3. perpustakaan

693 128 44
                                    

"Dzaka."

"Ya?"

Harel mengusap rambut kekasihnya sambil tersenyum kecil. "Besok Dzaka free?"

"Tentu."

"Bangun pagi, besok Harel tunggu disini."

Dzaka langsung membuka mata dan turun dari kasurnya, pergi ke kamar mandi secepatnya.

Sedangkan Harel berdiri di depan pintu kamar Dzaka di indekost. Sesekali melihat jam tangannya kemudian kembali memasukan tangan ke dalam saku celana jeansnya. Lelaki jakung itu bersandar di pagar pembatas, menunggu kekasihnya keluar.

Tidak butuh waktu lama, pintu kamar di buka. Dzaka keluar dengan buku tugas di tangannya. Harel berdiri tegak kembali dan mengambil buku di tangan Dzaka, memasukannya ke dalam tas cokelat mudanya yang dia sampirkan di satu bahu.

"Ayo." Ajak Harel menggenggam tangan Dzaka. Lelaki dengan jaket jeans hitam bertudung itu, mengajak kekasihnya turun dari lantai atas.

"Harel gak bawa motor?" Dzaka bertanya, mengernyit tipis.

"Kita naik bus, Dzaka gak pa-pa?"

Kepala Dzaka mengangguk. "Biasanya ke sekolah juga Dzaka naik bus. Ke perpus juga, bareng temen." Jawab Dzaka membuat Harel terkekeh pelan.

Melihat bus sudah datang, Harel menarik tangan Dzaka masuk ke dalam bus. Mendudukkan kekasihnya di dekat jendela, sedangkan dia di sebelahnya. Harel menaikkan tudung ketika melihat banyak tatapan ke arahnya.

Dzaka yang mengerti, menggenggam tangan Harel. "Gausah takut, Dzaka disini, di sebelah Harel." Bisik lelaki manis itu berhasil membuat kekasihnya gemas, sehingga mencubit pipi gembul Dzaka.

"Iya,"

***

Masuk ke dalam perpustakaan, Harel dan Dzaka duduk di tempat jauh dari banyak pengunjung yaitu pojok dekat jendela. Dzaka tau Harel tidak suka keramaian, disini juga lebih santai dan nyaman.

Harel menaruh tasnya di meja dan mengeluarkan buku milik Dzaka juga bukunya. "Aku akan cari buku Fisikanya." Kata Harel sebelum berdiri, dan pergi mencari buku dengan tudung masih menutupi kepalanya.

Lelaki itu masih mencari buku Fisika untuk belajar juga mengerjakan tugas. Ketika mengambil buku yang cocok, seorang lelaki berlarian kencang membuat tubuhnya terdorong hingga keningnya terjeduk rak buku cukup kencang.

Lelaki yang berlarian itu berhenti, dan menoleh. "Wow.. sorry bro. Gua gak sengaja."

Harel hanya mengangkat tangannya kode tidak apa-apa, lalu segera pergi setelah mengambil buku dengan tudung masih menutupi. Lelaki itu menggaruk kepalanya kemudian memilih kembali berlari ke toilet.

Dzaka sibuk menulis di bukunya sembari menunggu Harel kembali. Kepala Dzaka terangkat begitu melihat presepsi tubuh kekasihnya duduk di depannya, dan langsung membuka buku.

"Harel gak buka tudungnya?" Dzaka bertanya, menatap Harel bingung. "Ini kan sepi, cuma ada Dzaka."

Harel terkekeh, "Biar Dzaka fokus nugas, bukan liatan Harel terus." Balasnya sambil mencubit hidung kecil kekasihnya membuat Dzaka tersenyum.

Kedua remaja itu mulai diam, dengan tangan sibuk menuliskan deretan rumus Fisika. Tapi Dzaka melirik Harel yang terus-terusan memegangi keningnya. Ini mencurigakan, maka Dzaka dengan cepat membuka tudung Harel membuat kekasihnya itu kaget.

Pergerakan cepat si manis yang tidak di duga.

"Harel keningnya memar." Kata Dzaka cemas namun wajahnya berganti di tekuk. "Kok gak kasih tau Dzaka? Harel gak boleh simpen-simpen, harus terbuka sama Dzaka." Kesal Dzaka di selipkan khawatir.

Sweet LifeWhere stories live. Discover now