01. falling roses

113 8 3
                                    

Layu seperti kelopak mawar yang jatuh, ini sebuah awal yang tidak akan pernah menjadi baik-baik saja
.
.
.
.
.
.
.
.

Sinar matahari yang cerah perlahan tertutup awan, burung-burung berterbangan kembali menuju sarang nya, merasa hujan akan datang.

Aliran air sungai terlihat semakin deras, angin kencang hadir di sambut petir dan rintik hujan yang turun ke Bumi. Membuat sesosok anak perempuan berambut coklat tampak kedinginan..

"Gadis kecil? Sedang apa kau disini?"

"Aku mencari Ibu, Paman.."

"Lebih baik kau ikut Paman, kita pulang dulu, ya?"

Anak kecil polos itu hanya mengangguk, ia juga merasa kelelahan mencari Ibu nya sedari pagi.

Hingga akhirnya Paman Fez menggendong anak itu di punggungnya, terlihat sepasang mata yang indah sekali.. Rambut coklat nya terurai dengan dress putih yang tampak sedikit kotor akibat percikan tanah.

"Paman yakin Ibu akan kembali?"

"Aku tidak yakin.."

Fez yang sedang berjalan mendengar ucapan anak itu. Ia merasa simpati, tidak tahu harus menjawab apa.

"Sekarang kau jadi anak Paman ya?"

"Saya tahu, kamu pasti merindukan Ibumu, maka jadilah perempuan dewasa yang kuat!"

"Jelajahi seluruh dunia, carilah Ibumu sampai kau temukan ia, memelukmu kembali dengan hangat kasihnya"

"Saat tiba waktunya nanti, Paman yakin kau bisa hidup mandiri di Kota sana.."

Anak itu kembali mengangguk, mereka terus berjalan menyusuri gelap nya jalanan malam, kembali ke rumah Paman.

⚪⚪⚪

Fez mengajari Annette kecil banyak hal. Bukan soalan menyulam atau menjahit pakaian seperti yang seorang Ibu ajarkan ke putri kecilnya, ini lebih dari itu semua.

Pagi.. Dimulai dengan membaca buku, berhitung, dan mempelajari sejarah.

Siang.. Annette menemani Fez berburu di hutan, menguasai teknik memanah dan berkuda.

Hingga Malam tiba, kau pikir ini waktu istirahat? Bukan! Annette mempelajari Jiu Jitsu, seni bela diri dari Negeri Sakura.

"Siap, Annette?"

Annette mengangkat bahunya seolah meremehkan Fez, senyum nya terukir smirk. Dengan mudah ia taklukan lelaki itu, kakinya mengunci pergerakan orang di hadapan nya, segera membanting tubuh Fez ke matras.

Baiklah, terlihat bukan? Usaha Paman selama ini tidak sia-sia. Annette berproses dengan baik, bahkan sekarang seorang Fez saja bisa ia taklukan dengan mudah..

"Bagus.." Fez memiringkan wajahnya sesaat, tersenyum bangga.

Dirinya sekarang sudah tumbuh dewasa, berani nan cantik. Seluruh penduduk mengenal Annette sebagai perempuan yang kuat tak luput dari didikan Paman.

Sekarang Annette genap berusia 16 tahun, sudah tiba saatnya ia pergi ke Kota, mencari nasib baru, kehidupan baru, juga sang Ibu..

⚪⚪⚪

Helaian daun yang telah menguning jatuh berterbangan, melengkapi indahnya pantulan cahaya matahari diatas muara..

Disana, terlihat siluet seorang gadis menyusuri jembatan, Jalanan Kota amat ramai pagi ini. Orang-orang berjalan memadati lingkungan sekitar, hingga membuat satu pengendara motor melalaikan tancapan gas nya.

DRTTTTT

Lelaki muda itu, tak sengaja menabrak seorang gadis berambut coklat dengan almameter nya yang hendak menyebrang masuk tadi, ia tampak memegang sehelai bunga mawar.

Mereka terjebak tatapan sesaat.. Entahlah, wajah gadis itu tampak tak asing bagi Everest.

Kelopak demi kelopak mawar jatuh dan hancur berserakan, membuat nya tampak memilu sedih. Ia tak memperdulikan kaki nya yang terluka, mawar itu lebih penting baginya.

Ya, anak muda yang sedang dimabuk cinta. Cinta? Ah tidak, bahasa nya terlalu formal.

"Lo gapapa?" lelaki itu membuka helmnya hendak bertanya.

"Gapapa gimana?"

"Lo buta ya?!"

Everest segera mengantar perempuan di hadapan nya masuk ruangan UKS Sekolah, ia hendak bertanggungjawab akan kesalahan yang telah diperbuatnya. Hanya dengan beberapa antibiotik dilapisi pembalut luka, ini bisa selesai dengan cepat.

"Mawar tadi sudah layu, untuk apa bersedih?"

"Bukan urusan lo kan?"

"Baiklah, aku minta maaf, ya. Oh, kita belum berkenalan? Everest Smith, kamu?"

"Annette.. Annette Lee"

📸📸

Jepretan kamera itu, secara sengaja mengabadikan pertemuan pertama mereka. Abadi dalam secarik kertas photocard, selamanya..

"Tidak! Lo bikin masalah baru, bisa-bisa sekarang kita diperbincangkan satu sekolah!"

"Gue senang diperbincangkan banyak orang."

"Gatau ah, capek ngomong sama lo. Everest Smith?" Annette membalas.

Ia segera keluar dari UKS dengan keadaan tertatih-tatih. Karena kaki kirinya itu belum benar-benar pulih.

"Biar saya bantu?" Everest merangkul gadis itu, membantunya berjalan.

Semua orang tampak berkerumun disana "liat liat tuh, jinjja?!"

Annette tidak suka dengan sikap Everest yang menurutnya konyol "Senang sekali membuat onar? Kenapa?"

"Tidak, niat saya baik hanya untuk bertanggungjawab."

"Sudah, lepaskan tangan mu! Gue, gak butuh bantuan"

Disamping itu, terlihat satu lelaki lain yang sedang ikut menyaksikan kejadian ramai tersebut.

Ia tampak penasaran dengan apa yang sebenarnya sedang berlangsung sekarang. Tanpa izin ia mengambil kamera Evelyn, seorang siswa perempuan berkacamata yang memotret Everest dan Annette lewat jendela tadi..

"Konyol!"

⚪⚪⚪

#To be Continued

Tolong diingat ya jangan ketuker haha! Disini ada dua uncle menemani main characters kita 😗❤️

Gimana, tipis-tipis aja duls😇

Update kapan? Diusahain seminggu sekali, karena aku pengen story ini bisa lebih maksimal.

Sebelum memutuskan publish aku akan jauh lebih lama mempertimbangkan nya dulu:). Tapi yaa, kalau lagi rajin duakali update:p

luvv -cheeseylis

8/December/2021

Untuk, EverestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang