Chapter 26

8.6K 534 3
                                    

Selamat membaca ❣️

Jangan lupa vote dan coment 📣

                              <><>

Jeslyn mondar-mandir di depan ruang rawat milik Evelyn. Sesekali ia mengusap air matanya yang terus mengalir di pipinya. Jeslyn ingin menghubungi keluarga Evelyn namun ia tidak memiliki nomornya. Ia juga sudah mengecek handphone milik Evelyn namun, dia malah di buat terkejut melihat hanya ada empat nomor yang ada di kontaknya. Benaknya terus bertanya-tanya, ada apa yang terjadi di keluarga Evelyn?? Mengapa seperti itu? Sungguh! Ia dibuat sangat penasaran.

Ruang rawat milik Evelyn terbuka dan menampakkan dokter dan satu perawat dibelakangnya.

"Bagaimana keadaannya dok??" Tanya Jeslyn.

"Anda keluarganya?"

"Bukan dokter"

"Dimana keluarga pasien, ada sesuatu hal yang perlu saya bicarakan" ucap sang dokter.

Jeslyn menggigit bibir bawahnya, dengan terpaksa ia harus berbohong. "maaf dok, keluarganya lagi diluar negeri. Kebetulan saya teman dekatnya dok" ucapnya. 

"Oh yaudah, silahkan anda ikut keruangan saya" Jeslyn mengangguk dan mengikuti langkah dokter tersebut.

Setibanya di ruangan milik dokter tersebut, Jeslyn mendudukkan tubuhnya di bangku yang disediakan.

"Berdasarkan analisis saya, Ny. Evelyn menderita Leukimia stadium akhir." Ucapnya.

"App..ahh?? Leu..kimia, gak mungkin lah dok. Dokter salah prediksi kali"

"Saya sudah melakukan cek darah dan hasilnya menunjukkan positif. Ini hasilnya" ujarnya sambil menyerahkan amplop putih kearah Jeslyn.

Dengan cepat Jeslyn membukanya. Air matanya luruh melihat hasil tes tersebut. Ternyata dokter itu tidak berbohong, dalam hati ia terus bertanya-tanya , kenapa Evelyn menyembunyikan penyakitnya?

"Saya turut prihatin atas penyakit yang di derita teman anda. Saya anjurkan juga untuk pasien melakukan kemoterapi, walaupun sangat kecil untuk sembuh." Ucapnya.

"Kenapa kecil kemungkinannya untuk sembuh dok. Tidak ada cara lain?" Tanyanya

"Maaf, karena penyakit yang diderita pasien sudah sangat kronis dan tidak ada cara lain" ucapnya.

"Yaudah dok, makasih" Jeslyn bangkit dari duduknya dan berjalan keluar.

Jeslyn membuka pelan ruang rawat milik Evelyn, diliriknya Evelyn yang masih memejamkan matanya.

"Eve kenapa gak bilang Lo punya penyakit ganas?" tanyanya sambil mengusap pelan tangan Evelyn yang tidak di infus.

Drrrt...Drrrt...Drrrt

Jeslyn melirik ke handphone milik Evelyn yang terus bergetar di meja.

Dokter Andi? Jeslyn menyerngit melihat nama yang tertera, ia langsung memencet tombol hijau, "Halo?"

"Evelyn kenapa gak ke RS?" Tanya seseorang disebrang sana

Jeslyn langsung bungkam ketika mendengar suara tersebut, Itu suara sepupunya. Ia kembali teringat pertemuan Andi dan Evelyn di mall, pantas ia merasa keganjalan disana.

"Evelyn, halo?"

"Bang Andi?"

"Jes..lyn?  Itu kamu?"

"Iya bang, Evelyn lagi dirawat"

"Apah!? Dirawat dimana Sherlock sekarang"

"Iya bang aku matiin ya telponnya"

Tut

Jeslyn meletakkan kembali ponsel milik Evelyn. Matanya membulat ketika melihat kerutan di dahi Evelyn langsung saja ia memencet Call button.

Dokter dan perawat datang dan langsung memeriksa keadaan Evelyn.

"Bagaimana?" Tanyanya Jeslyn.

