8. ketakutan terbesar

518 79 11
                                    

"Iya Bun, Jes ga akan berkelahi disini."

Jesel Rafeyfa Putra. Siswa baru yang masuk hari ini. Tubuh jakung dengan rambut berwarna hitam, sedikit kecokelatan, mendapatkan banyak sorotan mata dari siswi maupun siswa lain.

"Bunda bakalan blokir semua card kamu, kalau Bunda dapat surat teguran dari sekolah."

"Iyaaa." Balas Jesel sedikit jengkel. "Yasudah, Jes matiin. Bye Mamaku tercinta." Salam Jesel dengan kata ungkapan di akhir sebelum mematikan panggilan. Laki-laki itu memasukan ponselnya ke dalam saku celana, dan berjalan dengan tas hitam yang bertengger di satu bahu.

Kelas XII IPA-2.

Jesel menyibak rambutnya, "Ini kelasnya kan?" Gumamnya kemudian membuka pintu dan masuk ke dalam. Laki-laki yang memakai jaket varsity berwarna peach itu masuk dengan dengan wajah datar di saat seluruh siswa menatap ke arahnya.

Guru yang ingat jika kepala sekolah mengatakan adanya murid baru segera menarik Jesel ke tengah-tengah. "Perkenalkan ini teman baru kalian, selaku murid pindahan dari luar kota."

"Perkenalkan saya Jesel Rafeyfa Putra. Panggil aja Jesel."

"Kalau panggil kesel aja gimana? Biar gampang."

Tawa anak kelas meledak. Sedangkan Jesel hanya menunjukan senyum seadanya karena batinnya sudan terlatih. Respon seperti ini sudah kebal terhadapnya.

"Sudah! Jangan ada yang tertawa atau aku pukul pake buku Matematika!" Ancam Yana dengan suara menggelegar. Sebagai sosok ketua kelas, Yana di takuti, bahkan guru saja kagum dengan Yana.

Sedangkan Jesel hanya memperhatikan gadis itu dengan bibir sedikit menggerut. Gadis yang galak dan punya hawa kuat.

"Kalau begitu, Jesel silahkan duduk dengan Harel bangku belakang." Ucap Guru membuat Jesel menganggukan kepala sekali dan bergerak ke arah siswa yang mengangkat tangannya sebagai acuan Jesel.

Saat duduk dan menaruh tasnya di meja, Jesel melihat lagi ke arah Harel sekedar untuk SKSD. Tapi justru Jesel melihat ada darah yang keluar dari hidung lelaki itu meskipun langsung di lap dengan tissue.

***

Keluar dari kelas, Harel mengajak Dzaka untuk pergi ke kantin bersama. Dzaka bilang hari ini dia tidak bisa membawa bekal karena terlalu siang bangunnya. Dzaka tidak bilang jika dia habis mencari lowongan kerja di Internet.

"Yo! Bareng dong!" Jesel tiba-tiba saja muncul di antara keduanya. Laki-laki yang memiliki kebiasaan SKSD itu merangkul kedua bahu siswa yang dia tau adalah teman kelasnya. "Maaf, gua beneran ga ada temen disini. Paling cuma kenal nih si Harel, temen sebangku." Ucapnya dengan senyum manis tidak berdosa.

Dzaka tersenyum tipis. Beda lagi dengan Harel yang dalam hati ingin melepaskan rangkulan Jesel di bahu Dzaka. Jelas itu mengundang kecemburuan Harel sebagai pacar Dzaka. Tapi apa boleh buat, jika dia marah, itu tentu terlihat mencurigakan dan aneh.

Pada akhirnya mereka berdua membiarkan Jesel ikut sampai ke kantin. Duduk di kantin, sementara Dzaka pergi memesan makanan. Jesel yang duduk di depan Harel itu memangku dagunya dengan tangan. "Lo sakit ya?"

Pertanyaan yang tiba-tiba itu membuat Harel menatap Jesel secara langsung. Respon itu membuat Jesel menganggukan kepalanya, "Jadi bener Lo sakit."

"Diem." Harel menyuruh, nada suaranya tajam. "Jangan berisik dan ungkit soal Lo liat gua mimisan." Tekannya dengan suara berbisik. Jesel hanya mengangguk dengan senyum singkat yang bagi Harel terlihat mencurigakan.

Sweet LifeOù les histoires vivent. Découvrez maintenant