Chapter 8

11.2K 684 7
                                    

2 hari dirawat dirumah sakit, Evelyn merasa bebannya berkurang. Setidaknya ia merasa tidak sendirian ketika dirumah sakit. Namun, mau tidak mau dirinya harus pulang.

Evelyn pulang diantar dokter Andi, tentunya dengan paksaan. Evelyn terkekeh geli ketika mengingat wajah dokter Andi yang terlihat marah ketika ia mengucapkan ingin naik angkutan umum saja.

"Ingat Evelyn, tidak boleh stress apalagi lupa makan dan satu lagi jangan kangen kakak yah" ucap dokter Andi ketika Evelyn ingin turun dari mobil. Evelyn mendengus ketika mendengar perkataan terakhir Dokter Andi, sedangkan sang empunya hanya tertawa geli.

Perlahan Evelyn membuka pintu rumahnya, pemandangan pertama yang ia lihat adalah seluruh keluarga nya sedang berkumpul.

PLAK!

"DARI MANA SAJA KAMU HAHK!" Bentak Clavin, Jinny yang melihat itu tersenyum iblis. " Yah kan habis jual diri pah" ucap Jinny sambil menyomot makanan ringan yang dihadapannya.

Daniel memandang tak suka kearah Jinny. Walaupun ia selalu emosi saat berhadapan dengan Evelyn. Namun, ikatan saudara yang membuatnya merasa ingin menampar pipi Jinny.

"Mas! Duduk dulu biar Evelyn jelasin dia habis kemana"ujar Hani.

"DIAM Hani! Ini tidak ada urusannya dengan kamu" bentak Clavin. Hani bungkam sendiri.

"2 HARI GAK PULANG, SEKALI PULANG DIANTAR COWOK!!" Evelyn hanya menunduk namun ia tidak menangis.

"Setidaknya dia ada selalu ada saat Evelyn membutuhkan sandaran" lirihnya

Clavin dan Daniel sama-sama terpaku mendengar ucapan Evelyn. Hani hanya memandang sendu putrinya.

"DANIEL AMBILKAN CAMBUKAN PAPA!" Daniel hanya menurut.

"Jangan membuat nama keluarga saya malu!"

Ctarr!

"Mau jadi wanita malam kamu hahk!"

Ctarr!

"Dari dulu bikin susah Mulu"

Ctarr!

Dan pukulan berlangsung selama 10 kali. Belum cukup, Clavin menjambak rambut Evelyn dan menyeretnya masuk kedalam kamar. Didalam kamar Clavin memberi pukulan telak di perut Evelyn. Clavin mengunci pintu kamar Evelyn dan berlalu pergi.

Hani yang melihat itu sudah menangis dipelukan Daniel, sedangkan Daniel hanya menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Jinny tersenyum smirk melihat penyiksaan tersebut.

Evelyn luruh kelantai. "Bunda... Kapan bunda jemput Eve. Capek bun.. capek" lirihnya

Ia menggeret tubuh nya ke tempat tidur. Ingin rasanya ia berteriak bebas, mengeluarkan rasa sakit yang ia rasakan. Namun, Evelyn hanya bisa menahannya dengan menggigit bibirnya dalam. Menahan kesakitan, dan teriakan.

Disaat seperti ini Evelyn ingin sekali merasakan kehangatan keluarganya. Namun, lagi lagi ia tersadar, dirinya ini hanya numpang hidup di keluarga Hirata.

Tak ada satu pun yang tau penyakitnya. Ia sadar tidak akan peduli sekalipun dirinya mati.

Kepalanya kembali merasakan pusing, darah sudah mengalir di hidungnya. Nafasnya memendek, dadanya sangat sesak. Hingga kegelapan kembali menghampirinya.

...

Kini Evelyn sudah siap, dengan menggunakan switer maroon dan celana jeans pendek. Ia menghela nafas lega untungnya dibagikan paha sampai ujung kakinya tidak ada bekas luka.

Evelyn menuruni tangga dengan pelan, Semua pasang mata menatap Evelyn.

"Evelyn kamu mau kemana sayang?"tanya Hani. Evelyn melirik sebentar dan melanjutkan jalannya yang tertunda. Hani hanya memandang sendu kearah Evelyn. "Sudahlah mah, biarin aja baji***n itu pergi" ucap Clavin.

Evelyn | ENDWhere stories live. Discover now