"Alhamdulillah, pasien sudah melewati masa kritisnya. Namun pasien perlu istirahat" ucapnya, lalu melenggang pergi.

Jeslyn menghampiri brankar milik Evelyn, ia sudah membuka matanya.

"Evelyn..hiks..hiks" Jeslyn kembali menangis ketika mengingat sahabatnya memiliki penyakit ganas.

Evelyn mengusap pelan rambut hitam legam milik Jeslyn, "Lo pasti kaget ya... Walaupun gue menutupinya dengan rapi cepat atau lambat pasti terbongkar." Ucapnya.

"Ta..pi, hiks..hiks..hiks.. Lo jahat sembunyiin ini dari gue."

Evelyn tersenyum sendu, " gak papa, gue udah menerima takdir ini" 

"Keluarga Lo juga gak tau?"tanyanya.

Ia mengangguk, "gue broken home, orang yang gue percaya hanya mama tiri gue." Ucapnya.

Jeslyn tambah menangis kencang ketika mengetahui fakta tersebut, bagaimana bisa Evelyn hidup seperti itu? Tanpa dukungan keluarga? Sejak dulu ia juga tidak mempunyai sahabat dekat. Lalu bagaimana ia ingin bercerita, sungguh! Evelyn benar-benar sosok wanita tangguh.

"Eh..eh kok Lo tambah nangis, gue gak papa. Seperti yang gue bilang gue udah menerima semua ini" ucapnya.

Ruang rawat milik Evelyn terbuka dan menampakkan dokter andi. 

"Evelyn?"

"Aku gak papa kak," ucapnya.

Gerak gerik mereka tidak luput dari pandangan Jeslyn. Evelyn yang melihat kerutan di dahi Jeslyn terkekeh.

"Sepupu lo, dokter check up gue sejak penyakit gue masih stadium awal" ucapnya.

"Ooo gitu, yaudah lo istirahat yah. Kata dokter Lo gak boleh banyak pikiran" ucapnya.

"Gue mau pulang aja, gue bisa kok istirahat dirumah" tolak Evelyn.

Dokter andi melirik kearah Jeslyn, Jeslyn pun sama-sama melirik kearah dokter Andi.

"Jangan Evelyn, kamu kan perlu istirahat" ucap dokter Andi yang dibalas anggukan dari Jeslyn.

Evelyn tetep keukeh ingin pulang, ia bahkan mengancam akan menarik paksa infusnya. Jeslyn yang melihatnya dibuat bingung.

"Yuadah kamu boleh pulang" ujar dokter Andi.

Jeslyn melirik ke arah sepupunya itu, "bang?" Dokter Andi mengangguk kearah Jeslyn.

"Gue urus administrasi dulu" ucap Jeslyn.

"Eh jangan, biar gue aja. Gue gak mau ngeropotin lo lagi" tolak Evelyn.

"Apaan sih, Lo gak ngeropotin gue. Gue malah seneng bisa bantu Lo" ucapnya dan berjalan keluar.

Setelah itu, datang perawat dan melepaskan infus Evelyn.

"Lo yakin mau pulang Evelyn?" Tanya Jeslyn kesekian kalinya. Setelah balik dari ruang administrasi Jeslyn terus bertanya seperti itu.

"Iya ih.. gak papa aelah" ucapnya.

"Udahlah jes, Evelyn itu keras kepala banget." Ujar dokter Andi.

Dokter Andi membantu memapah tubuh Evelyn dan berjalan keluar.

"Pokoknya Lo sakit atau penyakit Lo kumat lagi. Lo kudu telfon gue, gue bakal selalu ada buat Lo" ucap Jeslyn.

"Jangan sungkan-sungkan minta bantuan sama saya dan Jeslyn yah" tambah dokter Andi.

Evelyn mengangguk sambil tersenyum kecil. Ia merasa beruntung memiliki dua teman yang begitu perhatian kepadanya. Dibandingkan dengan keluarganya yang bahkan bodoamat sama kehidupan Evelyn.

                                •••••

Next gak nih?

Tapi aku gak tau kapan bisa next lagi...😅

Evelyn | ENDWhere stories live. Discover now