Chapter 18

8.2K 525 1
                                    

Ada manusia yang ingin aku peluk namun dia sama sekali tidak menginginkan aku untuk memeluknya:

Papah...

....

Evelyn berjalan menyusuri koridor rumah sakit tangan kanannya sudah menenteng Rantang berisi makanan kesukaan Clavin. Dirinya bahkan rela waktu istirahatnya digunakan untuk membuat makanan kesukaan sang papah. Ah ia masih ingat bundanya dulu sering sekali mengajarkannya membuat masakan kesukaan papah dan Daniel.

Ia mengetuk pelan pintu ruangan sang papa, sesekali dia merapikan bajunya. Pintu itu terbuka terlihat Hani yang tengah berdiri di ambang pintu, "Evelyn, ya ampun masuk gih" Hani mempersilahkan Evelyn untuk masuk. Evelyn tersenyum ia melangkahkan kakinya dengan pelan. Baru beberapa senti langkahnya Clavin sudah menyekat langkahnya dengan kata yang ia lontarkan.

"Ngapain kamu kesini" Clavin menatap sinis kearahnya, Evelyn meneguk air liurnya susah payah. Tangannya menggenggam erat Rantang makanan tersebut.

"Loh kenapa mas, Evelyn kan mau jenguk kamu. " Hani menarik tangan Evelyn untuk duduk di sofa yang ada.

Clavin mendengus kesal mendengarnya, semuanya selalu berpihak pada anak itu. "Ckckck, sudahlah saya muak" ucap Clavin, Hani menatap tidak suka kearah suaminya "Lebih baik kamu istirahat jangan marah-marah Mulu"

Hani kembali menatap Evelyn, "Wah kamu bawa apa sayang?" Tanyanya, Evelyn dengan senang hati memperlihatkan masakan yang ia buat sendiri.

"Aku bawa daging ayam tanpa lemak, Oat, Ikan goreng dan juga Yogurt." Evelyn tersenyum manis ia menyerahkan Rantang tersebut kepada Hani.

"Kamu tau kan papamu itu paling anti makan makanan rumah sakit dan untungnya kamu bawa semua ini. Dan yang mengejutkan semuanya kesukaan papahmu" ucap Hani, Evelyn terkekeh kecil mendengar ucapan ibu tirinya itu.

Clavin menatap datar kearah dua perempuan yang beda usia tersebut, dia menatap dengan jengah.  Sungguh ia muak melihat anak itu yang selalu mencari perhatian Istrinya.

"Oh yah mas, aku lupa belum tebus obat kamu. Aku tinggal dulu ya, Evelyn titip papahmu" Hani melenggang pergi meninggalkan ayah dan anak tersebut.

Evelyn tersenyum canggung kearah papanya yang tengah menatapnya dengan tajam, "Em pah, mau Evelyn suapin makan?" Tawarnya.

Clavin tampak berpikir dirinya tidak munafik ia menginginkan makan tersebut. Dia bahkan baru memakan tiga suap bubur rumah sakit yang hambar itu. Namun, gengsinya terlalu tinggi walaupun makanan itu tampak sedang melambaikan tangannya ke arahnya meminta untuk dirinya memakannya.

"Pah?" Evelyn bertanya yang kedua kalinya.

"Gak usah, saya jijik melihat wajahmu. Lebih baik kamu keluar sekarang!" Titahnya, Evelyn mengangguk mengerti ia tidak ingin membuat papahnya marah dan mengakibatkan penyakitnya kambuh.

Clavin menatap punggung Evelyn yang kian menjauh, dikiranya sudah pergi ia mengambil Satu boks makanan yang tadi dibawakan Evelyn. Dengan semangat ia menyantap satu potong ayam tampa lemak tersebut. Tanpa Clavin sadari Evelyn tengah mengintip dari balik jendela, ia tersenyum senang melihat papahnya begitu antusias memakan masakannya.

Tidak mau berlarut-larut mengintip sang papa, Evelyn berjalan keluar dari rumah sakit. Hari sudah mulai gelap. Dia menunggu di Halte busway, netra coklatnya menatap langit Malam yang  sunyi, memang terkadang terlihat bak lembar yang masih kosong. Sebenarnya tidak. Bintang yang menemaninya tetap disana, hanya saja bumi sedang berputar atau awan menutupinya. Jadi mimpinya tak akan kemana, ia akan mudah kau gapai dengan penuh usaha.

Evelyn mengusap kedua telapak tangannya mencari kehangatan, detik ke sepuluh Jaket berwarna army melekat di tubuhnya, sontak ia menoleh melihat pemilik jaket tersebut.

"Orlando, astaga kita ketemu terus" ucap Evelyn sambil membenarkan letak jaket tersebut.

"Jodoh kali,"Evelyn menatap tajam netra zambrud milik Orlando,"Ngapain Lo disini?" Tanya Evelyn.

"Gue habis nongkrong di cafe Matahari" jawabnya, ya memang rumah sakit yang ditempati papanya dekat dengan cafe-cafe tongkrongan remaja.

Evelyn mengangguk kecil, Orlando melihat setiap gerakan dari Evelyn mulai mengusap telapak tangannya lalu ditempelkan di pipinya. Orlando melenggang pergi tanpa berpamitan kepada Evelyn hal itu membuat Evelyn bertanya-tanya.

Namun kebingungan Evelyn tidak berlangsung lama, karena Orlando kembali dengan membawa dua cup coklat panas. Orlando menyerahkan satu coklat panasnya, Evelyn tersenyum hangat kearahnya.

"Gue anterin pulang yah"Tawarnya

"Yah, lagipula juga gue gak mungkin nungguin Taxi" Jawabnya, Orlando tersenyum kecil kemudian ia menggenggam tangan Evelyn sontak Evelyn ingin melayangkan protesnya. Namun Orlando menempelkan telunjuknya di bibir Evelyn.

"Tanda pertemanan kita" Katanya sambil menarik pelan Evelyn.

Tanda pertamanan yang membuatnya tersiksa, bagaimana bisa Orlando menyebut ini tanda pertamanan. Hari ini dia dibuat terkejut dengan sifat Orlando yang seperti itu, mulai dari memeluknya dan menggenggam tangannya dan ia bilang tanda pertemanan.

Ini termasuk pemula untuk dirinya yang tidak pernah diperlakukan seperti itu dengan laki-laki. Dan itu sukses membuat dirinya timbul rasa kecurigaan, true?

TBC

Jangan lupa vote dan coment ❣️ jangan jadi pembaca gelap 😊 hargai karya orang!😉

Evelyn | ENDWhere stories live. Discover now