibir tak mampu menjelaskan apa yang membuat perasaanmu terluka..

....

Evelyn terdiam, ia tidak menyangka hidupnya akan se nelangsa ini. Kepalanya dipenuhi oleh kata 'seandainya'. Evelyn menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskanya perlahan.

Seandainya ia tidak bertemu Orlando atau lainnya, mungkin sekarang dirinya tidak merasakan rasa sakit ini.

Matanya menatap kalung perak yang melingkar di lehernya, dengan pelan ia mengelus bandul kalungnya yang bergambar bulan dan bintang. Kalung indah pemberian bundanya.

"Bunda, Eve terjebak diantara mimpi buruk dan mimpi yang hilang" lirihnya

Evelyn mengusap ujung matanya yang mengeluarkan air mata. Belum cukupkah Tuhan mengambil semua kebahagiaannya? dirinya ingin bahagia ditengah-tengah keluarga yang menyayanginya dengan sahabat yang mendukungnya.

Ia menatap pantulan dirinya di cermin toilet, Evelyn membereskan rambutnya yang tadinya awut-awutan dan menyelipkan jepit rambut, kemudian ia mengoleskan Lip Tint dibibir-nya tidak lupa ia juga sedikit mengoleskan bedak ke mukanya yang memucat.

Evelyn keluar dari toilet dilangkahkan kakinya menyusuri koridor sekolah yang nampak ramai. Ia menundukkan pandangannya, ia mempercepat langkahnya. Karena matanya yang terus menatap lantai dirinya tidak melihat orang didepannya dan

Brukk

"Maaf...maaf..a.ku gak sengaja"lirih Evelyn, dengan cepat ia berdiri dan merapihkan roknya.

"Eve, tatap muka gue" Sepontan Eve mendongak melihat seseorang yang ditabraknya, "Or..lando?"cicitnya.

"Akh...em maaf ya, gue duluan" dengan cepat ia berjalan meninggalkan Orlando yang masih ingin berbicara, langkahnya berubah menjadi berlari.

Sesampainya didepan kelas Evelyn mengatur nafasnya, "Fyuh... kenapa harus ketemu lagi sih" sepanjang jalannya menuju bangkunya dirinya terus mengomel tidak jelas.

"Kenapa Lo ngomel-ngomel Mulu?" Tanya Jeslyn, Evelyn memanyunkan bibirnya "Gak tau gue pusing"katanya, Jeslyn yang sedari tadi memainkan handphonenya melihat kearah Evelyn, dahinya menyerngit heran, "Wow, sejak kapan lo pake Lip Tint?" Sontak Evelyn menutup mulutnya dengan kedua tangannya saat mendengar perkataan jeslyn.

"Jelek yah" tanyanya

"Bagus kok, lo tuh harus sering-sering pake kek ginian. Ya walaupun gue akui lo punya bibir yang merah alami sih. This Beautiful" ucap Jeslyn, Evelyn yang mendengar pujian itu membuat pipinya bersemu merah.

"Dih Salting, pake acara merona lagi" Jeslyn tertawa mengejek Pipi putih Evelyn yang sudah memerah seperti blus on.

"Apaan sih" kata Evelyn menahan malu, Jeslyn tambah tertawa kali ini cukup kencang.

Bel masuk berbunyi, semua siswa masuk kedalam kelasnya masing-masing.

....

Hani dengan telaten menyuapi bubur kearah Clavin yang tengah berbaring di ranjang rumah sakit.

"Mas lain kali kau jangan marah-marah terus sama Evelyn" ucapnya, Clavin menoleh melihat kearah Hani "Apa hubungannya dengan anak itu!" Hani menghela nafas kecil mendengarnya, "Gara-gara kamu sering marah-marah ke Evelyn, penyakit darah tinggi kamu naik mas"

"Aku sakit kayak gini kamu masih marahin, karena anak itu! Ingat yah kata dokter Aku cuma kecapean jadinya drop" ujar Clavin

Hani menatap manik hitam suaminya, "Mas dokter memang bilang gitu tapi selain kecapean darah tinggi kamu juga naik."

Evelyn | ENDWhere stories live. Discover now