Second

25 6 0
                                    

.

.

.

.

.

.

Up!!

Yeayy~

Sorry for late

Happy Reading 🤗

"Ya! Kembalikan itu milikku!"

Terkejut? Tentu saja gadis itu terkejut dengan intonasi tinggi dari seorang pria yang datang dengan wajah menyeramkan.

"Ma-maaf!" Lily masih mencoba tenang, berdamai dengan rasa terkejutnya yang sedikit susah dikendalikan kalau sudah muncul.

"Noona, kau cukup lancang!"

Dia merebut paksa benda persegi itu, menatap sinis Lily penuh peringatan. Setidaknya sosok bernama Kim Sunoo si pemilik ponsel itu masih tahu dimana meletakkan tata krama pada tempatnya dengan memanggil Lily, Noona.

"Maafkan aku, sungguh aku baru memegangnya saja. Ingin memberikan pada Hera eonni tadi!"

Sunoo sedikit berdecih, dia tak peduli. Langsung memutar badannya memunggungi Lily.

"Lain kali bisa tolong biarkan saja? Jangan sok bermurah hati, terlebih itu atas namaku!"

Lily meneguk salivanya susah payah. Dia sungguh tercengang dengan ucapan sunoo, pertanyaan dipikirannya hanya satu. Apa orang di Seoul begitu angkuh?

"Ba-baik!" gugupnya.

Tangannya meremat, tatapannya memperhatikan punggung pria yang kini sudah menjauh itu. Kapok, kata yang tepat untuk mewakili perasaannya. Tidak lagi dengan Kim Sunoo, ini yang pertama dan terakhir.

"Lily! Kau tidak apa?"

Punggungnya ditepuk perlahan, dia baru sadar kalau Hera mendadak muncul didepannya dengan raut wajah berbinar.

"Eoh, Eonni? Tidak apa!"

Kepalanya langsung menggeleng, tidak mungkin dia ceritakan betapa takutnya bertemu seseorang dengan nama sunoo itu, pria putih pucat berekspresi datar dengan aura yang dingin.

"Bagus, sudah lakukan pekerjaan kecilnya? Kalau sudah tunggu aku di loby ya, kita pulang bersama. Jangan lama-lama karena ini belum hitungan kewajibanmu!"

Lily menurut, mengemasi sisa make up yang belum sempat di tatanya kedalam box. Sesekali memukul pundaknya, tiba-tiba pegal mulai menyerang, dia rindu pijatan ibunya walau belum genap sehari.

*****

Sunoo paling tahu, tahu sekali bagaimana cara menenangkan dirinya sendiri. Dia mungkin akan terlihat manis saat kamera mulai berputar menyoroti nya. Dan tidak ada yang menyangka betapa terbaliknya semua itu dari seorang Kim Sunoo.

Dia suka makan? Tidak dia benci, setiap kali makan tidak benar-benar tercerna, bahkan dia selalu menyiapkan kantung plastik untuk menampung makanan yang sudah terlanjur masuk.

Dia suka bernyanyi? Tidak juga, kalau bukan ingin popularitas tak terduga dia harus.

Dia suka berbaring sepanjang hari? Terkadang, saat-saat dimana dirasanya perlu mengisi tenaga, tak jarang juga ketika insomnia nya mulai datang dua hari dirinya tidak tidur, kantung mata mulai terbentuk, emosinya mudah sulut dan para staff termasuk asisten pribadinya menjadi sasaran. Serumit itu memang.

Tapi Sunoo mungkin tidak begitu, semacam tekanan yang terus menempa pria berkulit pucat itu menjadi sangat keras. Dia perfeksionis, tidak suka tapi sangat baik dalam melakukannya, menutupinya, bahkan memberikan bungkus palsu begitu nyata.

More Than Hour || Kim SunooWhere stories live. Discover now