Chapter 43

14.6K 591 66
                                    

Orlando berdiri kikuk, kini hanya dirinya yang tertinggal sendiri bersama Evelyn. Nyalinya mendadak ciut berhadapan dengan Evelyn, Orlando sudah merangkai kata-kata sebelumnya namun, semuanya mendadak hilang, pikirannya kosong.

"Em, jadi--" Orlando menatap sekilas raut wajah Evelyn, "Gue mau minta maaf"

"Lo pasti sudah tau gue menderita leukimia kan?" tanya Evelyn yang dibalas anggukan kecil oleh Orlando

Evelyn tersenyum sinis, "Lo pasti mengasihaninya gue kan? kalo pas itu gue ga pingsan, sikap lo gak akan seperti ini ke gue"

Benar, yang dikatakan Evelyn memang benar.

"Maaf" cicit Orlando

"Boleh kasih kesempatan kedua?, buat nebus kesalahan gue ke lo ve" pintanya

"Buat apa? masih kurang lo nyakitin gue?"

"Bukan gitu ve, I love you and it's real tapi gara-gara taruhan goblok itu my love for you I lost" terang Orlando

"Pinter banget ngebualnya" Evelyn tersenyum sinis

Orlando menghela nafas berat, "Okey, kasih waktu satu hari buat kita Quality Time. Gue mau kita berpisah secara baik-baik, please"

"Fine, cuma satu hari. Sekarang lo boleh pergi dari hadapan gue" ucap Evelyn

Orlando mengangguk senang, dan pergi meninggalkan Evelyn untuk istirahat.

Jeslyn yang sedari tadi bolak-balik didepan ruang rawat Evelyn menatap heran raut wajah Orlando, "Ada apa?"

"OMG! gue besok harus bisa tebus kesalahan gue" kata Orlando

"What? Tolong jelasin Orlando"

"Gue mau Quality Time dan sekalian ucapin kata perpisahan, menurut gue itu udah cukup gue bisa berpisah dengan baik-baik dengan Evelyn" Terang Orlando

"Gunakan waktu itu dengan baik" ucap Jeslyn sambil menepuk pundak Orlando

••••

Hari yang masih gelap, hawa yang begitu dingin menyelimuti tubuh, membuat orang malas untuk bangun dari tidurnya. Pagi masih buta matahari belum mengeluarkan senyumannya, manusia belum ada yang bekerja, Namun pagi yang begitu dingin ini tidak membekukan semangat Orlando.

Kini Orlando sudah gagah didepan kaca dengan menggenakan pakaian kasual, dengan gesit ia menyambar kunci mobil miliknya.

Mata zamrud nya berbinar, ia mempercepat langkahnya dikoridor rumah sakit.

"Orlando are you serious? Ini masih pagi buta, Evelyn masih tidur loh" ucap Jeslyn sambil mengusap wajahnya.

"Sorry, terlalu bersemangat hehe"

Jeslyn menatap sengit kearah Orlando, ingin rasanya ia membabi buta sepupunya ini karena menganggu tidurnya yang nyenyak.

"Yaudah lo disini barangkali Evelyn bangun, gue mau mandi" Ucap Jeslyn

Orlando mengangguk menyetujui dan berjalan menghampiri Evelyn yang tengah tertidur.

"Tidur aja cantik" gumam Orlando sambil mengusap anak rambut  yang menutupi wajah Evelyn

Evelyn menggerang kecil merasa tidurnya terganggu. Mata yang semula tertutup kini terbuka dengan lebar, "Orlando?" cicit Evelyn

"Good morning Ve" ucap Orlando sambil tersenyum lebar sembari menunjukan giginya yang berjejer rapih

Evelyn tersenyum kecil, ia mendudukkan tubuhnya, "Tolong ambilkan cardigan gue" pintanya

Dengan senang hati Orlando mengambil cardigan yang tergantung di lemari pasien dan menyerahkannya ke Evelyn.

"Gue mau jalan-jalan pagi, mau ikut?" tawar Evelyn

"Mauu" Orlando mengangguk antusias dan mengikuti Evelyn dari belakang

"Ngomong-ngomong, infus lo kapan dicabut?"

