Sixth

21 5 2
                                    


Long time no see 🤗

Lanjutan part sebelumnya,

Belum pada lupakan?

Hope you enjoy,

Happy Reading 😁

"Lily, kudengar semalam mampir ke studio ya? Membawakan Sunoo makanan?"

Lily sedikit mendongak, menatap sosok laki-laki yang tengah berdiri didepannya. Tadinya dia tengah membersihkan noda di sepatu Sunoo, sembari menunggu empunya keluar dari ruang gantinya.

"Oh, Heeseung-ssi?"

Maniknya berbinar, menatap sang lawan bicara yang kini turut berjongkok menyejajarkan posisi dengannya.

Dia gugup, tentu saja.

Belakangan Heeseung sering mengajaknya berbicara. Bukan, maksudnya meskipun sejak awal sang kakak tertua itulah yang membuka konversasi dengannya. Hanya saja intensitas nya jadi semakin banyak beberapa hari terakhir.

"Jadi? Apa anak itu mau makan?"

Lily mengangguk, menarik senyumnya tipis sembari meletakkan satu sepatu yang telah diberikan sentuhan akhir olehnya.

"Mau, kebetulan yang terencana sepertinya. Terima kasih sudah memberitahu ku makanan kesukaannya!"

Pria itu turut tersenyum, menampakkan deret giginya walau tidak penuh. Mungkin Lily perlu mengontrol ekspresi nya kali ini,

Heeseung sangat tampan!

"Tentu, kabari aku ya kalau butuh bantuan?"

"Iya!"

Dia menundukkan kepalanya, setelah berpikir cukup acak yang bahkan tak terduga akan seperti itu.

Nafasnya terhela, begitu laki-laki itu pergi dari hadapannya barulah dia memegangi dadanya, tepat disebelah kiri.

"Astaga, kenapa ini? Jantungku berdegup tidak seperti biasanya!"

Katakanlah gadis bermarga Jeon itu begitu lebay sekarang, seperti ada taman bunga yang sedang bermekaran di hatinya. Membuat seulas senyum terpatri sangat manis di wajahnya.

Tanpa tahu seseorang sedari tadi telah berdiri dibelakang pintu dengan raut wajah kelewat datar. Meremat sisi kemeja yang baru saja diambilnya dari ruang ganti.

"Huh? Dia menyukai Heeseung Hyung?"

*****

"Sunoo, maaf lancang tapi apa bisa aku merapikan dasimu?"

Lily bertanya dengan hati-hati, bergerak ragu sebab pikiran nya selalu tidak pernah beres saat berhadapan dengan Kim Sunoo, pemilik mata rubah yang tajam itu.

Sunoo berdeham, membuang tatapannya ketika sang coordi Noona tengah melilitkan dasi berwarna hitam legam itu di lipatan kerah bajunya.

Katakanlah dia munafik, munafik sebab selalu bersikap jual mahal pada Jeon Lily. Padahal ada sisi lain didalam dirinya yang mulai tertarik dengan presensi gadis dari desa itu.

"Sudah? Aku tidak suka kau sentuh!"

Dan Lily tersenyum kecut, menganggukkan kepalanya sebelum beralih pada lipbalm berwarna pink pucat dihadapannya.

Bagaimana tidak menyentuh? Pekerjaan nya memang seperti ini, membutuhkan banyak kontak sengaja sebab harus merias bukan merapalkan mantra ajaib yang akan memasangkan softlens dengan sendirinya dan memoles lipbalm tanpa di pegang.

"Satu lagi!" Ucapnya pelan, cukup hanya dirinya dan Sunoo yang mendengar.

Meskipun pria itu sedikit bergidik ngeri, merasakan hawa dingin yang turut mengaliri tubuhnya tapi tidak dengan wajahnya saat tangan gadis itu menempel di dagunya.

More Than Hour || Kim SunooWhere stories live. Discover now