14. cemburu Harel itu sederhana

403 53 1
                                    

"Cup, jangan nangis lagi." Harel masih memeluk Dzaka yang mendekapnya erat dan meraung menangis. Harel juga bingung, kenapa Dzaka bisa berfikir kehadirannya kesini hanya ingin mengatakan putus. "Dzaka mau denger Harel sekarang?"

"Jangan bilang mau putus." Rengek Dzaka.

Harel senyum dikit, "Cape-cape Harel dapetin Dzaka, ga mungkin Harel mutusin Dzaka segampang itu." Kata Harel meyakinkan Dzaka. Perlahan, pelukan Dzaka terlepas bersamaan dengan tangisannya. "Tuh, lembab kan." Harel menggunakan tangannya untuk mengusap air mata Dzaka.

"Harel serius ga akan mutusin Dzaka?"

Harel gelengin kepalanya. "Jangan nangis. Sekarang kenapa Dzaka berkata seperti tadi?" Tanya Harel.

Dzaka merundukkan kepalanya, "Itu.." Ketika Dzaka sadar, Dzaka langsung gelengin kepala. Dia natap mata Harel, "Dzaka cuman takut Harel tiba-tiba bosen sama Dzaka yang kekanakan. Pas kita ke pasar malam, Harel ninggalin Dzaka sendiri. Jadi Dzaka fikir.."

"Maaf." Harel menghembuskan nafasnya sesaat. "Ada masalah sedikit yang harus Harel urus. Jadi ga sempet pamit." Harel tersenyum kecil, lalu mengusap kepala Dzaka sayang. "Dzaka keliatannya cape banget, abis darimana?"

Dzaka ragu buat jawab. Masalahnya kalo Harel tau dia abis pergi sama Jesel, pasti masalah baru. Harel cemburuan, apalagi kalo udah bawa Jesel si anak baru itu.

"Jalan ke minimarket." Jawab Dzaka cengir.

"Sekarang mau tidur?" Tanya Harel, Dzaka ngangguk pelan. "Yaudah, Harel balik ya. Jangan lupa cuci kaki, muka sama gosok gigi." Pesan Harel.

Dzaka anggukin kepalanya, dan antar Harel ke pintu keluar. Dzaka kasih senyum lebar dan lambain tangannya sampai Harel menghilang dari pandangannya. Dzaka langsung tutup pintu abis itu senyum senang. Perasannya lega banget.

"Setidaknya sekarang aku bisa tenang." Dzaka menghembuskan nafasnya.

****

Di sekolah, kehadiran Harel ngebuat satu sekolah cukup heboh. Terutama cewek-cewek yang demen sama Harel. Mereka ngeliatin Harel yang sepanjang jalan di koridor tampak keren.

"Yang kaya gitu cocoknya jadi pacar gua."

"Ngarep."

Begitu mata Harel ngeliat Dzaka masuk ke dalam kelas, Harel lepas earphone nya dan jalan makin cepat hingga masuk ke dalam kelas. Harel senyum ke arab Dzaka yang duduk di dekat pintu, lalu jalan ke kursinya. Udah ada Jesel.

"Bro, akhirnya lo masuk." Sapa Jesel sokab. Tapi Harel bodo amat, dan milih langsung duduk. Jesel senyum paksa, abis itu ikutan duduk. "Kacang perasaan ga mahal."

Guru masuk ke dalam kelas. Cepatnya, ada tugas kelompok. Satu kelompok diisi empat orang. Dan pilihan teman sekelompok ada di tangan takdir karena guru mengusulkan memakai kertas acak.

"Jangan sampe kedapetan sama si Yana."

Jesel denger bisikan itu dari temen di depannya. Dia agak ngerutin dahinya. "Si Yana itu ketua kelas kan? Kenapa dia?" Tanya Jesel ke Harel.

Harel ga jawab. Tepatnya ga mau jawab.

"Si anjing ini, gua tanya woi." Jesel makin kesel karena kelamaan di kacangin. "Jawab napa—"

"Jesel, kalo ada yang mau ditanyakan itu ke guru. Kamu masih belum ngerti tugas kelompoknya?" Tanya guru menegur Jesel yang berisik.

Jesel gelengin kepalanya, "Saya udah paham kok Bu. Tapi ada yang mau saya tanyain satu hal."

Sweet LifeWo Geschichten leben. Entdecke jetzt