"Tadi tengah malam, gue udah mendingan ga usahlah kasih infus-infus segala"

"Lo udah tau masalah keluarga gue kan?" tanya Evelyn

Orlando menatap sekilas wajah Evelyn dan mengangguk, "Sebelum taruhan antara gue dan Daniel gue udah tau dari dulu tentang lo tapi gue baru tau kalau lo ga dianggap sama bokap lo dan Daniel"

Evelyn tersenyum miring, "Gue bisa dikatakan anak yang tidak diinginkan sama bokap gue ditambah lagi gue penyebab meninggalnya bunda gue"

"Lo tau?" Evelyn menatap dalam manik berwarna zamrud itu, "Impian gue punya keluarga yang harmonis, dan itu belum tercapai sampai mati pun ga akan pernah tercapai. Jiwa gue udah mati 4 tahun lalu dan kini yang tersisa raga gue" lanjutnya

Orlando menatap sendu Evelyn ingin rasanya ia memeluk tubuh mungil Evelyn tapi lebih baik ia urungkan saja.

"Kemarin waktu lo awal-awal koma, Daniel mencari lo. Gue ga tau kenapa tiba-tiba Daniel mencari lo" ucap Orlando, menurutnya Evelyn perlu tau.

Evelyn menyerngit heran, Daniel mencarinya? untuk apa? bukankah seharusnya Daniel senang karena dirinya tidak pulang ke rumah.

"Katanya dia menyesel and dia minta nomor lo gue bagi tapi tenang saja keberadaan lo disini tidak akan diketahui Daniel" lanjutnya

Evelyn semakin bingung dengan perubahan sikap Daniel, ada apa ini? kenapa mendadak Daniel menyesal?

"Arghhh" Evelyn menggerang kesakitan pening dikepalanya membuatnya ingin tumbang namun, untung saja Orlando dengan sigap menangkap tubuh Evelyn

"Lo ga usah pikirin dulu, lo fokus ke kesehatan lo dulu ve. Kita balik ke kamar ya" pinta Orlando

Evelyn menggeleng, tanggung ia sudah diluar rumah sakit jika ia balik pasti Jeslyn dan dokter Andi tidak akan mengizinkannya keluar lagi, "Enggak, gue mau duduk di bangku itu" ucap Evelyn sambil menunjuk bangku yang tak jauh darinya

Orlando mengangguk dan menuntun Evelyn untuk duduk ditempat itu. Orlando menatap raut wajah Evelyn yang berbinar senang melihat banyak orang berlalu lalang. Mengingat ini hari Minggu dan banyak orang melalukan joging disekitar sini

"Gue beli bubur ayam dulu ya, lo belum sarapan kan?" Evelyn mengangguk menyetujui pertanyaan Orlando

"Jangan kemana-mana lo disini dulu" titah Orlando dan meninggalkan Evelyn

•••••

Brakkk

Calvin melemparkan berkas tepat di wajah sekertarisnya, "Kenapa sampai kecolongan seperti ini hahk!?" teriaknya

"Maaf, saya sudah memerintahkan anak buah saya"

"Saya tidak mau tau masalah ini diurus dengan baik! Kenapa jadinya malah Vicky ikut mengincar Daniel hahk!? kenapa bisa seperti itu brengsek!" maki Calvin

"Saya salah pak, target selanjutnya Vicky adalah pak Daniel yang merupak pewaris perusahaan ini"

Calvin menggertakan giginya, setelah membunuh Margareth dan mengambil uang perusahaan miliknya kini Vicky juga mengincar anak sulungnya, ini tidak boleh terjadi, "Jangan pernah bilang masalah ini kepada Daniel, tutup mulut sampah mu itu dan perketat pengamanan untuk Daniel, awasi dia dari jauh jangan sampai lengah " 

"Baik pak, saya akan menambah beberapa bodyguard terlatih yang akan mengawasi kegiatan pak Daniel dari jauh"

Calvin mengangguk, lebih baik seperti ini mengingat Daniel tidak suka jika ada bodyguard yang ada disampingnya lebih baik ia mengawasinya dari jauh. Ah hampir saja dirinya lupa kalau masih ada masalah lain, dimana keberadaan putrinya?

"Kau sudah menemukan Evelyn?"

"Belum pak, saya rasa ada yang sengaja menghalangi detektif kami agar tidak bisa melacak keberadaan nona Evelyn"

Oh shit! siapa lagi orang yang menutupi akses keberadaan Evelyn ini, "Lacak! suruh siapapun detektif handal" titah Calvin

"Baik pak"






Evelyn | ENDWhere stories live. Discover now