Third

21 6 0
                                    

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

Happy Reading 🤗

Berapa banyak yang harus Lily korbankan. Setidaknya sudah ada sepuluh kali berpikir untuk pergi meninggalkan desanya. Kebanyakan penduduk muda sepantarannya memang begitu, merantau ke ibukota untuk kehidupan yang lebih baik. Misalnya saja mencoba peruntungan dengan mendaftar menjadi idol dalam sebuah agensi. Bekerja paruh waktu sambil kuliah? Atau malah menikahi pria Seoul yang lumayan mapan? Lily tidak tahu opsi mana yang akan merubah hidupnya. Sekarang ini fokusnya hanya pada menghasilkan uang.

"Lily, pakai bajunya yang simple saja ya. Yang nyaman juga, kau akan direpotkan disana!"

Hera, wanita yang memberi tumpangan cuma-cuma setelah dengan berbesar hati mencarikannya pekerjaan. Wanita itu juga punya senyum manis dengan tatapan ramah yang menyejukkan. Tidak habis pikir, Lily curiga Hera itu malaikat tak bersayap yang dikirimkan tuhan untuknya.

"Baik, Kak!"

Simple nya tidak buruk, dia mengenakan blouse putih polos dipadukan sebuah vest navy rajut sebagai outernya. Sementara untuk wajah dia hanya memoleskan sedikit Compact powder dan guratan lipstik tipis pada bibir plum itu.

"Cantik, kau tidak terlihat seperti dari desa jika begini!"

Dia tersipu tentu saja, yang mengomentari nya adalah perias handal. Cukup besar jam terbangnya didalam dunia entertainment sebagai orang belakang layar yang punya peran besar. Jarang sekali ada yang seperti Hera.

"Baiklah, ayo pergi. Bersiap satu jam sebelum mereka datang!"

Dia mengangguk, membenarkan tas selempangnya dibahu. Memastikan pula ponsel yang menjadi satu-satunya benda berharga yang dia punya tidak tertinggal akibat begitu gugup dihari pertamanya.

Bahkan saat menginjakkan kaki kembali didepan ruangan yang akan menjadi tempatnya bekerja ia kembali gugup. Pasalnya satu nama itu terus berkeliaran didalam kepalanya. Dia yakin sekali, pria bernama Kim Sunoo itu tidak terpaut jauh dalam hal usia dengannya.

Baru saja memutar kenop pintu tangannya sudah bergetar hebat. Suara bising yang menyambutnya, bahkan bisa didengar tawa keras selayaknya orang sedang bergurau.

"Hyung, kau lihat tidak semalam siapa yang kakinya sejajar dengan kepalamu?" Pria berdimple curam dengan senyum manis itu tengah menahan tawanya didepan beberapa pria lainnya.

"Heeseung Hyung, dia tidur seperti gasing, sampai kakinya sudah berada sejajar wajah Jake Hyung!"

Si pria berwajah campuran nampak memasang wajah terkejut, tadinya tengah menggulir layar ponsel dengan amat serius.

"Wah, pantas saja ada aroma tidak mengenakkan!"

"Loh? Bukannya kalau gitu kita imbang ya? Bisa saja kakimu juga ada didepanku?" Lagi, dia yang duduk di tengah sambil menyesap kopinya merasa tidak terima.

"Oh, tentu tidak! Kau tidur seperti apa dulu? Kepalamu diangka sembilan omong-omong!"

Mereka tertawa pecah, saling menjahili satu sama lain. Tidak sadar jika Lily tengah berdiri dibelakang pintu, ragu untuk sekedar mengeluarkan sapaan. Takut mengganggu. Sampai pria imut tadi memutar lehernya kearah pintu, niatnya mau melihat saja, menunggu sisa anggota yang belum kunjung menampakkan batang hidungnya.

"Eoh? Kau? Lily Noona, betulkan?"

"Siapa?" tanya pria berwajah kecil dengan mata sipit itu, sedikit kelihatan berbeda dari lainnya.

More Than Hour || Kim SunooKde žijí příběhy. Začni objevovat