9. alasannya sahabatan

384 67 2
                                    

2 months long ago..

















Dzaka Keenan, laki-laki dengan aura positif yang membuat semua murid mudah bergaul dan berteman dengannya. Wajahnya yang terbilang manis dan lucu membuat temannya sering menggodanya dengan maksud candaan.

Tapi jika bercandaan mereka keterlaluan, maka Yana si ketua kelas sekaligus sahabat kecil Dzaka yang akan memarahi mereka. Gadis dengan sikap tegas itu di segani di kelas, bahkan sampai satu angkatan.

Jadi ya, tidak ada yang berani bercanda keterlaluan dengan Dzaka. Apalagi sampai mencemoohnya.

Sudah dua tahun mereka berada di SMA JIJEONG SEOUL. Sekarang mereka berada di tingkatan akhir, yakni kelas tiga. Banyak yang merubah tingkah laku mereka menjadi lebih disiplin karena sudah mau menempuh tahap lebih susah.

"Perkenalkan murid baru di kelas ini, dia pindahan dari luar kota." Guru menyampaikan berita baru, dan detik itu, siswa bertubuh jakung itu masuk ke dalam kelas.

Para siswi serentak menahan suara mereka yang ingin berteriak. Nyatanya yang mereka fikir hanya siswa biasa, ternyata salah. Laki-laki itu punya paras terbaik di sekolah mereka, dan fakta yang membuat mereka mengagumi siswa itu adalah karena memiliki darah biru― atau dengan kata lain, anak dari seorang pengusaha gas terbesar di Kalimantan.

"Saya Harel, salam kenal."

Meskipun tak banyak bicara dalam perkenalannya, para siswi sudah mengenalnya. Harel di minta untuk duduk di kursi belakang― kursi yang tersisa.

"Bu! Boleh saya pindah ke belakang?" Seorang siswi mengangkat tangan, meminta pindah tempat duduk.

"Tidak bisa. Harel sudah minta pada Ibu agar dia duduk sendiri." Jawab Guru itu membuat siswi itu langsung lemas, sementara teman kelasnya langsung terkekeh menertawai.

Yana yang duduk di sebelah Dzaka, menatap lelaki itu dengan alis berkerut. "Dzaka? Jangan bengong." Ujar Yana menyadarkan. Dzaka berkedip sekali, kemudian menyengir.

"Maaf."

Yana tidak tau saja, alasan Dzaka tidak berkedip seperti orang bengong itu karena Dzaka memperhatikan siswa baru yang tanpa sadar membuatnya terdiam memperhatikan dengan tatapan kagum.

***

Jam pelajaran usai, saat ingin kantin bersama Yana, gadis itu justru di panggil wali kelas untuk menetap di kelas. Jadilah saat ini Dzaka kantin sendirian.

Tapi baru saja dia melewati koridor yang mengarah ke kantin, matanya menangkap di ujung sebrang sana, siswa teman kelas barunya itu duduk sendirian. Banyak pasang mata siswi yang melihatnya, itu sudah sangat jelas karena aura siswa baru itu terlalu memikat.

Akhirnya Dzaka memberanikan diri untuk mendekat. Sehingga sekarang dia berada tepat di sebelah Harel. "Aku boleh duduk di sebelah kamu?"

Lantas kepala Harel terangkat, menoleh ke arah Dzaka. Manik hitam legam miliknya menatap Dzaka dengan tatapan yang mampu membuat Dzaka menahan nafasnya. "Boleh." Jawabnya singkat, dan menggeser tubuhnya agar Dzaka duduk.

Meskipun duduk bersama, suasana menjadi sangat canggung. Dzaka yang biasanya selalu mendapat topik, jadi bungkam. Dan Harel yang memang tidak suka bicara, hanya diam memandang langit.

"Kamu―"

"Gausah baku, santai aja." Harel menyela, tanpa menolehkan kepalanya. "Pake gua-lo aja biar ga kaku."

Dzaka diam sejenak. Kemudian menggaruk tengkuknya merasa canggung, "Itu.. aku ga terbiasa." Jawab Dzaka membuat Harel spontan menoleh ke arahnya dengan alis naik satu. "Aku ga terlalu mengikuti zaman. Maaf kalo ga nyaman."

Sweet LifeWhere stories live. Discover now